Senin, 21 Mei 2007

Kenangan dari Desa Tapol

Hampir semua hal yang saya liat dan dengar ketika berada di kampung pembuangan tapol PKI, Desa Argosari, Kecamatan Samboja, Kutai Kertanegara, Kaltim, ga bisa saya lupain. Sayangnya, saya ga bisa menggambarkan semuanya sebagus dan sedetil karya Pulau Buru-nya Pramoedya. Halah...emang saya ini siapa? Nulis blog aja ga becus :p. Tulisan2 lalu tentang desa tapol ini aja sama sekali ga mengudang selera buat dibaca. Puanjaangggg...!

Tapi, menyaksikan kesederhanaan hidup (baca: keprihatinan hidup) mereka di zaman yang katanya era milenium, di negeri yang katanya gemah ripa loh jinawi, membuat hati perih. Di salah satu rumah warga, sebisanya, saya dan tiga teman lain (dari Kompas, Gatra dan Bisnis Indonesia) mencari bahan obrolan agar ajakan makan tuan rumah segera tertutupi, seolah2 perbincangan lagi seru. Soalnya, siapa yang menjamin jatah makan mereka tetap terpenuhi bulan ini jika kami yang rakus ini nekat ikut melahap makanan mereka?

Sebelumnya, kami sudah mendengar cerita ini. Di desa yang dihuni 200-an lebih KK (awalnya, kampung buangan ini dihuni 165 tapol), hanya terdapat beberapa KK yang digolongkan Keluarga Miskin alias gakin. Otomatis, hanya yang tergolong gakin yang berhak dapat Beras Miskin alias raskin. (Hueks...gakin, raskin, singkatan2 yang memuakkan). Jatah raskin adalah 20 kg per gakin per bulan. Asas sama rasa sama rata masih dipertahankan disini. Atas kesepakatan warga, jatah 20 kg yang hanya untuk beberapa KK, akhirnya dibagi rata seluruh desa dan semuanya akhirnya dapat raskin masing-masing 5 kg per KK.

Asal tau aja, Kaltim bukan lumbung pangan. Beras, sayur mayur dan segala macamnya didatangkan dari Sulawesi dan Jawa. Kalo mau makan batu bara sih, banyak tuh di kebun mereka. Minyak? Disini memang ladangnya, tapi kalo mo dapet, tetep aja harus antre. (tapi di tempat lain di Kaltim, sombongnya luar biasa. Ga ada orang yang datang saat operasi pasar beras Dolog. Saat terjadi krisis minyak tanah, banyak yang masak pake avtur!)

See...? Apa jadinya kalo kami ikut makan siang waktu itu? Jatahnya cuma 5 kg per bulan dan satu KK isinya bisa sampe 10 orang! Dan waktu itu, udah dua bulan mereka ga dapet jatah raskin. U know- lah...orang pusat sendiri lagi ribut2 soal beras impor, jadi ngapain mikirin orang daerah? Bekas tapol pula! Sampe sini...masihkah kalian suka nyisain dan membuang2 makanan?

***
20 Mei kemaren, adalah peringatan Hari Kebangkitan Nasioal ke-99, nyaris seabad! Hari ini, tahun ke-9 reformasi digulirkan. Reformasi yang tak pernah tuntas. Soeharto, dengan segala kasus kejahatan kemanusiaan dan kasus korupsi, tak kunjung diadili. Yang ada, para jaksa yang coba membidik kasusnya, satu per satu berguguran. Lalu, Kebangkitan dan Reformasi, akankah hanya jadi ritual tanpa makna sepanjang sejarah negeri ini ???



*) Hei...kok bisa postingan ini begitu pasrah dan tidak meledak2 seperti biasa?

4 komentar:

princesskyu mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

hmm...emang perih juga kalo ngebayangin penderitaan korban politik kayak gitu..haah, tp jujur aja...perut gw juga ikut perih baca soal beras dan ini bikin gw tambah perih membayangkan mereka gak bisa merasakan perih yang gw rasakan ini (perih yang tinggal ngambil nasi dimeja)..kok jadi ngomongin perih...

Anonim mengatakan...

5 kilo beras buat 1 KK per bulan? berani taruhan, berasnya juga pasti yg kualitas paling busuk. buat bekas tapol ini :((

Agus Yudiana mengatakan...

bangsa ini udah terlalu banyak masalahnya hix *sedih*