Selasa, 31 Juli 2007

"pengen diberitakan..."

Mencuri dengar obrolan temen gw di telpon, tiga malam lalu di kantor...

temen gw: Ya, halo...bisa saya bantu?
penelpon: Halo...saya si anu...! Gini mbak, saya ini sebenernya artis. Saya baru pulang syuting dari Jakarta, syuting sinetron

temen gw: Sinetron apa?
penelpon: Judulnya, blablabla...

temen gw: Oh...tayang di tipi mana ya, Dek?
penelpon: Belum tayang mbak...syutingnya diundur, ditunda sampe saya abis ujian sekolah aja.

temen gw: Sekolah dimana, Dek?
penelpon: Di SMP anu....

temen gw: Trus...apa yang bisa saya bantu?
penelpon: Gini mbak, saya kan artis. Saya juga pengen ditulis di koran seperti artis2 lain. Kayak itu lho yang di koran, Titi Kamal dapet apartemen aja di tulis, ada di koran

temen gw: *&^%$#^%mulai puyeng*...Kamu cakep ga, Dek?...
penelpon: Cakep dong...namanya juga artis!

temen gw: Jadi, beritanya apa, nih?
penelpon: ...blablabla...Jadi gini...saya kan baru kehilangan sepatu....bla bla bla... Nah, saya kan artis, saya juga pengen diberitakan kaya yang lain, masuk koran, karena saya baru kehilangan sepatu...

temen gw dan semua yang ikut denger: #$%*@%^$*...

Saya berharap anak bersuara polos dan lugu itu menelpon dengan maksud menyindir media2, baik cetak maupun elektronik, untuk lebih selektif memberitakan sesuatu, terlebih berita2 para artis dan politisi, memilih tayangan dan berita yang lebih mendidik dan tidak sekedar menjual gosip murahan yang tidak layak jadi panutan.
Saya malu karena media saat ini sangat bombastis mendukung gaya hidup hedon! Berita kawin cerai mulu, pejabat lapor sana sini, menolak poligami tapi mendukung perselingkuhan, dan menyembunyikan istri stengah sah. Membela pejabat dari kelompok agamawan yang katanya ahli agama tapi memberi izin penebangan hutan yang menyebabkan ribuan orang jadi korban musibah banjir dan tanah longsor. Atau sinetron macem Hidayah atau Rahasia Ilahi masih kurang banyak kali ya?

Sabtu, 28 Juli 2007

UU Antiteror untuk Blogger

Baca berita ini, gw jadi terperangah. halah...bahasanya :p Apa gw yang ketinggalan berita yak? Secara... (hahaha, sebenernya gw paling benci istilah gaul ga nyambung ini), berita ini keknya udah dari tanggal 25 Juli kemaren dan gw baru baca hari ini.

Jujur aja, gw rada2 kuatir pemerintah disini ketularan ma pemerintahan di sana (Makanya ga usah posting macem2 :p). Soalnya, mereka hobi sih kembaran. Misalnya kek dulu jamannya Tangerang punya Perda Pelacuran dan saat itu lagi hangat2nya RPP Pornografi dan Pornoaksi, di Malaysia juga ga kalah serunya. Mereka bikin aturan yang mirip alias kembaran, seperti gw bahas di postingan ini.

Parahnya lagi, menurut menteri senior di kantor perdana menteri Malaysia, Nazri Aziz mengumumkan, UU Antiteror kontroversial ini, memungkinkan orang ditahan tanpa batas waktu tanpa diadili atau didakwa akan digunakan terhadap blogger atau penulis catatan online yang melanggar dua hal yang ditabukan, menyinggung raja atau agama resmi kerajaan, Islam. Bayangkan, ditahan TANPA batas waktu dan TANPA diadili! Otak macem mana yang bikin aturan ini?

Menakutkan! Tapi masa sih Malaysia Kini ga punya upaya perlawanan? Secara, (halah, istilah ini lagi), pengunjung situs berita politik ini konon mencapai 250.000 per hari? Kenapa ga diorganisir aja untuk melakukan perlawanan terhadap UU gila itu? Secara...(lageeeee, entah nyambung ato ga), bentar lagi di sana mo pemilu, ajak aja mereka memboikot. Ga bisa jadi penguasa kalo ga ada pemilihnya. Dan ngapain juga milih calon penguasa yang ga punya otak! Kaum blogger, bersatulah! Eh, tapi jauh bener ya urusan gw ke negeri seberang, hehehe...?

Jumat, 27 Juli 2007

Banteng Ngadem di Bawah Beringin

Hari ini 11 tahun lalu...
Saya cuma bisa bengong melihat layar kaca dengan berita sepotong2 dan wajah penyiar yang sedikit kaku membacakan berita. Di samping saya, tante saya sedang sibuk menghubungi sepupu2 saya di Jakarta sana. Sepupu saya terjebak di kantor ga bisa pulang. Hari itu, untuk pertama kalinya, negara yang aman, tentram, makmur, sentosa ini dilanda kerusuhan yang bermula dari Jl Diponegoro.

Esoknya, saya menerima kabar, kawan2 saya yang sedang berada di sana, segera pulang ke Makassar setelah seharian pada 27 Juli itu dirundung cemas saat terkepung bersama beberapa aktifis YLBHI. Tapi mereka pulang, tidak berarti mereka aman. Konon kelompok loreng2 itu telah menanti di pelabuhan. Kawan2 saya dituduh ikut2 kelompok 3 hurup itu, yang hari itu menjadi kambing hitam biang kerusuhan.

Ah, saya cuma bisa mengenang...
Betapa hari itu, banyak orang yang jadi korban. Ada yang meninggal, ada yang luka parah, luka ringan, luka batin, trauma dan menjadi tertuduh. Sampai sekarang pun setelah 11 tahun peristiwa itu berlalu, mereka2 masih menderita. Yang paling parah, tentu saja orang yang saat itu kedudukannya paling tinggi, ibu ketua!

Setelah dikudeta dalam kerusuhan itu, pelan2 Ibu Ketua bangkit dengan segala dukungan orang2 yang cinta pada kebesaran nama ayahnya. Lalu si Ibu Ketua sempat menjadi penguasa negeri ini. Kedudukannya di punggung banteng, tak pernah tergantikan. Ketua 3 hurup yang waktu itu jadi tertuduh, kini bergabung bersama kaum banteng bermoncong putih.

Tapi sekarang, kondisi Ibu Ketua menyedihkan banget. Ibu Ketua menderita amnesia akut!!! Dia lupa, siapa Pangdam Jaya dan Kodam Jaya yang dulu mempecundanginya. Dia lupa bagaimana rasanya terusir dari rumah sendiri. Dia lupa apa warna darah yang menetes dari para pendukungnya. Dia lupa bagaimana rasa sakit ketika dipukuli. Dia lupa duka lara para keluarga yang menjadi korban ketika itu. Dia lupa bagaimana rasanya ketika tubuhnya dikuliti untuk diganti catnya menjadi kuning.

Ah, percuma saya ngomong2 gini. Setelah 11 tahun, Ibu Ketua yang duduk di punggung banteng bermoncong putih sepertinya sedang tertidur lelap terbuai mimpi di bawah rindangnya pohon beringin! Adem ya, Bu, di sana?

Selasa, 24 Juli 2007

Anak IPDN vs Juara Olimpiade Sains

Lagi2 anak sekolah ga berguna itu membunuh orang. Dilarang membunuh warga dalam kampusnya sendiri, kini mereka mencari mangsa di luar kampus. Dalam kronologis yang mereka susun, mereka bilang, Almarhum Wendi sebelumnya, melecehkan dua praja putri. Sementara kronologis versi saksi lain, beda lagi. Katanya praja itu ada yang kesundut rokoknya almarhum. Entah mana yang bener. Ok, perempuan yang dilecehkan, wajib ditolongin. Tapi membunuh pelaku dengan cara mengeroyok, membenturkannya ke tembok hingga kepalanya pecah dan tulangnya patah, BUKAN cara membela yang yang baik dan benar!

Hhhrrrggghhhh....gw kehabisan kata2 untuk marah2. Udah, terserah mo diapain aja sekolah busuk itu. Mo dibubarin kek, mo dipiara terus kek, terserah yang MAHA kuasa. Dipertahankan ya wajar..., disana kan jadi pundi2 duitnya Depdagri. Sayang kalo dibubarin. Ga ada alasan buat minta anggaran dari APBN tiap tahun. Ga ada jalur narik duit dari daerah setiap tahun, entah dari Pemda atau dari orangtua siswa yang pengen anaknya jadi Pamong Praja. Terserah, mo dibikin kuburan massal juga, masa bodoh deh. Soalnya, siswanya masih banyak..., antrian korban berarti masih bejibun. Kalo di dalam kampus udah abis, tinggal nyari warga sekitar aja. Daging dan tulangnya lebih enak! Bunuh aja semua!

Berita soal anak2 busuk itu, hanya menodai kebanggaan gw pada negeri ini yang baru saja mencetak lagi anak2 cerdas juara olimpiade sains. Ada Stephanie Senna dari SMAK Bilingual Jakarta yang dapet medali emas di olimpiade Biologi di Kanada. Ada Muhammad Firmansyah Kasim dari SMA Athirah Makassar yang dapet medali emas di Olimpiade Fisika di Iran. Ga cuma mereka. Ada anak2 lain yang juga dapet perak dan perunggu. Mengharumkan nama bangsa.

Anak2 dari mana mereka? Oh, mereka bukan anak hasil gemblengan a la militer bodoh seperti IPDN. Mereka anak2 biasa yang terus mengukir prestasi luar biasa. Mereka belajar bukan dibiayai negara, tapi dengan usaha sendiri, di sekolah yang makin mahal. Saat lulus, acara wisudanya ga dihadiri presiden, tapi mereka membanggakan siapa saja. Lulus sekolah, mereka ga masuk IPDN, karena mereka punya otak yang cerdas. Kuliahnya pun atas biaya sendiri, karena beasiswa yang dijanjikan ga pernah mereka terima. Kalau pun ada beasiswa, pasti datangnya dari luar negeri. Tapi lebih enak kuliah disana, ga ada plonco2an a la militer bodoh. Abis kuliah, mereka mampu membuka lapangan kerja baru bagi orang lain. Mereka ga jadi pejabat bodoh yang korup seperti anak2 IPDN. CATATAN PENTING: Mereka jadi anak-anak cerdas tanpa cara pukul-gebuk-bunuh a la IPDN.

Sabtu, 21 Juli 2007

12 jaksa vs 100 Pengacara

Gw lagi males banget nulis. Tapi pekan ini ada berita yang lumayan menghibur. Tommy Soeharto dijadiin tersangka lagi akhirnya, dalam kasus Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar Rp 175 miliar yang dikucurkan untuk Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC).

Sementara bapaknya, Soeharto, digugat Kejagung senilai Rp 14 triliun dalam kasus penyelewengan dana yayasan supersemar. Kejagung nyiapin 12 jaksa senior, yang insya Allah hebat2. Tapi setan tua itu juga nyiapin 100 pengacara ngetop untuk menghadapi gugatan. Duhhhh...!

Yang gw ga abis pikir, itu mahasiswa2 penerima beasiswa supersemar, ngapain ikut2 demo bela Soeharto. Yang digugat bukan kalian! Dan yang diberikan oleh yayasan itu, memang sudah hak kalian, kenapa harus merasa berutang budi? Ya, itu hak orang2 yang bener2 memenuhi syarat untuk dapet beasiswa, yaitu, pinter dan miskin.

Bukan pinter ngibul dan miskin moral tapi! Soalnya yang gw liat zaman kuliah dulu, banyak juga orang- orang yang dapetin beasiswa supersemar itu, sebenernya bukan orang yang berhak. Tapi karena deket sama pegawai2 di fakultas, akhirnya dapet beasiswa, yang bukan dipake bayar SPP tapi buat beli pulsa atau sekedar makan2.

Gw sih berharap, pengumuman Tommy tersangka, serta rencana gugatan terhadap Soeharto lagi, bukan dagelan semata, tapi bener2 sebuah pengadilan terhadap sebuah kejahatan besar, pengadilan terhadap maling kelas kakap. Semoga para jaksa itu kuat imannya. Apalagi udah banyak jaksa dan hakim jadi korban pembunuhan karena mengungkit2 kasus Cendana. Semoga juga bukan berita buat menghibur doang. Lebih najis lagi, jangan sampe langkah Kejagung dipake oleh si big boss buat bahan kampanye 2009 nanti. Curiga tetep boleh toh?

Selasa, 17 Juli 2007

Ditunggu, Bloger Bernama Joko Martono

Gw cuma sering baca di blog para seleb tentang adanya blog2 tukang kopas alias copy paste. Tapi hari ini gw mengalaminya sendiri. Kawan gw yang ngasih tau, postingan gw tentang miss Kaltim palsu itu dikopas 100 persen di blog atas nama Joko Martono.

Pas gw cek...teng tong...bener!!! Judulnya dia sih, Aspal. Tapi bawahnya, asli 100 persen kopas-an dari blog gw ini. Mmmm... gw mo nanya baek2 maksudnya apa. Mungkin buat latihan doang, soalnya kalo ngeklik judul "Miss Cantik Tapi Palsu" dibawah judul Aspal itu, jelas link-nya ke blog gw. Tapi ternyata ga bisa comment dan profilnya pun minim. Di halaman profil, cuma ada nama Joko Martono plus foto cewek cantik.

Mbok ya kalo mo kopas gitu, kenalan dulu dong...! Trus izin, atau apa kek! Walopun Anda sebenernya fans berat gw, jangan main kopas aja kek gitu. Ini malah nongol dan kenalan di blognya tika yang manis itu. Pemalu kali ya? :( Atau, sebenernya gw yang ga ngeh kalo ternyata gw tergolong seleb blog? Oh, noo! Gw harus ngumpet kemana ini? hihihi....! Tapi sumpah, rasanya ga enaaaak banget menemukan kloningan kita di tempat lain tanpa kita pernah tau bahwa kita dikloning. Bertemu bayangan sendiri, sama kek ketemu hantu!!! Ayo dong, Jok, bloger bernama cowok berfoto cewek, tampakkanlah dirimu, kita ngobrol baik2. Gw tunggu yaaa...!

Rabu, 11 Juli 2007

Hidup Pengungsi Seharga Nokia E90

Layaknya disebut apa orang yang tega mengusir pengungsi korban lumpur panas Lapindo dari lokasi pengungsian di Pasar Porong, Sidoarjo? Hidup terlunta2 menunggu uang ganti rugi yang tak kunjung datang, pasti akan melahirkan rasa frustasi tak berkesudahan. Lalu akan tinggal dimana lagi para pengungsi itu? Mau ditenggelamkan aja skalian ke lumpur? Untuk menghadapi para pengusirnya, para pengungsi menyiapkan bambu runcing agar bisa melawan. (Sampai di sini, berita dan gambar di sebuah tivi swasta tadi siang, dihentikan dengan alasan kesalahan teknis. Dan gw, ga percaya!)

Gw lebih percaya bahwa ada invisible hand yang meminta tayangan berita itu dihentikan. Sama percayanya gw, bahwa pengusiran pengungsi itu juga dilakukan oleh oknum pejabat karena mendapat tekanan dari you-know-who ! Si pemilik Lapindo Brengsek yang harus diBrantas itu pasti udah kewalahan membayar jatah hidup pengungsi, setiap hari. Pemilik Lapindo juga pasti tidak menghendaki pengungsi ngumpul di satu tempat, lalu kompak, bersatu lalu demonstrasi tiap hari. Pengungsi harus dipaksa berpencar dan sulit ngumpul.

Ultimatum pengusiran pengungsi itu, gw percaya, dilakukan sangat terencana dan sistematis. Karena sebelumnya, interpelasi DPR soal lumpur Lapindo sengaja diulur2, biar terlihat mereka2 di atas sana selalu perhatian. Tapi ketika para anggota rombongan sirkus dibagiin komunikator Nokia E90 di Hotel Nikko kemarin, mereka yang sok berjuang bagi korban lumpur panas itu lalu diam dan menerima ketidakhadiran presiden. Sebagian hanya menandatangani absen sidang (untuk mendapat upah ikut sidang) lalu pergi, mungkin ke rumah calon bini muda, buat mamerin handphone barunya.

Menyakitkan. Ternyata, hidup warga korban lumpur itu hanya seharga sebiji handphone!!!
Lalu esoknya, ketika pengungsi di Porong bersiap2 dengan bambu runcing menghadapi pengusiran, si bapak presiden sibuk maen golf. Beralasan dunia tengah memasuki gelombang ekonomi keempat yang haus akan dunia spritualitas dan keindahan, presiden mengajak elemen bangsa untuk mengembangkan budaya, warisan budaya dan sejarah Indonesia untuk dijual ke masyarakat asing. Dan salah satu hal yang akan dijual kepada dunia luar itu antara lain yakni olah raga golf!

Katanya itu cara memenuhi kantong negara yang terjepit utang tak berkesudahan. Oh, brilian sekali presiden kita! Ayo, bangun lapangan golf dimana2 setelah menggusur penghuninya. Lebih brilian lagi jika pengungsi berhasil di usir, tak usah diberi ganti rugi (yang makin membuat negara jadi miskin), lalu semburan lumpur dihentikan, dan bekasnya yang sudah mengering, dijadikan lapangan golf. Maen golf di atas timbunan korban lumpur, pasti menyehatkan sekali, tuan presiden!

Minggu, 08 Juli 2007

Miss Cantik Tapi Palsu

Gw sedikit kaget ketika nonton acara Miss Indonesia di salah satu stasiun tipi Kamis kemaren. Ada wakil dari Kaltim, namanya Ratih alias Rara. Tapi setau gw, ga pernah ada pemilihan Miss Kaltim untuk mewakili Kaltim di ajang Miss Indonesia sebelumnya. Kalo ada, biasanya ada beritanya di koran kayak pemilihan Putri Indonesia yang emang rutin tiap tahun. Lha, ini kok tiba2 ada miss dari Kaltim?

Esoknya, temen gw wawancara sama si Miss Kaltim itu. Dia kaget ada wartawan dari Kaltim yang wawancara ma dia. Lalu, dengan jujur dia bilang kalo dia belum pernah ke Kaltim, sekalipun!!! Ternyata pula, dia dari Sawangan, Depok, lahirnya di Jakarta, ayahnya berasal dari Sampit, Kalimantan Tengah.

Beuh..., trus kok bisa mewakili Kaltim? Dia jawab: katanya panitia minta dia mewakili Kaltim aja karena yang mewakili Kalteng udah ada. Mewakili Jakarta, lebih ga mungkin. Ga cuma wakil Kaltim yang palsu. Ayu Indiyah Pratiwi juga. Dia warga Jakarta yang mewakili Sulawesi Selatan. Masih mendingan dikit dibanding Rara karena Ayu pernah sekali datang ke Makassar.

Trus, pas ditanya, panitianya bilang, seleksinya dilakukan dengan banyak pertimbangan misalnya daerah domisili, garis keturunan, atau lahir dan pernah tinggal di daerah yang diwakili. Tapi katanya itu bukan kriteria yang cukup penting. Daerah asal ga terlalu berpengaruh katanya, yang penting punya pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia dan juga punya jiwa sosial yang tinggi.

Lucu....cantik2 kok mau disuruh boong. Padahal, katanya, pemilihan putri2 kek gitu ga cuma harus cantik (luar-dalem) tapi juga harus pinter. Jujur kan termasuk cerminan kecantikan dari dalem (inner beauty ato apalah namanya). Kalo syaratnya kek gini, orang spanyol juga bisa kaleee jadi Miss Indonesia, asal seizin panitia :p Wawasan soal budaya Indonesia kan bisa didapet dari baca buku atau bowsing di internet, atau dari manapun.

Kalo untuk ajang kek gini aja udah pake rekayasa, gimana bisa hasilnya bagus? Katanya, soal kepribadian itu penting? Lha kalo udah pake manipulasi kek gini, ga jujur, kepribadian macam apa yang diharapkan dari miss-miss ini? Lha kalo palsu kek gitu, ga menang pula, wajar dong kalo pemerintah daerah sini protes. Mana bisa orang kek Rara atau Ayu mewakili daerah yang sama sekali tidak dikenalnya? Ya iyalah, kesel, orang daerah, selalu aja dikadalin orang2 pusat. Sampe urusan kek gini2 pun dikadalin, kesian amat!

Jumat, 06 Juli 2007

Tangisan dan belatung itu basi, Jenderal!

Tak sengaja saya ikut menyemangati para korban lumpur lapindo saat berita tipi menayangkan adegan tim 16 dikejar2 korban lumpur. Para korban kesel dengan mereka yang dipercayai membantu memperjuangkan nasibnya mendapatkan ganti kerugian tanah dan bangunan mereka yang tertimbun lumpur, tapi yang mereka dapatkan malah pengkhinatan. Para anggota tim yang diharapkan bisa menjadi kawan, malah menjadi monster dan kanibal pemakan saudaranya sendiri. Ya, mereka melakukan pungli terhadap korban lumpur dengan memotong uang ganti rugi korban.

Hobi kok mukulin orang yang sudah jatuh tersungkur dan berdarah2. Ga puas kalo ga menambah panjang derita mereka yang telah kehilangan harta benda dan mimpi2. Kalo emang tim itu butuh upah, kenapa ga minta aja gaji sama pemerintah atau ke penyebab lumpur itu, Lapindo. Atau, minta disejahterakan sama Menkokesra. Bukankah itu memang tugasnya? Atau bilang sama presiden, berhentilah menangis! Sebab mereka tak butuh air mata. Mereka butuh rumah untuk ditinggali, pabrik tempat mencari nafkah dan sekolah untuk anak2 mereka. Bilang, tangisan itu basi jenderal!

Tak jauh berbeda nasibnya dengan korban gempa Jogja. Setelah begitu lama tinggal di tenda2 pengungsian, kini mereka segera mendapatkan bantuan membangun kembali rumah mereka. Jumlahnya, Rp 15 juta per KK. Tapi, harus dipotong Rp 1,8 juta lagi, untuh keperluan-berbagai-macam-entah-apa oleh pejabat-atau-yang-menganggap-dirinya-pejabat, demi apa-entahlah! Warga yang melaporkan kasus itu diancam akan diusir dari dusun tersebut jika tak mencabut laporannya.

Liat, kalo ga disunat, pasti duitnya sengaja dilama2in baru cair, dengan segala macem alesan. Tega ya, mereka? Saya membayangkan sebuah sinetron, ribuan belatung keluar tak henti2 dari mulut, hidung, telinga para penyunat dan koruptor! Tapi rasanya ancaman tayangan sinetron macem itu udah basi. Enaknya diapain ya koruptor2 itu?

Senin, 02 Juli 2007

Liburan di Negeri Istimewa

Negeri ini amat istimewa
Kita punya banyak orang yang mewakili kita di parlemen. Dari tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Jumlahnya ribuan. Jadi, tidak satupun warga negara dan golongan yang tidak terwakili oleh orang2 ini. Kelompok preman sekalipun, pasti terwakili. Jadi wajar jika pendapatan mereka setinggi langit. Karena pajak dari setiap orang yang diwakilinya, dipakai untuk menggaji mereka. Wajar pula jika Wapres selalu setuju tunjangan mereka dinaikkan, karena kerja mereka berat, mewakili kita2 ini. Ingatlah, ketika sebagian dari kita tak cocok dengan satu kelompok, maka wakil kita yang akan berkelahi melawan kelompok lain, meski harus dilakukan di depan kamera saat sidang membicarakan nasib kita, orang2 yang diwakilinya.

Kita punya kementerian yang khusus mengurusi kesejahteraan kita, dikoordinir seorang menteri, Menkokesra. Mereka sibuk memikirkan cara agar kita bisa sejahtera. Salah satu caranya adalah dengan menenggelamkan warga ke lumpur panas, menggusur orang2 yang rumahnya reyot agar tak terlihat oleh petinggi negara yang melewati jalan itu. Agar korban lumpur makin sejahtera, anak2 kecil dibawa berlibur ke Jakarta. Liburan plus, karena mereka tetap bisa belajar, menuliskan mimpi2 mereka di kardus bekas, mimpi untuk mendapatkan kembali rumah mereka yang nyaman, lapangan tempat bermain, masjid tempat mengaji, dan sekolah tempat mereka menimba ilmu.

Kita punya kementerian yang ngurusin politik dan menjaga keamanan, digawangi Menkopolkam. Tugasnya menjaga keamanan negara dengan cara menggusur tanah orang, menembaki rakyat yang mencoba mempertahankan haknya, meneror warga yang pinter dan berani, memeras pengguna jalan, membuat aturan yang bisa menjebak orang masuk penjara, menyulut konflik di daerah saat kekurangan pasokan logistik, jadi centeng perusahaan. Pokoknya mengusahakan cara-cara aman dalam mengumpulkan setoran untuk alasan keamanan.

Kita punya kementerian yang ngurusin hukum dan hak asasi kita. Caranya, menghukum maling ayam, membebaskan pencuri miliaran uang negara. Menghukum orang yang mempertahankan haknya, membela yang bayar, punya senjata, dan kekuasaan. Mengatur uang setoran TKI, lalu cuek saat TKI terbelit masalah. Kita punya menteri yang kerjanya cuma ngurusin transportasi. Ada juga yang cuma ngurusin jalan dan jembatan. Tugasnya, memastikan semua orang deg-degan saat berkendara.

Kita punya menteri yang khusus ngurusin pendidikan, agar bangsa ini pinter dan berperilaku baik. Caranya, tidak memberikan ijazah bagi siswa yang tidak bisa membayar uang perpisahan sekolah. Tidak meluluskan siswa yang tidak mampu bayar uang sekolah. Membuat aturan agar orang miskin tidak boleh sekolah. Kita pun punya menteri yang khusus mengurusi kesehatan. Caranya, tidak mengijinkan rumah sakit menerima pasien miskin agar rumah sakit bisa tetap sehat keuangannya. Aturannya jelas, orang miskin ga boleh sakit, biar dokternya ga ketularan penyakit miskin!
Karena istimewanya, saya cinta negeri ini!