Senin, 12 Mei 2008

satu per satu mereka bunuh diri...

Neng, titip anak. Kakak sudah tidak tahan lagi. Inilah yang bisa saya titipkan. Jamak minta tobat. Ibu, semuanya, jangan menyalahkan siapa-siapa. Ini murni bunuh diri, nebus dosa. Salam untuk bapak, uwak, sekalian.

BBM naik dua minggu lagi. Dan dua warga menyambutnya dengan bunuh diri. Salah satunya, Jamaksari, warga Serang, Banten. Surat di atas, ia tinggalkan untuk istrinya. Ia sudah begitu frustasi dengan keadaan. Ia tak mampu lagi mencukupi kebutuhan keluarganya. Utang gabah tiga kuintal ke musholah dan dua kuintal ke tetangga, belum dilunasinya. Ia kuatir ketika harga BBM naik lagi, ia akan makin susah. Ia tak tahan hidup, malu pada keluarganya. Ia memilih mati. Gantung diri dengan tali plastik di pohon petai, di kebun tetangganya.

Warga Serang lainnya yang bunuh diri bernama Ma'mun. Beberapa hari sebelum bunuh diri, ia mengeluhkan harga kebutuhan pokok yang terus melonjak. Padahal sebelumnya, hidupnya sudah sulit. Untuk makan sehari-hari saja, ia harus ngutang di warung. Apalagi jalan keluar yang bisa dilakukannya selain bunuh diri? Karena bertahan hidup pun sungguh tak nyaman ketika dikejar2 utang [dan akhirnya mati juga di tangan pemberi utang yang juga terdesak kebutuhan hidup]

Orang-orang mulai putus asa. Satu per satu, mereka bunuh diri. Jangan harap mereka yang di atas sana peduli. Mereka ga baca berita ginian. Mereka sibuk dengan wacana mereka sendiri. Mereka sibuk dengan mimpi2 yang melewati langit ketujuh. Saat digugat, mereka balik menuduh para penggugat bahwa mereka hanya membela kepentingan orang kaya dengan menolak kenaikan harga BBM.

10 tahun reformasi, ternyata hasilnya ya begini. Kekuasaan buah perjuangan orang lain telah mereka nikmati, lalu lupa berdiri dari kursi empuk. Anehnya, ketika pesta demokrasi tiba, orang- orang yang sehari-harinya kelaparan, tetap memilih mereka yang busuk itu setelah diberi sepaket sembako.
Kuingatkan sekali lagi, JANGAN PILIH MEREKA LAGI! jangaaaaaannnnn!!!

* ide tulisan dari berita Pos Kota, Sabtu (10/5) dan essay Satrio Arismunandar

4 komentar:

Anang mengatakan...

mirip ama petani di jepang ya.. yg kena wabah bunuh diri . *jawapos*

Anonim mengatakan...

Iya mbak, ternyata reformasi juga menelorkan penghianat perjuangan dan penghianat rakyat yang sesungguhnya.

Gagah Putera Arifianto mengatakan...

iya nih...gw juga udah ngalamin 3 hari yang lalu....beli gorengan kan naek jadi 600 (tadinya 500), trus dia bilang besok naek lagi jadi 700. Gw becandain "wah, naek terus dong tiap hari". Eh tukang gorengannya malah marah2 trus ngomel ama gw.

Semua orang jadi sensi gara2 BBM mau naek nih....

Anonim mengatakan...

wah ngeri sekali membayangkan apa saja kemungkinan terburuk yang bisa terjadi kalo keadaan begini terus...

hanya bisa berharap semoga segera berakhir..

disini dalam kondisi normal saja harga barang2 jauh di atas "normal"nya daerah lain. sekarang malah mo naik lagi.\

semoga ada hikmahnya.

salam dari ternate :-)