Rabu, 31 Agustus 2005

Satu-satu Beranjak Pergi...

Gini deh kalo kebanyakan ngakak....! Seperti gw bilang di tulisan sebelumnya, kejadian. Bukan tangisan meraung2 sih, tapi tangisan dalam hati. Pertama, gw denger berita istrinya temen kantor gw, mas desain grafis, meninggal.

Gw merinding. Tau ga? Umurnya masih muda. Malah tuaan gw kali. Meninggalnya karena serangan jantung. Dia meninggal sehari sebelum ulang tahun pertama perkawinan mereka (dan belum dikaruniai anak), di pangkuan suaminya saat menuju rumah sakit. Dini hari sebelum meninggal, saat suaminya pulang kerja jam tiga pagi, dia mendapati wajah istrinya tampak bercahaya penuh.

Tapi ga ada firasat apa-apa. Sore hari sebelum suaminya ke kantor, Innalillah....sapa yang menyangka? Beginilah hidup. Kita tak pernah tau kapan datangnya sang maut. Ada tangan yang tak terlihat, jauh lebih berhak dari diri kita sendiri untuk mengambil sesuatu yang serasa milik kita.

Lalu sore harinya, setelah melayat, redakturku (satu-satunya yang perempuan) masuk rumah sakit karena serangan vertigo. Dia orang kelima di kantor ini menderita penyakit aneh itu. Dengan dia, aku merasa senasib. Kami selalu saling mengingatkan tentang cobaan-cobaan sakit ini. Kami sama-sama jauh dari keluarga. Dia terpisah dengan keluarganya di Ambon (yang terus bergolak) dan aku dari Sulawesi.

Tak lama....kudengar berita kematian Cak Nur. Satu-satu mereka pergi. Negeri ini harus kehilangan satu lagi orang baik, orang hebat, orang cerdas, orang berani. Mungkin di sana Cak Nur bertemu Munir. Bersamanya, berada di tempat terbaik, di pangkuan Ilahi. Amiiiin!