Rabu, 27 Agustus 2008

omelan buat orang2 [ngakunya] terhormat

sebelum puasa mo ngomel dulu
coba apa maksudnya itu pemerintah meminta semua orang beralih dari minyak tanah ke gas tapi gas-nya dinaikin terus harganya. mana mo puasa. udah pasti harga2 sembako naek. ntar mo lebaran, naek lagi. mo natal naek lagi. mo lebaran haji, naek lagi. sementara itu, harga gas tiap bulan naek. padahal baru kemaren ibu2 abis bayarin uang sekolah anak2nya yang juga naek tinggi.

asal tau aja ibu, bapak menteri dan presiden serta wakil presiden dan para politisi yang terhormat. orang-orang bawah mah ga punya gaji tetap tiap bulan seperti anda semua. ga punya proyek gede yang pake fee trus bisa ditilep. ga punya program studi banding buat refleshing anggota keluarga berlabel dinas ke luar kota atau ke luar negeri.

pernahkah kalian memikirkan itu bapak-ibu yang terhormat, selain memikirkan bagaimana ngumpulin duit untuk 2009 nanti? pernahkah kalian bapak-ibu yang terhormat memikirkan nasib para pemilihmu sebelum meminta mereka memilihmu lagi nanti pada 2009? pernahkah kalian bapak ibu yang terhormat memikirkan bagaimana orang2 harus berebutan antre gas melebihi antrean minyak tanah dan BLT?

kalian sih enak. mo daftar jadi caleg [lagi] tinggal minta sopir, pembantu, asisten buat ngantri kelakuan baik [yang sesungguhnya ga pernah baik] di kantor polisi. urusan macet dikit, uang dan kekuasaan yang bicara. sebab bagi kalian uang tak ada harganya saat ini sebab nanti saat terpilih, uang2 yang kalian keluarkan akan tergantikan berkali lipat dibanding pengeluaran sebelum pemilihan umum.

baiklah. kucukupkan omelanku. ada yang negur soalnya. kukasih saja puisi yang kukutip dari blog seorang kawan!

bahagia adalah
saat kau bangun pagi
melihat istrimu tersenyum manis
membawa secangkir kopi panas.

sedih adalah
saat kau dengar nyaring tangisan
anak kecilmu
memegang perut menahan lapar
karena susu di rumah telah habis
dan kau tak mampu membelikannya.

sedih juga adalah
saat kau harus membahwa anakmu
ke rumah sakit
dan gajimu tak lagi cukup
bahkan sekedar untuk beli beras
esok hari
apalagi untuk menebus obat
membayar rawat inap

pernahkah kau
alami kesedihan semacam itu?
jika tidak
sesungguhnya kau
sedang alami kebahagiaan
meski
tanpa senyum manis
tanpa semerbak aroma khas
secangkir kopi panas
dari istrimu

Sabtu, 23 Agustus 2008

sutardji dan bakrie award

di koran kompas hari ini saya melihat gambar setengah halaman, presiden dan istrinya berfoto dengan beberapa orang yang memegang piala atau entah apa di tangannya. semuanya senyum sumringah. ada lelaki bertopi diantaranya. beda sendiri. rambutnya gondrong, nggak licin seperti foto2 lainnya. dia, Sutardji Calzoum Bakrie...eh, Bachri.

sepotong tulisan di foto itu menerangkan, mereka meraih penghargaan dari keluarga Bakrie. konon katanya, para penerima penghargaan ini juga diganjar duit Rp 150 juta.

saya ingat tahun lalu, Frans Magnis Suseno juga diberi penghargaan yang sama. tapi penghargaan itu ditolaknya. karena awardnya bau lumpur. banyak yang mendukung Frans Magnis ketika itu.

alasannya:
- Bencana lumpur panas di Porong, Sidoarjo adalah kejahatan kemanusiaan
- Masyarakat intelektual harus mendukung rakyat bukan kaom modal yang menginjak harkat dan martabat rakyat
- Masalah lumpur panas adalah masalah Negara yang absen atau membiarkan masyarakat tertindas
- Ada pelanggaran konstitusional dalam penyelesaian masalah lumpur panas
- Kaum intelektual bersama rakyat harus melawan pelanggaran ini dengan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah

kini rupanya nggak ada lagi yang mengingat itu. termasuk pria berambut gondrong di foto itu. atau entahlah, mungkin dia memang tak pernah ingat bahwa porong masih terendam lumpur. atau ia berpikir, lumpur, puisi, dan award, memang tak ada hubungannya.

atau mungkin sebagian besar orang2 telah berpikir benar, bahwa lumpur dan penderitaan rakyat bisa dicuci dengan uang.

Rabu, 06 Agustus 2008

mafia pembohong itu jalan2 lagi

Baru kemarin, mereka para anggota sirkus setuju KPK ikut dalam rapat-rapat mereka biar saat membahas anggaran show mereka ga macem-macem. Ketuanya kemaren udah menyetujui itu. Udah berfoto-foto segala. Kesannya, udah siap mental untuk dibersihin jalan hidupnya, sumber nafkahnya. Tapi ternyata, itu mungkin cuma berlaku di level atas. Atau sekedar pemanis bibir doang, biar muncul di tivi, itung2 promosi menuju 2009.

Baru kemarin juga seorang anggota sirkus bernyanyi di pengadilan. Menyebut2 sekitar 52 nama yang ikut nerima duit dari pabrik pembuat duit. Dan dua hari ini KPK mulai memanggil dan memeriksa nama2 yang disebut itu. Tapi, duit tetaplah duit, memikat mata tetikus jalanan yang berteduh di gedung sirkus. Mereka ga takut dengan gerakan pembantaian tikus ala KPK.

Buktinya, berita ini menyebutkan, sebagian dari mereka tetep aja bangga dengan moncong tikusnya. Mengendus sumber duit di sana sini, mengambil yang bukan haknya tanpa rasa malu. Ngomongnya ke daerah, taunya ke luar negeri. Meski dikritik, mereka tetep berangkat ke Swiss. Entah ada pertunjukan sirkus apa di sana.

Oh, katanya studi banding RUU Palang Merah? Ahhh, serumit apa sih urusan ngasih sebagian darah kita ke orang lain yang memang membutuhkan? Apa iya harus ada undang2nya? Orang sekarang sekarat bukan karena kekurangan darah tapi kekurangan BBM! Daripada berangkat rame2 sekeluarga, kenapa ga ngundang orang yang ahli palang merah ke sini buat menjelaskan?

Toh cuma membutuhkan waktu diskusi dua jam. Ngapain jauh2 ke Swiss buat diskusi dua jam doang? Kenapa ga dimanfaatin tuh laptop buat berkomunikasi dengan orang di luar sana? Buat belajar dari om gugel gimana bikin undang2 yang ga ngabis2in uang negara? Berhari2 di Swiss, diskusinya cuma dua jam, sisanya kunjungan wisata Aarau, Lucerne, dan Zurich. Setelah ini mereka ke Lebanon? Wow....enak bener! Dasar kumpulan mafia!