Senin, 16 Oktober 2006

Hidup di Rumah Kaca

Pramoedya Ananta Toer jauh hari telah menorehkan tintanya sekuat mungkin agar memori itu tersimpan jauh ke dalam otak. Selalu ada arus balik di negeri ini. Selalu ada pengulangan sejarah. Maka rangkaian cerita-ceritanya dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, bukan hanya dialami Raden Mas Minke dan Nyai Ontosoroh.

Masih inget kemaren rame2 regsitrasi kartu ponsel ke 4444? Kartu pra dan pascabayar Anda udah teregistrasi? Apa efeknya? Mengurangi terorisme? Oh, mungkin belum terasa. Lalu Depkominfo sekarang lagi gencar sosialisasi penggunaan KTP di warnet, harus ada CCTV di warnet, ga boleh ada sekat di warnet.

Mungkin pengguna internet di rumah2 ato di kantor masih merasa aman. Tapi coba dengan yang satu ini. Tender penyelenggara Indonesia Security Incident Responses Team on Information Infrastructure (ID-SIRTII) atau pengawas lalu lintas Internet udah dibuka Senin (16/10) hari ini. Pemenang tender ini yang bakal ngawasin lalu lintas Internet mulai November nanti.

Yang diawasin, semua rekaman transaksi keuangan melalui Internet dan lalu lintas surat elektronik (e-mail) setiap tiga bulan. Rekaman itu disimpan dalam media penyimpanan digital yang diperoleh dari semua penyelenggara jasa Internet di Indonesia. Katanya ini buat mencegah tindak kejahatan yang menggunakan Internet sebagai media atau sarana komunikasi dan transaksi, seperti untuk mendukung aksi terorisme.

Ah, tapi kok bikin gerah ya? Gw juga ngerasa ini bakal jadi satu bentuk kejahatan khusus. Terlalu jauh memasuki ranah pribadi. Rasa2nya mereka itu paranoid akut. Lebih parah dari taon 96/97. Betapa gemesnya ketika rencana aksi unjuk rasa udah mateng, tau2 bangun tidur pagi hari, udah ada satu truk polisi di depan rumah nungguin. Wayah....mau jadi apa kita disini? Melebihi hidup di rumah kaca. Udah berada di dalam rumah, tapi rumahnya dari kaca... tetep aja ga aman buat telanjang di kamar mandi.

10 komentar:

Anonim mengatakan...

Big Brother is watching you...

1984 - George Orwell

venus mengatakan...

oo..udah mulai ya? jadi kita para blogger ga bisa lagi posting yg nyrempet2 yak?

setaaaann..:))

Anonim mengatakan...

Bisa2 kita balik ke jaman Ngorba lagi yoo ... wah siap2 ndhelik ahh

Afin Yulia mengatakan...

heheheh...panas kali kalo di rumah kaca, gimana lagi mereka dah kadung perno bgt

Anonim mengatakan...

pernah baca kayak dini dimana, ya? Kayaknya di national geographic. Emang dilema, disatu sisi kita butuh rasa aman tapi di sisi lainnya kita butuh privasi

Anonim mengatakan...

F**k! The law that made us safe should keep us free. Fact is, it doesn't made me feel safe. Never was, never ever. Now, I don't feel free, too! So, what's next? Am I gonna be arrested for using f**king English and swearing around!? Who the hell the government try to keep safe and free, for real? Those bastards burning our trees, poisoning our air (and every other neighbouring countries' air along), drowning our homes?

Man! Those f**king capitalists backed by hipocript bureaucrat!

Anonim mengatakan...

udah bisa beginian ya Indonesia...sebenernya daripada repot ngurusin ginian (yang belum tentu bener..lebih baik ngurusin masyarakat pra sejahtera yang masih banyak banget)..sekedar opini gw

Anonim mengatakan...

blah!!! pembagian tugas antara jeng yati n om yoyok terancam gagal dunkz kalw dah ada yang beginian...
gag suka!! gag maw!! besuk2 isi henpon juga diintip ma badan pengawas henpon!!!
aaaaaarrrrrgggghhhhh!!!!!! *mesuh mesuh mode on*

Anonim mengatakan...

anda terkena SP 1,
bertutur yang sopan! :p

Anonim mengatakan...

ga akan mau aq hidup seperti itu..even itu seribu tahun lagi...gw bakal pecahin tuh "rumah kaca" jd ganti judul nya yat.."siksaan rumah kaca"


b erontakkkk kkk
gherah bgttttt