Senin, 21 April 2008

Sebuah Kegelapan di Rumah Kaca

Mendagri Mardiyanto datang ke Balikpapan kemarin. Dia memberi pengarahan dalam Rapat Koordinasi Nasional Wilayah II Komunitas Intelijen Daerah (Komida) dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), semalam. Ini yang kedua kalinya di Indonesia setelah di Pekanbaru.

Acara itu tertutup bagi wartawan Kaltim. Yang boleh masuk cuma wartawan rombongan menteri, dari Jakarta. Saya tidak tau apa bedanya wartawan Jakarta dan wartawan yang di daerah, padahal mereka sama2 wartawan. Mungkin menteri [atau ajudannya] ga suka ditanya2 sama wartawan lokal. Sore hari sebelum tiba di acara itu, wartawan teman saya nanya ke menteri tentang manfaat dibentuknya Kominda. Dan ajudannya yang menjawab; stop, pertanyaan itu melanggar perjanjian. Pret! Perjanjian apa?

Oke, itu pertanyaan titipan. Otak saya sungguh terganggu mendengar tentang komunitas intelejen itu. Rasanya kok jauh lebih serem dari Orde Baru ya? Inikah saatnya kebangkitan kembali lembaga2 intelejen pengganti Bakortanasda dll itu?

Mungkin merasa tidak cukup dengan UU ITE yang mengawasi seluruh warga negara hingga ke ruang yang paling pribadi, menyetop semua akses yang dianggap bisa merusak moral warganya [tapi tidak mengawasi moral pejabatnya], menutup semua akses yang dicurigai meski itu berarti melumpuhkan sumber hidup dan pengetahuan sebagian besar warganya, kini dibikin pula komunitas intelejen. Masih kurang ya, bapak menteri?

Usai acara, Mendagri meminta agar intelijen tidak dianggap sebagai hal-hal yang berbau prasangka-prasangka. "Ini untuk kepentingan pencegahan kesulitan yang timbul di masyarakat dan diperlukan rapat koordinasi. Forum ini sebenarnya ada namanya Bakorinda. Setalah ada otonomi daerah maka dibentuk untuk daerah-daerah. Forum ini tidak saling mempengaruhi tetapi masing-masing memiliki tugas. Dasarnya ada di Permendagri, artinya jika ada konsekuensi anggaran maka akan di dukung kegiatannya. Saya sampaikan sekali lagi, forum ini untuk antisipasi terutama menghadapi dinamika masyarakat kehidupan yang cukup tinggi. Terutama kegiatan politik dan kegiatan apa saja hingga kegiatan linmas (perlindungan masyarakat) terhadap bencana alam dan sebagainya. Forum ini untuk melakukan tindakan pencegahan dini dengan saling tukar informasi, bukan saling mendominasi".

Ouwhh...begitu? Yang saya garis bawahi adalah, Bakorinda [tetep, bau2 intel2 masa lalu], Permendagri tentang konsekuensi anggaran [aha, sepertinya pemasukan militer memang makin menipis akhir2 ini], linmas bencana alam [baru tau gw kalo intel bisa untuk penanggulangan bencana alam], pencegahan dini, tukar menukar informasi dan bukan mendominasi [hmm... persaingan di sebuah badan intelejen-militer yang dicarikan musuh di luar sebagai common enemy agar menjadi lebih kuat?].

Strategi yang hebat. Tidak salah memang kalo negeri ini dipimpin oleh militer dan pembantunya juga militer. Mereka sibuk membangun rumah kaca agar bisa mengawasi warganya [padahal tapa sadar mereka sendiri sedang telanjang]. Inilah arus balik seperti dituliskan Pramoedya Ananta Toer. Selamat datang kegelapan!

6 komentar:

Anonim mengatakan...

mungkin mereka berpijak pada
"gak ada hubungannya demokrasi dan kesejahteraan--pertumbuhan ekonomi--.
negara maju ituh malah gak demokratis loh."
ah, saya sudah muak dengan semuanya ituh...

Anonim mengatakan...

he he...
di sensor film aja, sebagian besar anggotanya militer atau intel

Anonim mengatakan...

jalan dah ke intelind0nesia.blogsp0t.com

blog fave saya ituh :p

Anonim mengatakan...

kita maju dengan bergerak mundur

hehehe

Anonim mengatakan...

Yang dari Jakarta sudah di Brainwash!

mereka pikir rakyat masih ndak ngerti soal beginian

Anonim mengatakan...

nuwun sewu,hanya urun rembug.
saya bukan orang yang kompeten tapi hanya mencoba tepo sliro dengan keadaan yang beberapa kali terjadi di Indonesia.
bagaimanapun juga kita masih layak chusnudzon dengan peran dan fungsi intelijen.intelijen sekarang ini menjadi kebutuhan.
yang perlu ditingkatkan hanya profesionalitas dan kualitas dari intelijen itu sendiri.tapi dengan tegas menurut saya intelijen masih dibutuhkan dan perlu dikembangkan.saya tidak mau peristiwa bom bali 1,2 ato yang lain terjadi lagi.ketakutan terbesar ketika hal itu menimpa keluarga kita.apa anda mau kalo nantinya ada suatu gerakan yang mengancam keamanan dan ketertiban terjadi tanpa ada upaya prefentif.apa yang akan anda rasakan kalo yang menjadi korban bom bali 1 ato 2 adalah salah satu keluarga anda.tentunya anda gak akan berpikiran seperti itu.
maaf apabila ada yang tersinggung.tapi seperti yang ditulis pemilik blogger,kalo tidak berkenan silahkan ditutup ato dihapus comment saya.nuwun....