Kamis, 28 April 2005

PULANGGG...!?!

Kamis, 28 April 2005
Tepat seminggu lalu, gw ditelfon bos yang di kota M mengabarkan gw jadi dipindahin ke sana. Semenjak itu, isi kepala gw hanya kata pulang, pulang, pulang! Tapi tiga hari berikutnya, saat kepala bagian PSDM disini yang nelfon, yang datang malah kebimbangan.

Kalo gw pulang, berarti gw ga harus kost, kantor deket dari rumah (hanya 100 meter), dekat keluarga yang berarti banyak yang bisa dimintai tolong. Kalo gw tetep disini, gw harus nyari kost lagi (karena mess yang dibayarin kantor dah abis masanya), kantor jauh, ga ada keluarga.

Hmm...soal kost, jadi inget saat kuliah. Gw dan dua temen lainnya selama enam tahun (kuliahnya lama nih...) pengeeen banget bisa kost, bosen tinggal ma keluarga mulu. Pengen kek temen2 lain, bisa ngatur rumah sendiri. Tapi hingga selesai kuliah, tetep aja ga pernah dibolehin kost ma ortu. Pas kerja di kota lain, otomatis harus kost. Tapi gw hampir gila. Gimana nggak, dalam seminggu, bisa diitung jari berapa kali gw ngobrol dengan orang lain kecuali pas di kantor. Kalo libur di kost-an, bisa dipastiin sehari semalem gw ga memanfaatkan pita suara pemberian Tuhan.

Soal pulang lagi..., masih ada ga enaknya kalo gw pulang. Yang pertama ada di pikiran gw, kalo gw kembali bekerja di lingkungan orang-orang yang mengenal gw (lengkap dengan masa lalu gw yang oon gitu), gw ga bisa kerja. Kreatifitas pasti mandeq....hehehe, sumpah! Trus....cita-cita gw untuk bisa menginjakkan kaki di semua tempat di negeri ini, apa juga harus ikut mandeq karena gw pulang?

Ternyata lagi, kepindahan (tepatnya sih pertukaran karyawan) ini bukan hal simpel seperti mutasi umumnya. Alasan PSDM, perusahaan disini dan di kota M, beda, meski berada dalam satu grup. Bingung. Makin bingung aja saat pembicaraan tetek bengek seperti salary, masa kerja, cuti, jaminan kesehatan, kendaraan, etc, ribet dah pokoknya.

Trus....misalnya nih ya, setelah pulang....setelah gw disana, apa semua masih seindah dulu? Jangan-jangan, dulu gw ngebet pulang karena urusan nostalgia, romantisme belaka? Soalnya beberapa kali gw pulang (cuti), gw malah merasa terasing di sana. Jauh dari hal-hal indah yang gw bayangkan. Dan pasti banyak yang menyayangkan gw pulang, khususnya yang tipikal na sama ma gw, avonturir, ceile....! Perempuan kek gw susah dapet ijin keluar meski suku kami suku perantau (hehehe...). So, napa gw harus pulang sekarang? Tapi gw kan buruh...kuli...gw harus nurut katanya. Huh...!

Tapi tanpa sadar, sambil memikirkan untung-rugi itu, gw malah ngepakin barang2. "Dodol...itu artinya emang lu pengen pulang, hahaha..." kata temen gw. Temen yang sama mengingatkanku untuk mulai berpikir tinggal menetap di suatu tempat dan mulai membangun suatu hubungan, huoeksss...:)) Pikiran ajaib....dari mana datangnya?

Rabu, 20 April 2005

Rasa Takut Itu Ilusi, Keep Fight!

Rabu, 20 April 2005
Pukul 02.00 malam kemaren, seorang teman yang begitu akrab di masa lalu (hingga kini) nelfon gw sesaat setelah gw terlelap. Heran, setelah tiga tahun tanpa kabar, tumben dia nyapa gw. Lalu obrolan berlanjut di sms...

Mimpi ape lu?
[yang tidur sapa? situ kan? gw masih melek, non]

Ini sesuatu yang ga biasa neng, what happend?
[...saya baik2 aja, cuma kali ini merasa down banget. dukung diriku yaaa]

Gw selalu ngedukung lu, come on girl!
[diriku berdiri ditempat, kalian semua berlari...melambung. kenapa cobaanku banyak ya? Dan jujur aja, aku tidak berani menghadapinya. sudah, tidak usah dibahas dan ditanya2. Ini tidak menarik!]

Mang gw gila? Diam dan nyenyak saat tau temen gw ada masalah? Ga ada sejarahnya kita ninggalin kawan kan? Ga guna nyesel neng, mulai ikut gila berlari juga boleh!
[kalian emang gila. sudahlah, tidur saja. masalah ini kuncinya pada diriku, berani ndak untuk kembali gila. tapi akan kucoba, ga akan kubiarkan diriku terus menerus begini]

Ok, takut itu ilusi, lawan aja. Keep fight ya neng, nice dream, mmmuaaaccchhhh!

Obrolan berakhir. Bisa ya gw ngasih nasehat kek gitu? Soal 'ga ada sejarahnya ninggalin kawan' emang masih gw lakuin --semoga ga kek kawan yang diceritain Ochan yang juga pernah ngomong hal yang sama-- dan insya Allah ga brenti.

Tapi saat ini gw ga sedang berlari, gw ga sedang melambung, ga sedang berjuang, ga sedang berbuat apa-apa.

Gw cuma berdiri di atas rakit entah milik siapa, menyusuri tepian sungai, tak pernah mau ke tengah, dan terus mengikuti arus. Dan orang yang melihatku, menganggapku sedang berjuang???

Jadi gw heran juga bisa ngasih nasehat kek gitu...! Gw ngajak temen gw itu gila gimana? Berlari kemana? Mengejar apa? Melawan apa? Juga pada empat nasehat berbeda buat empat kawan yang datang sebelum telfon tengah malam itu, ilmu dari mana?

Rabu, 13 April 2005

Manusia, Hewan, atau Binatang Berseragam?

Rabu, 13 April 2005

Satu pesawat hilang di pesawat dengan sembilan penumpang yang tak ketahuan rimbanya.
Berita itu gw denger dan liat di tipi tadi siang. Mendengarnya, gw jadi inget cerita Daniel Mahendra di kumpulan cerpennya, Selamat Datang di Pengadilan.

Salah satu cerpennya bercerita tentang kepiluan keluarga korban jatuhnya pesawat Hercules di sebuah daerah di Sumatera. Tapi kejadian tersebut ga boleh diekspose. Jasad korban pun akhirnya dijinjing dalam koper pakaian untuk diserahkan pada orang tua korban di Jakarta.

Teramat memilukan bagi orang tua mana pun menyaksikan jasad anaknya dalam jinjingan, bukan pada peti mati seperti perlakuan terhadap mayat umumnya. Semuanya demi menjaga nama baik sebuah kesatuan. Orang-orang tidak boleh tahu bahwa ada cacat dalam prosedur peminjaman barang rongsokan milik negara bernama Hercules itu.

Kembali ke soal pesawat hilang....
Kalau lokasi hilangnya pesawat bukan di belantara misteriusnya Papua, mungkin aku tidak sampai teringat karya Daniel Mahendra yang juga selalu membuatku sirik pada ketajaman imajinasinya.

Kecelakaan di Papua kembali mengingatkanku pada kawan yang kutulis dalam "DIA KAWANKU" di bagian lain blog ini. Cerita lengkap kematiannya baru kudengar dari seorang kawan, minggu lalu.

Kematiannya, jauh dari proses yang wajar. Entahlah..., mungkin kematian dengan cara itu tetap wajar bahkan sangat biasa bagi pemburu kawanku itu. Sama dengan kematian Theiys. Bayangkan, nyawanya dipisahkan dari raganya setelah berhari-hari dikejar-kejar hingga ke pedalaman. Setelah ditemukan, tubuh kawanku diserempet mobil, lalu ditembak. Untuk meyakinkan kematiannya, jasad kawanku lalu dilindes ban mobil mereka. Dan untuk menyempurnakan sadisme para pemburu, kepala kawanku pun dipenggal hingga terpisah dari badannya.

Terhenyak. Mual. Pemburu kawanku itu, dinamai apa? Manusia atau hewan atau binatang berseragam?

Selasa, 12 April 2005

40 Hari sebelum kk Celeron meninggal

Kota Tepian, 23 Desember 2004

Kala hatimu telah bulat
untuk pergi
Tangan dewa pun tak bisa
menyeretmu padaku
Terima kasih untuk malam-malam indah
di masa lampau

[[[kutulis pada sampul buku Perjalanan Wartawan Boke Keliling Dunia, Tony Ryanto]]]

Ulang Tahun Paling Sepi dan Menyedihkan
Asli, ini ultah gw yang paling menyedihkan dan paling sepi. Gw biasanya ga pernah berharap ada yang ingat hari ulang tahunku. Tapi saat ini, saat tak satupun mengucapkan selamat ma gw, ternyata gw amat sangat nelongso.

Taon-taon sebelumnya, gw juga ga pernah punya seseorang yang special yang akan memberiku ucapan selamat ulang tahun di tengah malam buta saat lonceng berdentang dua belas kali. Tapi pasti selalu ada kawan dan sahabat yang malah memberiku ucapan selamat sebelum pukul 00.00.

Malam tadi, Koko baru pulang dari Bali. Dia bawa Arak Bali. Kangen (pada suasananya, pada kawan-kawan lama, pada Bali-ku) jadi gw minum dikittt. Mungkin karena dosa kecil ini, jadi ga ada yang inget ultah gw.

Ups....ternyata ada. Dia menelepon pagi-pagi buta, membangunkanku dari rasa kesal dan memberiku ucapan selamat dan membuat haruku membuncah.
Gw hampir lupa, gw masih punya kk Celeron (almarhum Yunan Aunur Rofiq).
Dia, kk paling baik yang pernah gw punya.
Kita memang tidak pernah ditakdirkan untuk bertemu, tapi doaku akan terus mengalir untukmu kakakku tersayang.

[[[mengingatnya kini, membuatku merinding! Ternyata ulang tahunku saat itu bertepatan 40 hari sebelum kk Celeron meninggal, 30 Januari 2005, Innalillah...]]]

Lalu, kesedihan terus berlanjut di akhir tahun itu. Sedih melihat Mei, temen kantor dan temen di mess yang berusaha menikmati dan merayakan natal dalam kesendirian! Semoga kesedihan ini tak berlanjut di tahun mendatang, Amiiiin!!!

Catatan yang Tercecer

Selasa, 12 April 2005
* Tulisan ini, jawaban dari keluhanku hari kemarin. Kukumpulkan coretan2ku di sampul2 buku yang sempat terkumpul. Mirip dengan nukilan diary pada kumpulan coretanku yang lain....

Biasanya kalau beli buku, gw suka nulis-nulis di sampulnya, bisa jadi berhubungan dengan perasaan gw saat beli buku itu, ataupun apa yang sedang gw pikirkan. Sebenarnya masih banyak, tapi hanya sebagian ini yang kutemukan. Sebagian buku dipinjem temen, baik satu kota maupun beda pulau, sebagian tertinggal di kota yang pernah kutinggali, sebagiannya lagi hilang atau tak kembali setelah dipinjem.

Uh, paling sebel deh kalo ada yang minjem buku trus ga dibalikin. Kalo dia ngomong jujur saat bukunya ilang, masih mending, mungkin bisa gw maafin. Tapi biasanya, mereka menghindar dan seolah-olah lupa kalo pernah minjem buku. Setiap ditanya selalu ngeles, hmm...alamat buruk!

Paling sebel lagi kalo buku itu dipinjem (diambil) tanpa seijin gw, trus dipinjemin lagi ke orang lain, juga tanpa seijin gw. Huh, dongkol abis, pengen ngamuk aja rasanya.

Gw jadi inget cerita dongkol temen gw juga tentang buku. Kata dia, "Gw paling kesel sama peminjam buku. Ga tau diri, apalagi sampe ngilangin buku. Mereka ga tau kalo gw aja sampe nabung lama, nahan2 laper, nahan keinginan untuk jajan, hanya untuk beli buku. Dan mereka dengan enaknya tinggal minjem, pake diilangin lagi, tanpa harus kehilangan uang jajan".

Kedengaran pelit dan sadis, tapi gw setuju banget. Karena hal yang sama gw lakukan juga, rela berlapar-lapar untuk beli buku. Dasar orang miskin!!!Ceritanya udah panjang, inilah catatan yang tercecer itu....

Kota Tepian, 29 November 2004
Disertai selarik sms
yang resah
Dari awan di batas
sepi
Yang mendamba hati
riang di balik jendela
(Insiden Anjing Tengah Malam Yang Bikin Penasaran, Mark Haddon)

Makassar, 14 Juli 2 ribu 4
Setelah 1,5 tahun
Kembali kaki berpijak
Di tanah merah Makassar
Pepohonan telah tumbang
Berganti batangan baja
Berselimut beton
(Dan Damailah Di Bumi, Karl May)

Kota Tepian, 26 Desember 2004
* Hari-hari penuh tipuan
Kupikir nama di sampul buku ini
adalah lentera merahku
Tapi aku salah kaprah
Mungkin karena terlalu besar
Harapan yang kupupuk untuknya
Jika tanaman, mungkin aku telah mati
Setelah menelan terlalu banyak
pestisida dari pupuk yang kutebar
Tapi harapan, anehnya, tak pernah mati
(Rakkaustarina, Jamal)

Kota Tepian, 13 Maret 2005
Sore yang dibasahi hujan Bulan Maret
Saat insomnia masih menderaku
Saat kejenuhan membebatku
Saat kesepian menyergapku
Saat kesendirian menemaniku
Saat kebosanan mengiringiku, setia...
sesetia dirinya
Yang tak pernah menungguku di ujung waktu
(Tuhan Kiri, Aris Wahyudi)

Makassar, 16 Juli 2004
Heran pada perkembangannya
Sebentar lagi jadi belantara beton
Tanah ini
Tanah merah
Tanah merdeka
Tanah tempat menanam rindu
(Eragon, Christopher Paolini)

Kota Minyak, 12 September 2003
Usai percintaan panjang kita semalam
Ada yang membuatku rindu
Untuk selalu kembali padamu
Bau keringatmu di tubuhku
Takkan bermusim
Seperti sakura
(Penafsir Kepedihan, Jhumpa Lahiri)

Jakarta, 24 Desember 2003
* Buku ini dibeliin Koko, udah ada kata-kata indah di sampulnya, jadi gw ga perlu nambahin lagi dengan coretanku yang kacau

Lalu Bapakmu akan berkata, bintang tak pernah secantik tampakannya, tak sedekat yang kita duga. Ia cuma penghias panas malam para pemimpi.
Tapi aku mau terbang. Aku mau menyentuh bintang. Jika ujung jariku melepuh, akan kubelah lima. Dan aku pulang dengan sepasang tangan berjari lima puluh.
(Cala Ibi, Nukila Amal)

Kota Tepian, 26 Desember 04
* Abis nipu orang, padahal udah tau dosa:(
Buku ini gw bangettt!!!
Biru sampulnya
Biru hatiku
Biru isinya
Haru biru jiwaku
(Subject:Re:, Novita Estiti)

Kota Minyak, awal Januari 2004
Rinai hujan menusuk sepi
wangi tanah dan hijau dedaunan
menyambutku di tanah baru ini
akan betahkah aku di sini?
setelah terbiasa dengan mobilitas
kota garang, panas berdebu
yang selalu memanggilku untuk kembali
meninggalkan kegamangan berbeda
di kota berminyak ini
(Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta, Seno Gumira Ajidarma)

Kota Minyak, 22 Mei 03
Sehari setelah lima tahun reformasi
apa yang kulakukan disini?
sementara mereka yang lainnya sedang berperang
di sini, yang kanan sedang membendung kiri
di sana, konon kiri menggiring kanan
aku hanya menonton
atraksi penuh ketololan itu
diam saja, biarlah dikatai bodoh
dan tak berbuat apa-apa
aku benci harus bergesekan
hingga kulitku lecet dan perih
karena kulit saudaraku sendiri
(Mereka Bilang Saya Monyet, Djenar Maesa Ayu)

Kota Minyak, 31 Maret 04
Hari terakhir kampanye pemilu
benar-benar memuakkan
menonton kebohongan diumbar
kenapa kendaraan mereka
hanya melewati jalan protokol
tak pernah sempat melongok dalam gang sempit dan berbau itu
padahal di sana sumpek dan harus dibebaskan
(Imipramine, Nova Riyanti Yusuf)

Kota Minyak, 090503
Hari kedua kebahagiaanku sebagai buruh
Juga jadi lebaran kedua yang menyedihkan
(Lebaran di Karet, di Karet....Umar Kayam)

Kota Tepian, 24 Agustus 2004

Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan
Mereka lebih memilih berpeluh
hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup dan harus tetap hidup
Keringat mereka adalah api
Dari keringat itulah asap dapur masih tetap terjaga
Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka
Mereka pun menyusui laki-laki
Menyusui hidup itu sendiri
(Tarian Bumi, Oka Rusmini)

[[[Perempuan, di sudut manapun di seluruh negeri ini, sama kuatnya dengan perempuan Bali. Mereka perkasa dan bukan pengeluh!]]]

Kota Tepian, 29 Agustus 2004

Apakah hidup akan menyisakan sepotong kecil,
seukuran kuku kelingking,
sedikit saja,
keinginanku yang bisa kutanam dan kusimpan sendiri?
Hyang Widhi, apakah sebagai perempuan, aku terlalu loba, tamak
Sehingga Kau pun tak mengizinkanku memiliki impian?
Apakah Kau laki-laki? Sehingga tak pernah Kau pahami keinginan dan bahasa perempuan sepertiku?
(Sagra, Oka Rusmini)

Kota Minyak, 26 September 2003
* Disertai rasa sirik pada perempuan2 kaumku, yang begitu piawai mencipta tulisan
Renggutlah dawai yang bergetar itu
sebab takdir
menjatuhkan manusia
kuajak kau semua menangis bersamaku
(Ode Untuk Leopold Van Sachen-Masoch, Dinar Rahayu)

Senin, 11 April 2005

Mengeluh dan Bertanya Lageee....

Senin, 11 April 2005

Pagi2, buka-buka blog orang. Duh, kok punya mereka bagus-bagus ya? Ga cuma tampilannya, tulisannya juga oke-oke. Gw kapan bisa bikin yang sebagus punya mereka? Ada lagi yang mo bikin buku, ada juga yang udah mo loncing buku tanggal 23 April nanti. Itu kan cita2 gw dari dulu... dan sampe sekarang ga jadi2. Trus gw banding2in ma blog orang, gw tergolong lebih cepet punya blog, tapi isinya segini doang.

Kok mereka bisa sih? Kok gw ga bisa? Pan kalo diliat2, isinya biasa aja, gw juga bisa bikin kalo kek gitu. Ato karena gw pemalas? Atau gw ga PeDe kali ya? Ato emang gw ga bisa beneran tapi ngerasa bisa? Pan katanya kalo kita membayangkan sesuatu, pasti kita bisa meraihnya. Kalo masih bisa bermimpi, berarti kita masih ada alasan bertahan hidup buat ngebuktiin mimpi2 kita.

Tapi perasaan gw mimpi mulu. Dari dari jaman SD, baru puisi yang gw bisa, itupun asal banget bikinnya. Sampe sekarang ga bisa bikin cerpen. Pengen bikin tulisan ringan, pendek, ngena banget, yang gw bikin dari pengalaman detik ke detik hidup gw -- kek di blog temen gw Ochan -- tetep ga bisa2!

Kata orang, biar tulisan jadi bagus, harus banyak latihan. Lha gw tiap hari kerjanya cuma nulis tapi kok ga bagus2? Herannya, kalo bikin coretan2 di sampul buku ato entah dikertas lecek, biasanya malah bagus2. ( bagus menurut gw sih, hehehe....) Ato ini kali.... -- meski dengan malu gw akuin-- mungkin gw terlalu jaim kalo bikin tulisan buat di blog, hahaha....!

Pan gw ngerasa, kalo gw bikin di blog, bakal dibaca orang diseluruh belahan dunia. Jadinya diatur banget, taunya hasilnya ancur banget, hahaha...! GR kali aku nih...padahal sih blog gw ga ada pengunjungnya. Eh, kalo pengunjungnya ga ada, bagus juga kali ya? Biar gw bisa nulis yang asik2 tanpa harus jaim.
Udah ah ngeluhnya, gw mo latihan nulis lageeee......, harus semangat lageeeee, biar bisa bikin buku, ato blog yang asik dibaca!

Minggu, 03 April 2005

Penyesalan

Sabtu, 2 April 2005

Tau ga sih rasanya kesel pada diri sendiri karena kebodohan kecil dan emosi sesaat?
Malam ini gw kesal ma seseorang yang terus menerus nge-sms-in plus miskol (maksud gw missed call gitu lho...). Abis gw bales sms-nya sekali dengan sedikit kasar, gw taro hp di bawah bantal biar bebas dari suara miskol dan sms-nya. Trus gw tinggal nonton deh...!

Jam 12 malem teng, gw mo tidur and baru inget ada hp di bawah bantal. Gw ambil buat ngecek....hehehe, ternyata penasaran juga ma balasan sms dari orang yang lagi dikeselin. Tau-tau muncul nomer lain yang ga dikenal. Hmm....lengkap dengan sms.

Innalillahi...telepon tak terjawab yang datang bertubi-tubi itu ternyata berita duka.
Kakak kandung bapak yang udah sakit bertahun-tahun, baru saja meninggal setengah sebelas malem tadi. Rasanya nyeseeeel tidak tahu lebih awal. Kenapa juga hp tadi kucuekin ketika sayup2 suaranya dari balik bantal memanggil2ku. Gw sadar, gw juga ga bakal bisa berbuat apa-apa kalo tau beritanya lebih awal, ga bisa pulang karena jarak kami sejauh ini, apalagi untuk mengembalikannya seperti semula.

Yang kuingat tentang beliau, dulu beliau orang paling bersih, paling telaten se dunia. Ga setitik debu pun bisa hinggap di dalam rumah, bahkan di halaman. Semua harus bersih, kinclong, sampe orang2 tetangga kami bilang, mereka bisa bercermin di halaman kami. Semuanya dikerjakan sendiri meski dirumah kami banyak pembantu [[[[[[....maaf, pasti orang2 ini akan protes kusebut pembantu, sebab mereka mengaku hanya mengabdi di rumah kami, mengikuti setiap langkah junjungannya, hingga tak peduli pada diri sendiri. Hidup mereka hanya untuk pengabdian. Padahal sengaja kusindir mereka dengan harapan mereka mau keluar dari perbudakan ini dan mencari hidupnya sendiri sebagai orang merdeka. Tapi belakangan kuketahui mengapa mereka menolak dimerdekakan. Ternyata di luar sana, kemerdekaan membuatnya terjajah oleh tuan-tuan yang lain dan dia harus bertahan sendiri. Tapi jangan-jangan kondisi ini juga buatan para majikan agar budaknya kembali mengemis padanya? Entahlah....]]]]]

Lalu debu-debu itu hilang dari rumah dan halaman kami, sebagian masuk ke paru-parunya dan kini meninggalkan penyakit menahun, asma dan TBC. Masa di akhir2 hidupnya, tak ada yang mau mendekat padanya, takut ketularan penyakit. Sebagian ponakannya, menantunya, terlebih cucu2nya, ga ada yang mau mendekat padanya. Termasuk orang2 yang pernah dihidupinya, disekolahkannya. Meski gw tau dia tak pernah pamrih, tapi hari-hari tuanya mengenaskan. Semua tega meninggalkannya berteriak2 di ranjang kesepiannya.

Gw ingat, pas gw pulang dari Bali duluuuuu banget pas masih kuliah, gw bawain oleh-oleh (murah), dan dia seneeeeeng banget. Sampe gw dipeluk erat2 dan bikin gw sesek. Dan setiap ada yang datang padanya, oleh-oleh itu dipamernya sambil menyebut nama gw. Padahal, kalo ga salah inget, oleh2 itu udah dituker ma yang lebih jelek dan yang sampe ke tangan dia udah yang paling jelek. Duuuuuh...maap, maap...., dosa gw:(

Trus, pas gajian pertama, juga masih kuliah waktu itu (cieeee....pengumuman nih hahaha) gw ngasih apaaa, lupa deh. Duit kalo ga salah. Itu pun udah dikurang2in setelah berdua ma abang gw seperti biasa, berniat iseng karena sebenernya uang pensiunan suaminya cukup banyak untuk dipakainya sendirian, tanpa harus diberi lagi oleh ponakan2 dan anak2nya. Duuuh...dosa lagi dah!

Yang ketiga pas gw pulang kemaren, pertama kali ketemu beliau setelah 1,5 tahun disini. Gw ngasih duit, wah.....ga nyangka gw sambutannya luar biasa. Gw dipeluk abis, pipi gw diusep2, sementara dua orang dibelakangku manatapku dengan khawatir, takut aku ketularan penyakitnya. Seneeeeeng banget dia sampe tuh duit dicium2 dan dibacakan doa2 buat kesuksesan gw. Abis itu gw ketawa2, soalnya duit itu kebetulan aja ada di saku, punya kk yang dititip ke gw. Jadi yang didoain kk gw karena sampe sekarang gw ga balikin tuh duit...! Pliiiiis....maapin gw tante...., sampekan maapku Tuhan. Semoga dia tenang disisi-Mu, Amiiin...!

Pukulan Itu...!

Jumat, 1 April 2004

Kantor Polisi...., aku ga pernah suka berada di tempat ini. Ada bau mayat, bau penyiksaan, bau penipuan, bau militer. Sejak tinggal di daerah ini tahun 2003 lalu, ini kunjungan keduaku. Pertama di bulan Januari 2003, saat menjengkuk teman-teman yang ditahan setelah aksi. Lalu hari ini, menemani seorang teman untuk melaporkan kasus pemukulan dirinya.

Kejadiannya begitu cepat, saat kami berada di rumah pejabat nomor satu kota ini. Yang melakukan pemukulan adalah pegawai salah satu instansi yang ga terima foto di koran tentang ketidakbecusan kerja mereka. Lalu temanku dipukul pelipis kanannya. Kalau tidak keburu lari menghindar, mungkin saat ini temanku tidak berada di kantor polisi tapi di rumah sakit atau di pemakaman.

Tidak ada yang aneh buatku dengan pemukulan itu, bahkan yang lebih kejam sering kulihat dan pernah kualami zaman kuliah dulu. Tapi nekadnya para pelaku pemukulan mendatangi temanku di rumah orang nomor satu kota ini, saat para pejabat berkumpul di sana, hanya untuk memukul, membuatku mengambil satu kesimpulan.

Emosi dari atasan yang mengutus sang pemukul tentu sedang berada di ubun-ubun dan temanku kena apesnya. Sebulan belakangan ini kondisinya memang tidak sehat, dikejar-kejar pemeriksaan jaksa tentang kasus korupsi. Sedianya yang bermasalah adalah orang nomor satu di kota ini, tapi beban ditimpakan padanya. Apalagi sang nomor satu ini masih ingin terus duduk di singgasananya dan saat ini tengah menyusun startegi memenangkan pemilihan kepala daerah.

Ada mutualisme simbiosis antara keduanya. Tapi mereka juga saling memeras. Bos pemukul memegang penuh kekuasaan atas 10 ribu pekerjanya yang pasti bersedia melakukan apapun untuknya. Namun kini ia dijadikan korban oleh sang nomor satu, bebannya tentu berat. Lalu ditambah komentar sang orang nomor satu di koran tentang ketidakbecusannya, emosi pasti melambung ke ubun-ubun. Pelampiasannya, ya temanku itu.

Aku solider pada bagian pemukulannya, tapi tidak pada berita koran yang jadi pemicu pemukulannya. Karena di sana ada ketidakseimbangan, yang disebut orang-orang pers sebagai cover both side (semoga tidak salah tulis). Kekerasan dan premanisme harus dilawan, tapi jangan pernah lupa untuk bercermin sebelum melawan!