Ketika semalam saya menyaksikan berita penangkapan Muchdi PR di tv ini, ucapan pertama yang keluar dari mulut saya adalah: ada sandiwara apalagi di balik penahanan ini? Saya sudah tak pernah begitu yakin dengan apapun tindak tanduk aparat penegak hukum dan pejabat negeri ini. Contohnya udah terlalu banyak, tak terhitung. Kasus terbaru ini contohnya. Tak usah bertanya soal rasa malu, mereka udah ga punya. :p
Kasus Munir ini pun, sama. Setelah empat tahun, tak ada titik terang. Polycarpus memang pernah dipenjara. Tapi ini sebuah dagelan maha lucu. Semua orang pun tahu, Polycarpus pasti bukan siapa2. Ada kepentingan apa seorang pilot membunuh Munir? Seharusnya memang ada siapa2 di belakang Polycarpus. Dan inilah saatnya. Mungkin.
Tapi baru saja memasuki tahap pemeriksaan awal, aura ketakutan karena entah tertekan, terteror atau apapun istilahnya, mulai menghembuskan aroma busuk. Ada dua kekuatan di dua institusi besar yang selama ini tak boleh diutak-atik, tapi kini harus ditelanjangi. Sepertinya butuh keberanian ekstra untuk mengungkapnya. Tak heran kalo pengawalan bagi pejabat yang menangkap, diperketat. Saatnya gajah melawan gajah, lalu siapa yang akan jadi semut yang mati keinjek2?
Satu 'semut' telah pergi. Maaf, bukan mengecilkan arti kepergian Maftuh Fauzy. Tapi ia korban. Ia-lah semut itu, yang harus dikorbankan karena menolak kenaikan BBM. Nah, bagaimana dengan kasus Muchdi? Saya tetap menduga, akan ada 'semut' lain jika aktor utama tak ditangkap. Sebab banyak gajah yang harus dilindungi kewibawaannya, jabatannya, dan citranya.
eh eh...tapi masa sih, ini skenario pengalihan perhatian untuk kenaikan BBM tahap kedua? capeee deeee....
7 komentar:
wah. semua udah pada bersekongkol. bangkai busuk pasti tercium
hmm... saya kok makin merasa tak berguna ya? :(
bukankah setiap kejadian di tanah air ini selalu penuh dengan intrik dan skenario tersembunyi?
gimana kalo penangkapan itu berhubungan dengan pemilu 2009? pernah terpikir sebelumnya? hehehe
Al Amin Nur Nasution...
Salam kenal Mbak Yati...
Bergerak berjuang bersama - Selamatkan demokrasi kita!!
Salam kenal mba...
Tapi aku gajah yang baik hati kok. Imut-imut dan berwarna pink. Hihihi... *salah komen*
Ehmmm...Gajah. Binatang ini kabarnya punya solidaritas yang kuat diantara sesamanya. Cocok ya, dengan pejabat-pejabat kita itu, punya solidaritas kuat untuk saling menutupi kebusukan masing-masing.
Tapiiiiii...ada satu hal yang nggak cocok. Gajah itu binatang yang ingatannya sangat kuat. Sementara pejabat-pejabat itu, udah lupa ingatan.
Ehm...Jadi cocoknya pakai analogi apa ya?
Posting Komentar