Rabu, 02 April 2008

Mencegah Gizi Buruk dengan UU Penjaga Moral

Ketika para politikus dan penguasa sibuk bicara calon gubernur, ayah Rafa Azzura sibuk mengangkut bahan bangunan untuk bisa membawa pulang uang Rp 20.000 untuk anaknya yang kurang gizi.
Ketika para politikus sibuk dengan UU Politik, UU Informasi dan Transaksi Elektronik, Ny Wempy hanya bisa menatap pilu anaknya yang kian lemah hanya tulang kecil berbalut kulit keriput, tanpa daging.
Ketika para kyai sibuk mendoakan orang yang dianggap memusuhi Muhaimin dengan doa penghancur tentara gajah, tak ada uztad yang berdoa bagi kepergian Rafa Azzura dan tak ada pendoa agar 47 pasien gizi buruk lainnya di RSD dr Mohammad Soewandi diberi kekuatan.

Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Tak peduli pada nyawa bocah2 yang melayang karena kelaparan dan gizi buruk. Mereka sibuk memilah dan memilih siapa yang akan lebih dermawan dan penurut saat menjabat gubernur bank indonesia.

Mereka menghabiskan berjuta2 anggaran untuk membuat UU yang katanya bisa memperbaiki moral orang2 seantero negeri agar tak melihat gambar2 porno. Padahal moral mereka sendiri tidak terjaga. Berapa banyak dari mereka yang bikin rekaman2 video porno? Berapa banyak bupati anu, walikota ini, anak bupati itu berteriak2 soal moral dan disaat yang sama kehilangan apa yang mereka sebut moral? Saat tak mampu menjaga moral sendiri, mereka membuat UU penjaga moral orang lain. Mengapa tidak memperbaiki moral sendiri sebelum mengurusi moral orang lain?

Rakyat bukan butuh UU yang menghabiskan banyak biaya untuk rapat-rapat ini-itu. Mereka butuh makan agar tak lahir lagi anak2 bergizi buruk seperti Rafa, seperti anak2 almarhumah Dg Basse. Mereka butuh pekerjaan agar bisa menghidupi anak-istrinya. Bukan UU penjaga moraaaaaalllll.....!!!! [sorry, rasanya ngamuk dan nabokin orang2 yang sok sibuk dan ga peduli pada orang2 yang telah memilihnya sat pemilu agar bisa bercokol di gedung sirkus senayan itu ga akan cukup buat meredakan kejengkelan gw]

Dan lihatlah...lihat kyai itu. Mereka sibuk mendoakan seseorang agar dilaknat. Kok rasa2nya golongan hitam saja tidak sekejam itu. Kenapa mereka hanya memikirkan posisi di partai, akankah tetap bisa menjadi pejabat negara atau tidak? Mengapa mereka tak memikirkan tetangganya yang mungkin mengalami gizi buruk karena kekurangan makanan?
Apa memang demikian gambaran pekerjaan para ahli agama di jaman sekarang? Apa tidak lebih baik mendoakan [entah apa fungsi doanya tapi setidaknya bukan doa mencelakakan orang lain] orang2 seperti Rafa dan mendoakan orang yang dianggap memusuhi Muhaimin itu agar terbuka pikirannya dan ikut membantu pasien2 gizi buruk lainnya, semoga mereka bisa selamat? Apa memang seperti itu pekerjaan ideal zaman sekarang? Menjadi polisi penjaga moral sambil menutupi kebobrokan moral sendiri?

7 komentar:

Anonim mengatakan...

maap bu, goyang seronok lebih membutakan!!!!!!

Anonim mengatakan...

wahai para wakil rakyat
yg katanya orang pintar....
yg katanya orang bijak.....
yg katanya membela rakyat....
yg katanya orag -orang terpilih demi rakyat....

semua itu ternyata bohong, kalian cuma sekumpulan badut-badut yg pintar berdandan dan ber make up. tau Kapan musti menggunakan baju malaikat dan ber make up manusia suci dan bijak. begitu juga tahu kapan harus menunjukkan kulit dan wajah setan beserta baju kebesarannya.

Anonim mengatakan...

saiki akeh mbah kiai sing mbahayai

Anonim mengatakan...

teriak mbak?

ga kedengaran kata nya... :)

Anonim mengatakan...

Hah....*sok tarik napas

Yah, sepintar-pintarnya manusia membohongi diri sendiri, pasti akan ketahuan juga kok. Kita lihat aja. Waktu RUU APP lagi panas2nya, akhirnya mereka malu sendiri karena kelakuan Yahya Zaini ma Maria Eva. Akhirnya tuh RUU kemana sekarang?

Kebanyakan pejabat pemerintah mang munafik, tapi gw gak nyangka aja M.Nuh ternyata diktator sekelas Harmoko....*geleng2 dugem

Jd kemaren gimana kunjungan ke Depok =O?

!ariwwok mengatakan...

eh gimana ya caranya agar semua hal ataupun pandangan ini bisa terdengar? sampai kapan hanya bergerak disini?

mari berkawan dan lawan!

Anonim mengatakan...

disini Agama hanya dijadikan alat oleh pengganutnya.