Kamis, 30 November 2006

Studi Mesum dan RUU PP


Wakakaka...pas banget! Gw abis misuh2 soal perjalanan rombongan sirkus kelompok Senayan ke luar negeri, trus gw dapet gambar di atas. Liat kan yang dilingkari itu? Lelaki paruh baya mengenakan baju putih plus kopiah? Nah...konon katanya, itu salah satu anggota DPR kita yang lagi studi banding. Ini keknya hasil ngintip mahasiswa2 sana yang nguntit mereka selama studi banding. Thanks ya!

Canggih ya...bersahaja! Studi bandingnya ga di dalem ruangan ber-AC seperti seminar pengentasan kemiskinan yang baru2 ini didemo di Jakarta, tapi di jalanan. Lagi nonton wanita tanpa busana. Awas pak...ilernya diapus dong...aduh, mpe netes2 gitu. Malu ma kopiah, pakean pelengkap ciri khas di negeri kita, huehehehe! Ternyata yaaa...bukan studi banding tapi studi mesum!

Sementara di gedung sirkus sana, lagi heboh sms dan vidio mesum salah satu angota kelompok sirkus yang beredar via HP. Jangan2 hasil studi banding keluar negeri yak? Orangnya beda lagi kali ya ma yang ketangkep kamera tadi. Kali ini denger2 inisialnya YZ. Lom lagi kasus perselingkuhan dua PNS di Diknas Klaten yang shooting adegan ranjang di sebuah rumah makan, disela-sela tugas mereka nganterin undangan, lengkap dengan pakean dinas.

Ckckck...makin hebat aja kelakuan anak2 eh, orang2 tua negeri ini.

Eh iya, masih inget RUU APP? Kemaren dah mo gw posting pas diumumkan kelompok sirkus itu kalo namanya udah berubah menjadi RUU PP, ga pake A=Anti. Skarang ketemu momen pasnya. Apa yang berubah dari RUU itu? Konon setelah 10 fraksi "kompromi" akhirnya jumlah 19 bab dan 93 pasal RUU dipangkas menjadi 5 bab dan 30 pasal saja.

Hasil komprominya ga dijelasin, cuma katanya ditambahin pasal baru termasuk larangan telanjang di depan umum dan soal pornografi anak yang ga diatur dalam UU Perlindungan Anak. Hehehe, jadi inget gambar tadi. Keknya anggota sirkus abis muas2in diri dulu ke luar negeri sebelum RUU berisi larangan telanjang ini disahkan.

Soal sanksi, katanya lumayan bikin jera. Misalnya aja, denda terhadap pornografi anak, diatas Rp 1 miliar. Kriteria anak sampe usia 18 tahun. Nah, yang belum jelas juga, anak di bawah 5 tahun yang telanjang di depan umum bakal kena sanksi ato nggak. RUU ini akan dibahas Januari-April oleh DPR dan Pemerintah. Berhubung info ini masih banyak "katanya", cek lagi aja...! Hmm....apa kabar Aliansi Mawar Putih?


NB: buat simbok ma anaknya, cepet sembuh, ga boleh bandel, miss u

Senin, 27 November 2006

Show Kelompok Sirkus Tersohor

Kelompok sirkus tersohor seantero negeri yang biasanya nongkrong di Senayan, mo jalan2 lagi. Kali ini ke Hongkong, Korea Selatan, Finlandia, mana lagi ya, lupa. Eh, iya, ada juga yang ke Australia. Kemaren mereka dah puas keliling2 Eropa.

Konon, Komisi IX ini akan studi banding soal penanganan flu burung dan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Hongkong dan Korea Selatan. Huh, siapapun tau itu cuma acara buang2 duit. Menjelang akhir taon neh...sayang kalo udah dianggarkan trus ga dipake. Mana mau mereka ngembaliin duit yang ga kepake ke kas negara. Maka dicarilah jalan. Dan jalan ke Hongkong plus Korsel keknya memikat.

Cukup mengharukan niat mereka menyambangi para TKI. Padahal selama ini mana pernah mereka merhatiin TKI? Buat ketemu mereka di gedung sirkusnya saja, susahnya minta ampun. Eh, ini malah kek mimpi siang bolong, tiba2 anggota sirkus yang terhormat malah mau menjenguk TKI ke sana. Selama ini suara mereka untuk penanganan flu burung juga ga pernah kedengeran meski banyak anak negeri meninggal karena flu burung, eh, mereka berbaik hati mo belajar jauh2 ke negeri orang. Baik skali ya mereka? Mengharukan.

Apa ga lebih hemat ngundang ahli, ngundang perwakilan buruh migran dan LSM yang selama ini ngurusin mereka? Di tipi juga udah terlalu sering mengungkap fakta2 soal buruh migran yang sama sekali ga mengenakkan itu. Kurang cukup ya? Para buruh migran yang katanya digelari pahlawan devisa itu mana pernah menikmati hasil keringat mereka? Konon, saat di pesawat (yang jelas2 mbayar tiket) mereka pun diperlakukan tidak adil. Hanya karena statusnya buruh migran, TKI, minta air jeruk dikasihnya air putih. Apa ga kurang ajar tuh perlakuan orang yang katanya SATU bangsa SATU bahasa ma mereka?

Kelompok sirkus itu memang ga pernah lebih dari kelompok pecundang curang dan serakah, hoby studi banding tanpa pernah pulang membawa hasil. Dana perjalanan Rp 500 juta itu, kira2 bisa bikin brapa sekolah dan bisa ngobatin berapa orang sakit? Sementara anggota sirkus keliling dunia berkedok studi banding, sang ketua malah sibuk keliling nusantara jualan voucher pendidikan. Kesian amat yak orang2 kek gitu, ga punya moral dan tanggung jawab, huh!!!

Pengumuman:
Ditunggu dengan sangat, partisipasi Anda untuk ikut memboikot tivi yang menayangkan acara bodoh Smack Down sebelum korban berjatuhan lebih banyak lagi. Pengen ngeboikot tivi yang bikin warga Porong kebanjiran lumpur panas juga? Lebih bagus lagi! Apa gunanya membuat si pembawa sengsara semakin kaya dengan menonton tayangan mereka?

Jumat, 24 November 2006

Cintaku Negeriku

Indonesia tanah air beta
pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
slalu dipuja-puja bangsa
disana tempat lahir beta
dibuai dibesarkan bunda
tempat berlindung dihari tua
sampai akhir menutup mata...


Sebutlah saya garang, galak, kek laki2, ato apapun sebutan yang maskulin bin kejam. Tapi setiap mendengarkan lagu ini, mata saya berkaca2 (kau bisa bercermin di sana), lalu akhirnya netes pelan2 (sumpah, ga hiperbola). Adegan berkaca2 itu terulang pas rapat tadi, ketika salah satu bos nyanyi lagu ini dengan lirih. Lalu rapat menyinggung soal LAPINDO brengsek yang harus di-BRANTAS setelah membayar semua kerugian orang2.

Bayangin, 4 hari lagi, usia semburan lumpur panas itu genap 6 bulan! Apa ada perubahan disana? Oh, ada tuan! Sudah 440 hektare tanah tenggelam. Ribuan rumah, pabrik yang mempekerjakan ribuan tenaga kerja, sawah, tambak, hancur, tenggelam. Ribuan orang mengungsi, menetap di tenda2 seadanya, makan seadanya, ga bisa kerja lagi karena pabrik tutup dan sawahnya tenggelam, ga bisa sekolah karena tsekolahnya juga tenggelam. Ujung2nya, ga punya duit. Tuan brengsek itu belum membayar kerugian sama sekali.

Lalu Rabu malam kamaren, pipa gas Pertamina meledak. Sampe tadi, 11 orang meninggal, 21 luka- luka, ga tau ilang brapa orang. Bapak2 menteri kalang kabut tapi ga tau mau berbuat apa karena salah tingkah dan ga enak hati ke sesamanya menteri, tuan pemilik sumber bencana yang udah cepet2 menjual lumpurnya ke perusahaan lain dan sampe hari ini masih ga tau diri tetap bertahan di kabinet dan ga ngundurin diri....(kalian masih bertahan dengan kalimat sepanjang ini? Thanks!)

Bapak presiden langsung menggelar rapat kabinet. Menetapkan peristiwa itu sebagai bencana. Oh god, bukan penegasan status kejadian yang mereka tunggu. Mereka ga butuh hiburan macem itu. Mereka butuh kepastian hukum, bukan omong-omong doang. Mereka ingin kampung halaman mereka yang semula nyaman, bisa kembali. Mereka ingin menata masa depan anak2 mereka, hidup lebih sehat, dan bekerja lebih tenang.

Arrghhh...cinta 'kali saya sama negeri ini...tapi kenapa orang2 yang nanganin ini brengsek dan pengecut semua?

Kamis, 23 November 2006

Psikopat

aarrgghhhh...belum puas kau bakrie?
lihat di sana, anak2 itu telah jadi yatim.
delapan korban meninggal masih ga ada artinya buatmu?
lumpur panasmu merendam semua pipa minyak dan gas
masih menunggu ledakan yang lain?
sementara tanggul2 itu terus jebol
tanah2 terus ambrol
belum juga ganti rugi kau bayarkan
belum juga kau kembalikan mereka dari pengungsian ke tempatnya yang semula nyaman
bagaimana mo tanggung jawab kalo perusahaan telah kau jual?
kini kau tambah duka mereka
ah, mungkin benar, kau
psikopat!

Rabu, 22 November 2006

krisis

minggu lalu saya terima imel invite ke sebuah milis puisi. padahal saya dah bergabung di milis puisi yang lain dan hanya berhasil menjadi anggota pasif yang kerjanya cuma ngapus2 imel. suka ga ngerti soalnya...tapi dengan sok tau saya terima ajakan bergabung waktu itu. nah lho...! lha, daripada jadi peserta pasip lagi...saya ga ngeklik 'join' mpe skarang. lha wong ga ngerti puisi.

barusan gw dapet sms. diminta hadir ke konferensi. jelas sebagai peserta, bukan sebagai tukang nanya2 dan poto2. katanya buat pembentukan partai. disertai pesan2: hapuskan utang luar negeri, sita aset pertambangan untuk kesejahteraan rakyat, bangun industri nasional untuk pengangguran dan buruh murah. lha...saya siapa? berat booosss...isi kepala saya ga nyampe sana. ngliat blog ini aja rasanya pengen muntah!

ada pula ajakan menulis. demi mimpi punya buku. ah, lagi2 krisis PD, mending rehat ke sana yuuukkk

Sabtu, 18 November 2006

Pailit lalu Kaburrrr...!

Nah kan? Apa yang gw bilang di postingan2 September 2006 tar lagi kejadian. Lapindo dah mo lepas tanggung jawab kan? Udah dijual kan sahamnya? Kubangan kebonya yang panas itu, jebol lagi, jebol lagi kan? Dah banyak yang lupa soal lumpur ya? Ah, biasa itu, negeri amnesia kok!

Bukan Tuhan yang mulai bosen seperti kata Ebiet, tapi Bakrie yang bosen. Setelah kasusnya ditangani Tim Nasional, satu2 perusahaan dilepas, dijual. Freehold Group membeli 100 persen saham Lapindo yang dimiliki Kalila Energi dan Pan Asia Entrerise Ltd. Kedua perusahaan ini sebelumnya membeli saham Lapindo dari PT Energi Mega Persada, yang menguasai 50 persen Lapindo Brantas Inc

Hohoho....tinggal nunggu skenario terakhir. PAILIT. Setelah itu, bebas...negara yang bayar kerugian orang2 yang terendam lumpur itu (kalo negara masih waras). Setelah menghilangkan hak hidup orang lain dengan membenamkannya ke lumpur, kini saatnya Lapindo angkat kaki! Bangke!

Nah, ada satu lagi yang menzizikkan. Debitor BLBI pada nolak bayar bunga dan denda utangnya. Minjem ga mo bayar namanya ngemplang bos! Minjem ya bayar, jangan mau enaknya doang. Abis itu rame2 ngabur ke luar negeri, duit orang dibawa lari, yang bayar negara juga (dari uang rakyat juga...uuhhh!)

Tapi keknya orang2 atas sana emang suka dibego2in sih. Ato, bukan dibego2in, mereka dah dapet upeti juga kali. Yup, upeti untuk raja, karpet merah untuk maling, seperti kata postingan gw Februari lalu. Eh, demo Bush kok ga abis2 dan makin menjadi2 sih? Ga logis pula. Ada kasus SARA lagi di Makassar, waduh! Cape' ah, mo kemping dolo!



coretan buatmu ada di sana

Kamis, 16 November 2006

Yth, Bapak JK yang sibuk Rapimnas

Kemarin detik.com memberitakan, Siska dan Amrina, dua siswi SD 137 Talang Kelapa Palembang terluka karena sekolah mereka ambruk alias roboh alias tumbang.

Haloooo...Bapak Wapres..., Anda pernah dengar ayam luka karena ketimpa kandangnya yang roboh? Gw ga pernah! Jadi, berita barusan menunjukkan kalo emang buanyak buanget sekolah di Indonesia yang ga lebih bagus dari kandang ayam. Runtuhnya sekolah mereka bukan karena gempa ato tsunami. Cuma sedikit angin dan gerimis.

Begitulah Bapak Wapres, kalo voucher pendidikan dibagi2kan ke DPR. Padahal bukan anggota dewan yang tidak terhormat itu yang mau sekolah. Mereka ngiler ma voucher itu biar saat jalan ke daerah, mereka bisa bagi2in dan masyarakat bisa menganggap mereka baik, bertangan dewa, bangun sekolah, ngasih bantuan buat pendidikan, padahal vouchernya juga hasil meras.

Bapak masih inget puisi yang bikin Bapak emosi ini? Nih, gw kopasin lagi;

Ketika rusa, badak dan komodo
hidup terlindungi dalam satu undang-undang
guruku malang sebagai malaikat
yang tirakat hidup penuh hampa
tanpa terlindung sepenggal undang-undang
Apa artinya bertugas mulia
ketika kami hanya terpinggirkan
tanpa ditanya tanpa disapa
Kapan sekolah kami lebih dari kandang ayam
Sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah
terbaca torehan darah kering
Di sini terbaring seorang guru,
semampu membaca bungkus
sambil belajar menahan lapar,
hidup sebulan dari gaji sehari

*) Petikan puisi mantan Rektor IKIP Jakarta Prof Winarno Surakhman yang dibacain pas setahun lalu, November juga

Bush aja dianggarkan Rp 6 miliar untuk waktu 6 jam dia di Indonesia, cuma duit ga sampe 10 juta buat benerin sekolah kok ga bisa? Nunggu mpe anak korban meninggal?

Selasa, 14 November 2006

DPR: Dewan Pembohong Rakyat

Spanduk berisi plesetan akronim DPR itu dibentangkan puluhan tangan keriput di depan kampus Atmajaya. Tangan kanan mereka memegang pinggiran spanduk dan tangan kiri mereka terkepal, terangkat tinggi. Dulu, para orangtua itu hanya mengenal satu garis, Islam tradisional. Kini, sejak anak-anak mereka jadi tumbal, tangan kiri terkepal mereka jadi simbol perlawanan.

Beberapa lelaki dan perempuan tua bergantian berorasi. Sudah sewindu lamanya mereka menagih janji, menagih penghilang nyawa anak-anak mereka segera dihukum. Agar mereka yang menikmati empuknya kekuasaan hari ini tidak pernah lupa pada mereka yang telah berkalang tanah. Tapi orasi mereka bagai angin lalu, menguap, kering, tak berjejak.

Jawaban yang mereka dapat dari DPR sangat menyesakkan. Orang2 terhormat yang duduk disana baru saja menyatakan tidak ada pelanggaran HAM dalam kasus Semanggi I. "Saya tidak tahu di mana nurani mereka," kata orang2 tua yang berorasi. Plesetan akronim itu, tak ada apa2nya dibanding kehilangan mereka.

Bukti terbaru kebohongan mereka diceritakan kawan2 yang lagi sekolah di Eropa. Mereka memergoki (ada juga yang sengaja membuntuti) 30-an anggota DPR yang terhormat itu lagi belanja2 di tempat2 mewah. Dalam jadwal, ada dua hari bebas buat ke Prancis. Padahal katanya mereka studi banding soal perkeretaapian di Jerman. Seperti rombongan anak TK sedang wisata. Ah, nggak, mereka lebih mirip kawanan bebek dapet comberan.

Tak mengenal lelah, 17 perempuan yang telah melahirkan Engkus Kusnadi, Sigit Prasetyo, Heru Sudibyo, Muzammil Joko, Uga Usmana, Agus Setiana, Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Abdullah/Donit, Sidik, Kristian Nikijulong, Hadi dan yang lainnya terus menagih meski tak pasti akan direspon. Tapi mereka selalu yakin, pasti ada jalan untuk sebuah kebenaran!

Bang Pii, sabar dulu ya...yang dapet jatah kenaikan gaji 400 persen di Depkeu baru level pejabat atas. Tetaplah menjadi orang2 yang selalu mensyukuri nikmat, tak seperti pejabat di Depkeu yang bilang, "Biar udah naek 400 persen, gaji kita masih jauh dibawah orang2 BI dan profesional swasta". Bener2 dah, bukannya berjanji ga korup lagi karena gaji dah gede, malah...ya udah, jangan jadi PNS!

Senin, 13 November 2006

Kuku Soeharto masih tajam, mo coba?

Jangan salah ya, biar udah tua, sakit2an, ga berkuasa lagi, kuku aSoeharto masih tajem lho. Geoge Junus Aditjondro kemaren sempet nyicipin. Pas ke Thailand buat diskusi South East Asian Committee for Advocacy (SEACA) di Pattaya, Bangkok Barat, dia dicekal di bandara. Hayah, hari gini masih ada orang Indo yang dicekal, padahal bukan koruptor?

Norak deh orang2 Thailand itu. Masa cekalnya pake surat cekal jaman Soeharto Maret 1998? Ga tau apa kalo penandatangan surat itu udah ga berkuasa sejak Mei 1998? Tapi itu bukti sejarah. Hanya dua bulan sebelum kejatuhannya, dia masih ngeluarin surat cekal. Padahal perlawanan secara terang2an udah muncul dua tiga tahun sebelumnya.

Itu juga bukti kalo kuku ma taring aSoeharto masih tajem, kuat. Apalagi di Thailand, sesama negara Asean yang baru abis kudeta2an itu, dari dulu emang Tiran juga. Apalagi negeri ini juga pernah jadi objek penelitian Aditjondro. Dan surat pencekalan aSoeharto itu...amat sangat wajar. Bukankah Aditjondro ngurusin harta2 klan cendana itu?

Masih untung (kita orang2 Indo selalu untung kan?) Aditjondro cuma dicekal. Ga kek Munir. Hmmm...berarti, kalo ngurusin harta aSoeharto, hukumannya Cekal. Kalo ngurusin Militer, hukumannya arsenik. Omigad...! Tapi udahlah, mo jadi orang jahat, mo jadi orang baik, akhir2nya pasti mati juga. Napa ga MELAWAN aja sejauh kita mampu?

Barusan gw ngobrol ma temen gw, soal yang ga jauh2 juga...
gw: eh...semingguan uknowho disini
dia: ngapain dia
gw: ngliat2 aja...diskusi ma temen2 disini
dia: dia masih aktif yah
dia: emang untung nya apa sih ikut2an gituan..??
dia: gak jelas
dia: cuma bikin ribut2 aja
gw: masihlah
gw: ga ada yg berubah
gw: setiap orang punya pilihan kan?
gw: itu namanya konsisten
gw: ga harus untung
dia: hari gini
dia: mending masuk partai
gw: alooo....ga usah ngurusin orang kali...
gw: lagi2 itu soal pilihan
gw: daripada ngomongin orang...padahal kita jg lom tentu bener dan hanya mikirin kepentingan sendiri
dia: knp kok uknowho buka warnet yah
gw: buat hidup dengan tangan dan kaki sendiri
gw: itu yg gw bilang konsisten tadi
gw: dia juga bukan sapa2 gw...tapi gw sedih aja kalo ada yg ngelecehin
gw: karena dia masih bertahan di jalanan
gw: daripada masuk partai? enak2 duduk di gedong sono
gw: tapi sumber makan anak istrinya ga jelas halal apa haram?
dia: busyyeeettt
gw: bodo ah lo mo komentar apa
dia: heheehehe
dia: sepakat, ehh sepaket


Obrolan ini menjadikan kawan gw terlihat pecundang ya? Padahal enggak kok, dia cuma becanda, mungkin ngetes gw. Dia juga masih konsisten sampe hari ini di jalan yang sama meski tempatnya beda. Semoga! Kita ada disini bukan untuk main2, bermimpi dan jalan2. Kita punya tugas yang harus dikerjakan dan beban yang harus diangkat. Jangan menghindar, hadapilah!



sewindu tragedi Semanggi I

Jumat, 10 November 2006

Denias, Lintang dan Pahlawan

Siapa pahlawan yang dikenal oleh anak muda sekarang? Ah, semoga saja tidak seperti potongan sebuah wawancara di sebuah tivi swasta. Konon, kata gadis manis di tipi itu, tokoh peristiwa 10 November di Surabaya adalah DI Panjaitan. Oh god, belajar apa anak ini di sekolah? Ato, semoga wartawan saja yang salah memilih narasumber. Ato, jangan2 memang begitu gambaran anak-anak negeri ini?

Dulu2, sempat ada kekhawatiran anak2 akan menjadikan Superman dkk sebagai pahlawan masa kini. Siapa yang harus disalahkan? Tokoh itu yang selalu menjadi tontonan anak2. Sementara, Jenderal Soedirman dan angkatan2 sebelumnya, hampir tak pernah ditayangkan di tivi. Kalo pun ditayangkan, selalu dikemas dalam acara yang membosankan bagi anak2. Lalu siapa pahlawan anak2 sekarang?

***

Minggu lalu saat masih di Makassar, saya sempet nonton Denias, Senandung di Atas Awan filmnya John de Rantau. Bagus. Kejutan banget ada film kek gini. Dan happy ending dibandinglan cerita tentang ngenesnya nasib Lintang di buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Film ini, lucu, seger, sangat Papua. Dan saya gembira, lebih separuhnya yang nonton adalah anak2 kecil. Tanpa bermaksud rasial, anak2 kecil ini bermata sipit.

Saya begitu terharu dengan semangat Denias. Menempuh perjalanan 4 hari 4 malam, naik turun gunung, keluar masuk hutan, menyeberangi sungai, membawa 'Indonesia' dalam tas Papua-nya untuk mendapatkan sekolah yang punya fasilitas dan seragam bagus. "Gunung takut sama anak sekolah" adalah semangat dari ibunya yang membawa Denias pergi jauh dari honai-nya.

Juga semangat dari bapak yang bercerita tentang memanjat Pohon Kacang Polong, agar Denias bisa memandang dunia dari atas awan. Juga Maleo, si tentara baik. Dan saya tercenung pada keprihatinan Ibu Gembala (ko liat, logat Marcella Zaliyanti Papua skali toh? Sa suka!). "Ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Papua ini, saya berpikir penindasan dan pembodohan hanya dilakukan oleh para pendatang. Ternyata, penduduk asli pun melakukan hal yang sama".

Ironis memang. Sekolah yang dituju Denias, juga Enos [ko mo skolah juga kah? ko pi ambil ko pe raport karena skolah nda bisa pake peta saja], ternyata sekolah yang hanya ditujukan bagi anak2 para ketua adat dan anak2 dari lingkungan terdekat perusahaan raksasa di Papua. Padahal, berapa ribu anak yang butuh sekolah di sana?

Tapi sukurlah, Ibu Gembala mau menjadi pahlawan bagi Denias dan anak2 lainnya (menyakitkan mengingat Lintang yang tak punya pahlawan). Konon katanya Denias kini sekolah di Australia berkat beasiswa (kalo ga salah). Semoga cepat pulang, membangun kembali Papua yang zuper uwindah tapi penuh ironi itu.
Papua nan eksotis, juga ironis. Indonesia juga.

Rabu, 08 November 2006

Rp 6 Miliar untuk 6 Jam?

Tamu paling merepotkan sejagad raya mungkin George W Bush. Dan tuan rumah yang paling direpotkan adalah Kota Bogor. Bayangin, untuk kunjungannya selama 6 jam, Pemkot Bogor menghabiskan dana sebesar Rp 6 miliar. Berarti, biaya kedatangan Bush terhitung Rp 1 miliar per jam, mungkin sekitar Rp 2,8 juta per menit.

Mo ngapain sih dia kesini? Bawa apa? Apa manfaatnya buat Indonesia selain kerepotan2 itu. Padahal, amat banyak yang bisa dilakukan Pemkot Bogor dengan duit sejumlah itu, bagi masyarakat di sana. Mo bicara soal investasi orang2 Amerika di Indo? Yang ada cuma mengeruk sebanyak2nya keuntungan dari sini, lalu pulang ke negaranya dan meneriaki kita dengan sebutan negara teroris.

Ok...kita wajib menghormati tamu kita. Tapi apa dengan cara begitu? Membangun heliped di Kebun Raya Bogor? Kelewatan amat. Berapa banyak situs yang bisa hancur? Bukannya Amerika juga yang paling suka tereak2 soal 'menjaga lingkungan'? Kebun Raya juga ditutup 18-20 November. Sistem komunikasi juga dimatikan di kawasan Bogor selama Bush datang.

Aih...aih...segitunya. GR amat, emang sapa yang mo nyolek2 Bush? Kalo pun dicolek, pasti ada alasannya kan? Siapa yang ga inget perlakuan Bush dan tentara2nya ke Irak, Afganistan, Lebanon, dan semua negara Islam? Di Indonesia? Udah banyak korban. Asal Anda pemakai jilbab, dan janggut bagi kaum lelaki, siap2 aja dicap teroris.

Kita liat saja nanti. Maukah SBY bicara soal kerjasama2 yang bakal menguntungkan Indonesia? Lalu mengingatkan Bush soal kerusakan yang dilakukannya di Timur Tengah? Dan semua kebijakan ganda yang dilakukannya terhadap semua negara?

Eh, tapi napa sih harus di kebun raya? Ga ada tempat laen yang ga menimbulkan kerusakan? Ato, ya udahlah, selain Pecundang, Bush emang Perusak!

Jumat, 03 November 2006

Gimana Rasanya?

Gimana rasanya menjadi Iwah Setiawati?
Suaminya dibunuh, pembunuhnya kini udah bebas, dan Iwah dituduh nerima uang suap Rp2 miliar dari Tommy. Padahal dia ga terima sesen pun. Wajar kalo dia nanya, sapa yang nerima uang itu? Hakimkah? Jaksakah? Arrggghhh....tau kan rasanya dituduh???

Gimana rasanya menjadi istri Munir?
Suami dibunuh, ga ada yang dihukum, kasusnya dicuekin, kalo bisa dikubur dalam2. Suciwati berjuang sendiri, hingga ke negei jauh. Minta bantuan PBB, lembaga HAM internasional atau apalah namanya. Siapa yang peduli?

Gimana rasanya menjadi ahli waris Tibo cs?
Ketika umur ditentukan oleh ujung senjata dan peluru tak bermata. Kasus pun dilanjutkan ke mahkamah internasional.

Perasaan mereka semua sama. Dan komentar mereka pun seragam. "Percuma berharap tegaknya hukum pada negeri ini. Tapi, kalo harus melapor ke lembaga2 hukum internasioal itu (karena hanya lembaga luar yang bisa dipercaya), dengan apa kami harus membayar?