Kamis, 19 November 2009

Begini Hebatnya Dongeng Hukum di Negerimu

Saya, warga negara yang ga ngerti hukum. Tapi melihat beberapa peristiwa belakangan ini, saya sungguh prihatin. Walopun ga ngerti, saya merasakan begitu banyak ketidakadilan yang terjadi. Dan rasanya pengen ngomel2 melihat berita-berita ini....

Prita Mulyasari dituntut enam bulan penjara
Padahal menurut saya, si ibu dua anak kecil ini hanya mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Apa salah orang ngeluh menuntut pelayanan yang baik setelah dia memenuhi kewajiban membayar mahal pihak penyedia jasa? Menurut saya sih, seharusnya malah pihak penyedia jasa itulah yang minta maaf ke ibu Prita karena pelayanannya tidak maksimal kepada konsumennya. Bukan malah nuntut dan memenjarakan orang. Akan jadi apa semua warga negeri ini kalo ngeluh saja dienjarakan. Sementara koruptor dibiarkan bebas, lepas, dan malah berbalik menjadi pihak yang disegani, disembah duit haramnya.

Aguswandi dituntut penjara karena tuduhan pencurian listrik
Hanya karena dia ngecas hp di gang apartemen trus dikenai hukuman karena dituduh mencuri. Padahal itu bagian dari rumahnya sendiri, yang disewanya sendiri (termasuk fasilitas listriknya). Tapi ia justru dilaporkan oleh orang yang dibayar oleh penghuni apartemen untuk mengurusi apartemen itu. Kok semua serba terbalik ya? Bukannya seharusnya penyedia jasa berkewajiban memberikan layanan paripurna kepada pelanggan?

Kho Seng Seng jadi tersangka pencemaran nama baik
Dia dihukum karena menulis surat pembaca dan mengeluhkan penyedia jasa tempatnya berusaha. Belakangan dia kembali dijadikan tersangka karena mengomentari nama seorang calon anggota legislatif DPRD DKI di sebuah blog. Di sana Kho mengungkapkan kekhawatirannya jika calon ini terpilih maka dia hanya akan membela kepentingannya sendiri, bukan kepentingan rakyat yang diwakilinya. Bukankah begini seharusnya sikap seorang warga? Ikut mengawasi calon-calon wakilnya? Hmmm...salah ya?

Seorang nenek di Purwokerto dituntut penjara 1,5 bulan
Dia dituduh nyolong buah kakao dari perkebunan. Dalam dakwaan, tiga biji kakao itu disebut tiga kilogram! Dan si nenek yang tampil tanpa pengacara dan melakukan pembelaan atas dirinya sendiri itu bersumpah tak melakukan hal yang dituduhkan. Tapi jaksa tetap menuntutnya dengan penjara 1,5 bulan. Taik!

Saya, yang buta hukum ini, sungguh tidak mengerti bagaimana proses hukum dijalankan. Nenek dituduh nyolong kakao tiga biji langsung dituntut 1,5 bulan penjara. Sementara Anggodo, yang jelas2 mengaku di depan publik, dalam wawancaranya di tv-one setelah sidang di MK itu, telah berusaha menyuap aparat, ga diapa2in. Bukankah hukumnya sudah jelas? Tapi dia tetap bebas melenggang kangkung. Malah dia melapor telah dicemarkan nama baiknya. OMG!

Dan barusan, dua pimpinan koran nasional dipanggil polisi. Mereka, pimpinan Kompas dan Sindo, diminta menunjuk wartawan yang mengetahui tentang pemberitaan rekaman pembicaraan telepon Anggodo yang telah diperdengarkan di Mahkamah Konstitusi itu.

Astaganagaaaa...hebat bener kekuasaan orang ini!

Kamis, 12 November 2009

Yang Mulia, Mari Saya Ingatkan Beberapa Hal


Belum genap 100 hari setelah resmi pemerintahan negeri antahberantah ini berjalan. Dan melihat hiruk pikuk sandiwara penegakan hukum di negeri antahberantah akhir-akhir ini yang kian memanas dari hari ke hari....

Mari, yang mulia, saya ingatkan beberapa peristiwa...

Dulu seorang petinggi partai hijau dilaporkan oleh yang mulia ke polisi karena dianggap mencemarkan nama baik saat ribut2 soal poligami. Namun saat sekarang yang mulia disebut2 dalam rekaman pembicaraan dengan tikus dan dianggap mendukung sebuah konspirasi, malah didiamkan saja. Ah, mungkin dia lebih terusik dikira berpoligami daripada dikira korupsi.

Kalo anda diam, Mister, orang2 akan makin mempersepsikan bahwa anda terlibat. Atau...karena ini soal Bank yang mirip toko obat itu emang emmm...katanya nyumbang dana kampanye engggg...atau emmppphh... ah, sudahlah!

Lalu ingatkah Tuan pada iklan2 di radio, televisi dan media cetak menjelang pemilu lalu yang bunyinya membentak2 ngomong: Tidak! Tidaaaakkk! TIDAK! Itu? Ya, itu iklannya, KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI?

Lalu bagaimana orang2 di gedung sirkus Senayan sana saat ini yang juga muncul dalam iklan membentak2 ngomong TIDAK itu? Cih! Sama aja. Dari Ketua sampe kroco di Kamar ketiga. Mungkin saking takutnya diapa2in karena disana memang jadi sarang tikus, mereka melakukan beberapa hal yang nunjukin ketololan.

Pertama, si ketua membatalkan dua rapat dengar pendapat antara departemen dalam kamar. Salah satunya karena rapat dengar pendapat itu akan menghdirkan menteri pencegah kesakitan yang baru. Apa harus begitu? Mereka itu anggota dewan atau menteri yg harus berada di bawah komando yang mulia atau petinggi partai?

Ketololan kedua saat rapat dengar pendapat dengan Buaya. Saat warga negara ramai2 mengecam buaya dan mendukung cicak, mereka malah menjilat2 buaya. Hhh.... pertunjukan malam hari yang memuakkan.

Lalu ketiga, saat ribut2 soal hak angket bank yang mirip toko obat itu, ada yang mencak2, marah2, mengira yang mulia akan digulingkan dari jabatannya. Ketua lembaga paling tinggi tau2 tereak membersihkan diri dan bilang: "Yang bikin hak angket itu partai Kuning. Partai Merah cuma ikut2an aja."
Lho lho....takut amat yak diturunkan dari jabatan ketua :)) preeet dah!

Mari saya ingatkan lagi pidato yang mulia pada suatu hari di bulan Juni lalu. Ketika itu tepatnya 24 Juni 2009, yang mulia menilai Cicak menjadi superbody. “Terkait KPK, saya wanti-wanti benar, power must not go unchechked. KPK ini sudh powerholder yang luar biasa. Pertanggungjawabannya hanya kepada Allah. Hati-hati.”

Nah, yang mulia, saya sudah mengingatkan beberapa poin.
Dan para jelata, sebelum meledakkan amarah, coba diingat-ingat lagi sekarang, siapa orang yang kamu pilih saat pemilu lalu?

Kamis, 05 November 2009

Inilah Negeri yang Dikendalikan dari HP Bedebah

Hari-hari ini, konstalasi politik kian panas di negeri antahberantah. Apalagi sejak diperdengarkan rekaman telepon yang disadap di gedung berkubah. Mendengar isi rekaman itu, rasanya tak cukup dengan hanya mengatakan ini adalah buah persekongkolan para bedebah seperti judul Koran Tempo, Rabu (4/11).

Apalagi setelah menyimak isi rekamannya. Menjijikkan! Sangat jelas terlihat betapa penegakan hukum bisa sangat tergantung pada satu pengendali bernama DUIT dan semuanya bisa diselesaikan lewat telepon si pemilik modal bedebah itu! Bayangkan, penegakan hukum dikendalikan hanya seorang tua itu dari telponnya!

Anggodo dihubungi seorang pria:
23 Juli 2009, jam 19.29.45
Male : Kowe wis ketemu Truno? (sebutan untuk petinggi Polri di Jalan Trunojoyo) >>> kamu sudah ketemu Truno?
AGD : Wis mambengi (sudah tadi malam)
Male : Si Mursidin gelem? (mau?)
AGD : Yo tetep to (ya tetep)
Male : Rencana operasine (oeprasinya) kapan?
AGD : Apa?
Male : Rencana operasine (operasinya) kapan?
AGD : Pokoke berkase iki keto'ane dileboke ning nggone Ritonga minggu iki (pokoknya berkas ini kelihatannya dimasukkan ke tenpat Ritonga minggu ini)
Male : He eh
AGD : Trus balik kene, trus action (terus kembali ke sini, terus beraksi)
Male : Nek..Nek RI-1 durung? (kalau...kalau RI 1 belum?)
AGD : Wis..wis.. (sudah...sudah)
Male : Katane mo maju RI-1 sik (katanya mau maju RI 1 dulu?)
AGD : Sik..sik.., aku je nyocokno tanggal (nanti nanti, saya sedang mencocokkan tanggal)


Anggodo dihubungi seorang pria.
24 Juli 2009, pukul 12:25:27
AGD : Yo pokoke saiki berita acarane kene dikompliti ngono loh (ya sekarang berita acaranya dilengkapi gitu lho)
Male : He eh
AGD : Wis gandeng karo Ritonga kok dek’e. Janjine paling lambat Senen ambek Ritonga (Dia sudah menggandeng Ritonga kok. Janjinya paling lambat Senin k Ritonga)
Male : Senen opo?
AGD : Janjine ambek Ritonga (janjinya ke Ritonga)
Male : He eh
AGD : Sik final gelar iku sama Kejaksaan lagi terakhir Sela...Senin (Sebentar, gelar final bersama Kejaksaan yang terakhir itu Sela...Senin)
Male : Oooo, yo, yo, yo, sambil ngenteni surate RI-1 to nek? (Ooo ya ya, sambil nunggu surat RI 1 ya?)
AGD : Tak kiro kok wis nggak (saya kira sudah tidak)
Male : Lah, kon takok'o Truno 3 to.. masih perlu (Lah, kamu bertanyalah kepada Truno 3...masih perlu)

Anggodo dengan Yuliana
06 Agustus 2009, pukul 20.14.36
AGD : Trus, iku surat pencekalane gak diakoni karo KPK? (trus itu surat pencekalannya tidak diakui KPK?)
Y : Iyo, tapi ditakoni tandatangane nde sopo? Iya toh, ndeke ora njawab, modele bajingan kabeh yang, Chandra yang.. Wis blesno wae yang, ojo ragu-ragu. Pak Ritonga maeng SMS aku, rasane de'e besok pijet aku (Ya, tapi ditanyakan tanda tangannya kepada siapa? Ya kan? Dia tidak menjawab. Dasar bajingan semua, yang, Chandra yang. Sudah, jebloskan saja yang, jangan ragu-ragu. Pak Ritong tadi SMS saya. Kayaknya dia besok akan pijat bersama saya)
AGD : Terus ngomonge yok apa dek'e? (Terus apa omongannya?)
Y : Pak Ritonga mau SMS dek'e leg dino iki gak iso, besok ngono (Pak Ritonga tadi SMS bahwa dia hari ini tidak bisa. Besok mungkin)
Y : Wis maeng aku telpon, Pak gimana? Udah bagus to sekarang itu, lihat kacau semua itu, jare ngono (Tadi saya sudah telpon, Pak, bagaimana? Sudah bagus kan sekarang, lihat, kacau semua itu, begitu katanya)
AGD : Mosok ngomong ngono (masak bicara begitu)
Y : Iyo, ngomong ngono (iya ngomong gitu)
AGD : Terus
Y : Nanti besok aja cerita ya, jangan di sini ya? Ngono, bagus jere.. Pokok'e saiki memang Pak Rito, mati tak telpon. Pokoke bilang Anggodo suruh crita semuanya, ngerti, tahu gak? Karena ini, kali gak gitu, mati sendiri, ngerti gak? Polane saiki Pak iku SBY mendukung. Ngerti? SBY tuh dukung Ritonga loh, de'a loh, ngerti? (Nanti besok aja cerita ya. Jangan di sini ya. Itu bagus. Pokoknya sekarang memang Pak Rito tidak isa ditelepon. Pokoknya bilang Anggodo disuruh bercerita semuanya, ngerti? Karna ini, kali ini tak begitu, mati sendiri, ngerti? Polanya sekarang Pak itu...SBY mendukung. Ngerti? SBY tuh mendukung Ritonga. Dia disuruh bercerita semuanya. Ngerti?)
AGD : Nah, terus?
Y : Sak jam tak telpon aku ngomong, heh, opo, wis pokoke Anggodo. Anggodo he bilang Pak Anggodo, ya, omong seadanya, yang betul, ngerti? Kalo ga gitu, nanti bisa mati. Kita yang mati nanti, ngomong ngono, ambek aku ngono, persis iki omonganku. Oya, Pak, terus gimana, Pak? Ya, pokoknya bilang, ngomong. Eh, pokoknya ngomong sing betul, Ya, kalo ndak gitu nanti kita yang mati, ini Pak SBY ngerti, SBY itu mendukung kita, ngerti? Loh, wis toh, wis ngono tok dek'e ngomong

Ckckckck...jago kan? Bahkan orang tertinggi di negeri antahberantah ini juga disebut memberi dukungan penuh. Apa artinya ini? Berarti, terlibat?

Lalu, mari kita lihat soal bayaran untuk pengacara, jatah untuk polisi dan jaksa. Semuaya bisa selesai dengan uang!!! Ada pembagian jatah, woy!


Anggodo dengan Alex, pengacara Anggoro
19 September, pukul 19.54.12
AGD : Pembagian terakhirnya khan berapa lu? Berdua berapa, 5 M khan?
Alex : O, yang itu maksudnya, yang pos..pos anggaran
AGD : Ya, gua ngak tau krite..menurut gua pikir-pikir dia..mungkin maksudnya itu lu borong itu sama Bonaran
Alex : Maksudnya borong gimana, Pak?
AGD : Polisi lu yang kasih, jaksa lu yang kasih
Alex : O..ndak...ndak...ndak..ndak...sudah bicara kok..


Dan ini yang lebih ngeri. Rencana Chandra di-Munir-kan. Menurut saya, ini bukan sekedar obrolan antar dua orang tapi memang ada ancaman pembunuhan. Jadi, makin heranlah saya kalo dibilang si cukong tak kunjung ditemukan kesalahannya hanya karena dia cuma ngobrol2 di telepon. Cih!!!


Anggodo dengan seorang pria
16 September 2009, pukul 18.52.26
AGD : Ooo yo wis, wis telung wulan gak makan enak dino iki ate mangan enak (oo ya sudah, sudah tiga bulan tak makan enak, hari ini mau makan enak)
Male : Ooo siap bos siap bos
AGD : Soale aku mari antem-anteman karo Alex ndek kene (Soalnya aku baru saja berkelahi dengan Alex di sini)
Male : Hahahaha
AGD : Ternyata Truno tiga komitmen-nya tinggi sama saya
Male : Oo gitu, bos, ya
AGD : Lha kan wis mlebu bos wingi (Lha kan sudah masuk Bos kemarin)
Male : Iyo?
AGD : Gak dilebokno tapi wis ndek SK (Tidak dimasukkan tapi sudah ada di SK)
Male : Ooo siap, siap bos
Anggodo : Saiki non aktif, tapi katut koncone kene sithuk (sekarang non aktif tapi temannya ikut kena satu)
Male : Pak Ade
AGD : Dudu
Male : Sopo?
AGD : Bibit
Male : Oo itu tetep kenek? (Oo, itu tetep kena)
AGD : Yo wee, ilek iku kan ijek konco kene bos (Ya sudah, ingatkan, itu kan masih teman sendiri bos)
Male : Ooo gitu
AGD : Tapi lek sing sithuk Chandra sesuk dilebokno, malah tak pateni ndek njero kok (Tapi kalau teman yang satunya, Chandra besok dijebloskan. Malah akan kubunuh di dalam kok)

Akan jadi apa negeri ini? :(