Rabu, 28 Mei 2008

Kamis Putih untuk Korban Lapindo


29 MEI dua tahun lalu, pertama kalinya lumpur panas menyembur dari sumur minyak dan gas milik Lapindo Brantas. Dua tahun berlalu, jumlah korban terus bertambah, lahan yang tergenang lumpur makin meluas, tapi hingga detik ini, tetap saja tak ada perhatian pemerintah dan PELAKU serta PEMILIK terhadap para korban.

Mereka, para korban masih sama seperti dulu, makin miskin, sengsara, uang makan dihentikan, digusur dari pengungsian, dan uang ganti rugi tak kunjung diberikan. Anak-anak tak bisa sekolah, para orangtua tak bisa mencari nafkah karena tempat mereka mencari makan pun sudah tenggelam dalam lumpur. Dua bulan lalu, lumpur Lapindo sudah menenggelamkan 12 desa, 34 gedung sekolah dari TK-SMA, 60.000 orang mengungsi, 87 industri skala rumahan sampe skala pabrik besar yang ditenggelamkan lumpur. Belum lagi fasilitas umum yang tak bisa digunakan lagi.

Kawasan tersebut dibiarkan makin berbahaya dan jadi neraka. Sedikitnya 15 kali tanggul penahan lumpur jebol dan menggenangi kawasan sekitarnya. Hingga tengah Mei 2008, setidaknya ada 90 semburan lumpur baru disekitar rumah warga. Semburan baru ini katanya mengandung Nitrogen Dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC) yang mudah terbakar dan beracun.

Sementara pemiliknya, semakin hari semakin kaya dan makin tak peduli pada korban. Setelah tahun lalu dia menjadi orang terkaya se Indonesia dengan jumlah kekayaan 5,4 miliar dolar AS, tahun ini ia dinyatakan menjadi orang terkaya se- Asia Tenggara. Kekayaannya menjadi 9,2 miliar dolar AS. Sebelum menjadi orang terkaya se Indonesia tahun lalu, kekayaannya 'hanya' 1,2 miliar dolar AS. Berarti sekarang naik 9 kali lipat!!!

Sayangnya, kekayaan sebesar itu, sama sekali ga berarti apa-apa untuk korban Lumpur Lapindo yang tetap jatuh miskin, tak dibayar. Dia malah sibuk bersembunyi di balik punggung pembelanya, yang juga orang nomor satu dan nomor dua di negeri ini. Ah, lupa, namanya juga menteri kesejahteraan rakyat! Pikirkan dululah kesejahteraan diri sendiri, baru mikirin rakyat.

Sudahlah, saya makin emosi memikirkan itu semua. Kini, ayo, kita tunjukkan solidaritas kepada korban Lumpur Lapindo. Pakailah baju atau apapun berwarna putih di hari Kamis, 29 Mei. Itu tanggal saat lumpur lapindo mengenangi Porong, Sidoarjo. MENGAPA PUTIH? Karena putih adalah simbol kesucian hati, pikiran, tindakan dan perkataan. Warna putih merupakan simbol perlawanan terhadap segala bentuk kebohongan yang pernah dilontarakan oleh Lapindo, pemerintah dan wakil rakyat selama ini!

*ma kasih buat Mbah yang mau membuatkan gambar ini

Jumat, 23 Mei 2008

Omongannya memang tak bisa dipegang

Kalo kebo, yang dipegang, talinya. Kalo manusia, yang bisa dipegang cuma omongannya. Lha kalo politikus, yang dipegang apanya? Diingetin pernah ngomong 'anu', disangkal. katanya itu kerjaan pers yang suka memelintir. Atau apalah. Kasus terakhir, soal janji mister presiden pada 7 November 2007, yang pernah ditayangkan di sini, sekarang malah udah ga bisa diakses. Sepertinya ini udah dihapus.

Tapi bukan berarti dihapus trus jejaknya ga bisa dibuka lagi. Ada banyak situs lain yang mendokumentasikan. Maklumlah, ini omongan seorang presiden yang menyejukkan dan sangat populis. Wajar kalo disimpen dan didokumentasikan banyak orang. Mister presiden kala itu berkata, ga ada rencana pemerintah menaikkan harga BBM selama 2008 nanti.

Ini isi berita yang pernah dimuat di sana dan di sini

Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada APBN tahun 2008. Penegasan tersebut disampaikan Presiden seusai melantik Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) baru, Laksamana Madya Sumardjono, di Istana Negara, Rabu (7/11) siang. "Tidak ada opsi itu karena kita cari solusi yang lain, yang cespleng. Paling tidak mengurangi dampak tanpa harus menimbulkan permasalahan pada masyarakat luas. Insya Allah kita carikan jalan terbaik," kata Presiden kepada wartawan.

Pemerintah, lanjut Presiden SBY, akan terus melakukan langkah-langkah untuk mengatasi harga minyak yang kian melambung. "Kita lakukan langkah-langkah domestik, kebijakan yang lain supaya kita bisa mengatasi. Ada solusi, tidak mengguncangkan perekonomian kita, tidak mengubah anggaran pembelanjaan kita. Itu yang sedang kita lakukan, yang pada saatnya kalau memang begini terus dan lebih tinggi lagi, tentu akan ada yang kita lakukan secara signifikan," kata Presiden SBY. (mit)


Terserah Anda, ini dikategorikan sebagai janji atau bukan. Terserah juga kalo sekarang tuan presiden lupa pada omongannya kala itu. Terserah kalo dia mau bilang ini hasil plintiran pers. Yang jelas, ketika besok bangun pagi-pagi, BBM udah naik, harga2 semua barang juga naik, pekan depan ongkos angkutan naik.
Hufhhh...! Yang perlu kita ingat hanya satu: TAK ADA YANG BISA DIPERCAYA. Liat, omongannya pun sudah tak bisa dipegang!

Selasa, 20 Mei 2008

Seabad Indonesia Bisa ...!

Hari ini kita mengingat kembali berdirinya Budi Utomo, 100 tahun Kebangkitan Nasional, dengan bangga dan prihatin. Begitu kata Ndoro. Kita bangga karena jauh sebelum zaman serba modern, jauh sebelum adanya gedung2 pencakar langit di negeri ini, telah lahir orang-orang pintar dan berhati mulia di zamannya.

Atas saran dari dr Wahidin Sudirohusodo, dr Sutomo, Cipto Mangunkusumo dan kakaknya, Gunawan serta atas dukungan para pemuda pelajar STOVIA, berusaha memberi bantuan kepada sesama warga agar mereka yang cerdas dapat masuk ke lembaga pendidikan Belanda. Sutomo diangkat menjadi ketua.

Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.
Sutomo yang kemudian menjadi dokter, selalu berpindah tempat. Ia pula yang membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan.

Karena sering berpindah tugas, ia semakin mengerti bagaimana kehidupan rakyat yang sesungguhnya. Karena itu, ia tidak menetapkan tarif, bahkan adakalanya pasien dibebaskan dari pembayaran. Ketika arah pergerakan nasional semakin terasa, ia terjun ke bidang pilitik. Tujuannya bukan memperdaya rakyat, tapi memajukan kehidupan rakyat.

Karena itu, peringatan 100 tahun kebangkitan nasional hari ini, buat saya juga merupakan sebuah keprihatinan. Saya tak bisa membayangkan bagaimana seandainya mereka, pendiri Budi Utomo itu melihat kondisi sekarang, ketika segala yang mereka perjuangkan, nyaris tak berbekas.

Pendidikan? Nyaris hanya orang2 kaya yang bisa sekolah karena biaya pendidikan makin mahal. Sekolah Belanda? Hehehe...sekolah negeri aja mahal! Pengobatan gratis? Nanti dulu...kami ini kuliah di kedokteran tidak gratis! Biar balik modal, kami buka praktek dengan tarif mahal. Para politikus? hehehe, kalo ga korup, ya main pilm bokep.

Oke, ada sekolah gratis. Ada juga dokter murah [di Balikpapan ada dr Aryono Wardiman, tarifnya dulu hanya Rp 5.000, lalu Rp 10.000 dan kini Rp 15.000, selama bertahun-tahun lamanya]. Tapi jauuuuuuh masih lebih banyak lagi warga yang tidak bisa mengakses keduanya karena tetap tidak mampu misalnya untuk beli pakaian sekolah, transpor ke sekolah atau ke dokter, dan beli obat. Udahlah, jangankan untuk baju, transpor dan obat modern, buat makan aja susah. Apalagi jika BBM nanti jadi naik. Yang jumlahnya bertambah tidak cuma orang miskin, tapi juga orang gila!
Jadi, slogan baru 'Indonesia Bisa' sepertinya akan makin luas maknanya. Bisa gila, bisa ancur, bisa...ouh, berdoa yang baik2 aja, bisa bangkit dan bersama kita bisa (gila?)

Jumat, 16 Mei 2008

Pilih Dibui atau Ditonjok?

Kira-kira cara apalagi yang akan ditempuh tetikus ini untuk berkelit karena ketahuan plesiran ke negerinya Maradona dengan membawa serta keluarga mereka? Ketika semua orang tengah prihatin karena BBM mau naik [dan seluruh kebutuhan hidup lainnya udah lebih duluan naik] mereka malah jalan2 ngabis2in duit negara sekitar 6.000 dolar per hari? OMG, punya hati atau nggak, ya?

Kalo berita itu bikin pusing, berita satu ini justru bikin saya tertawa2 jahat. Seorang anggota DPR dipukul di Bandara Soekarno-Hatta, tepatnya di Terminal IV khusus pendataan dan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Katanya yang memukul itu ngakunya petugas.

Si anggota DPR dipukul ketika sedang berbincang dengan beberapa TKI yang terlantar dan tidak dipulangkan ke daerah asalnya. Katanya petugas yang berada di terminal itu menahan sejumlah paspor TKI sehingga mereka tidak dapat pulang ke kampung halaman masing-masing. Saat bincang2 itu, tiba-tiba ada oknum petugas di terminal menghampiri si anggota DPR yang terhormat dan berupaya menonjok mukanya.

Saya tertawa2 bukan karena tak prihatin. Tapi karena berpikir, kalo tak ditonjok, mungkin anggota DPR ga akan pernah peduli pada nasib TKI. Bukankah bertahun-tahun lamanya, nasib para TKI tetep begitu-begitu saja? Pergi karena pemerintahnya tak mampu menyediakan lapangan kerja. Lalu mereka pulang dengan dijemput para pemeras mulai dari bandara hingga ke kampung halaman.

Atau jika terjadi sesuatu pada mereka di luar negeri sana, pemerintah saling lempar tanggung jawab. Agen disalahkan, TKI ditelantarkan. Karena itu, saya tetap meragukan sikap mereka setelah peristiwa ini. Mungkin yang akan dibicarakan di gedung sirkus sana bukan terkait TKI yang terlantar, tapi soal anggotanya yang ditonjok!

Senin, 12 Mei 2008

satu per satu mereka bunuh diri...

Neng, titip anak. Kakak sudah tidak tahan lagi. Inilah yang bisa saya titipkan. Jamak minta tobat. Ibu, semuanya, jangan menyalahkan siapa-siapa. Ini murni bunuh diri, nebus dosa. Salam untuk bapak, uwak, sekalian.

BBM naik dua minggu lagi. Dan dua warga menyambutnya dengan bunuh diri. Salah satunya, Jamaksari, warga Serang, Banten. Surat di atas, ia tinggalkan untuk istrinya. Ia sudah begitu frustasi dengan keadaan. Ia tak mampu lagi mencukupi kebutuhan keluarganya. Utang gabah tiga kuintal ke musholah dan dua kuintal ke tetangga, belum dilunasinya. Ia kuatir ketika harga BBM naik lagi, ia akan makin susah. Ia tak tahan hidup, malu pada keluarganya. Ia memilih mati. Gantung diri dengan tali plastik di pohon petai, di kebun tetangganya.

Warga Serang lainnya yang bunuh diri bernama Ma'mun. Beberapa hari sebelum bunuh diri, ia mengeluhkan harga kebutuhan pokok yang terus melonjak. Padahal sebelumnya, hidupnya sudah sulit. Untuk makan sehari-hari saja, ia harus ngutang di warung. Apalagi jalan keluar yang bisa dilakukannya selain bunuh diri? Karena bertahan hidup pun sungguh tak nyaman ketika dikejar2 utang [dan akhirnya mati juga di tangan pemberi utang yang juga terdesak kebutuhan hidup]

Orang-orang mulai putus asa. Satu per satu, mereka bunuh diri. Jangan harap mereka yang di atas sana peduli. Mereka ga baca berita ginian. Mereka sibuk dengan wacana mereka sendiri. Mereka sibuk dengan mimpi2 yang melewati langit ketujuh. Saat digugat, mereka balik menuduh para penggugat bahwa mereka hanya membela kepentingan orang kaya dengan menolak kenaikan harga BBM.

10 tahun reformasi, ternyata hasilnya ya begini. Kekuasaan buah perjuangan orang lain telah mereka nikmati, lalu lupa berdiri dari kursi empuk. Anehnya, ketika pesta demokrasi tiba, orang- orang yang sehari-harinya kelaparan, tetap memilih mereka yang busuk itu setelah diberi sepaket sembako.
Kuingatkan sekali lagi, JANGAN PILIH MEREKA LAGI! jangaaaaaannnnn!!!

* ide tulisan dari berita Pos Kota, Sabtu (10/5) dan essay Satrio Arismunandar