Senin, 19 November 2007

Sssttt...Besan Katanya Terlibat!

Lagi2 pers disalahin. Ical gerah disebut sebagai pejahat lingkungan oleh Jaksa Agung Hendarman Supandji, maka yang disalahin wartawan. Kata Ical (dengan gaya pongahnya), Hendarman ga ngomong gitu, tapi wartawan memelintir ucapannya. Padahal, sehari sebelumnya, Hendarman memang ngomong gitu dan mengambil contoh peristiwa Lumpur Lapindo sebagai bentuk kejahatan lingkungan yang berdampak luas. Tidak hanya itu, Hendarman menyebut tindak pidana oleh pelaku ekonomi atau perseroan ternyata mempunyai dampak yang lebih luas daripada kejahatan perorangan.

Nah, si bos lumpur itu bilang dia ga keganggu dengan pernyataan orang lain yang menyebutnya sebagai penjahat lingkungan, tapi buru2 minta klarifikasi ke Hendarman. Ical juga menantang orang untuk membuktikan tentang adanya kerusakan lingkungan dalam pengelolaan lumpur Lapindo, tapi dia udah lebih duluan masang iklan di koran bahwa Lapindo bukan kejahatan lingkungan.

(saya akan bikin pengakuan memuakkan. di koran, saya mendampingkan berita ini dengan iklan Ical. ada 'pagar api' tapi tak bisa dilihat semua orang sebagai pagar api. ah, menyedihkan, saya memang telat masuk kelas pelajaran tentang amnesia)

Lalu saat ditanya soal biota sungai yang menggelapar dan kemudian mati di sepanjang sungai Porong yang dialiri lumpur Lapindo, otak kadalnya mengeluarkan jawaban: "Ah Porong itu kan asalnya dari laut, makanya airnya asin. Yang keluar dari lubang pancaran itu asin bukan tawar". Ya Tuhan, apa ga pengen nabokin manusia satu ini?

Ketika Ical ngomong begitu, di luar pagar istana, para korban lumpur Lapindo yang cuma diwakili 20-an orang itu sedang bentrok dengan polisi yang jumlahnya dua kali lipat. Bukan lawan yang seimbang. Tapi bukankah orang-orang yang datang menuntut haknya memang harus dimatikan agar pemerintah tetap terlihat baik dan tak kekurangan wibawa?

Korban lumpur itu, tak berhak mengkritisi Kepres yang mengatakan ganti tekor tanah rakyat akan diangsur 20 persen dan sisanya dibayar kapan-kapan. Jadi, ketika mereka menuntut pembayaran ke tukang janji di istana itu, protokoler istana tinggal menagih surat permohonan-bertemu-tuan- presiden-nya. Dan korban pun berseru: Apa presiden juga berpikir, Lapindo itu minta ijin kami dulu apa tidak ketika menenggelamkan rumah-rumah kami di Sidoarjo?

Sssttt..., jangan brisik pak! Tuan Presiden dan anak emasnya sedang berunding, memilih pohon yang akan ditebang karena katanya sang besan juga tengah terlibat!

5 komentar:

Unknown mengatakan...

besan siapa bu?

Anonim mengatakan...

cakil yg satu ini emang nyebelin bgt, mgk krn brlindung dibawah puun bringin yg angker n penuh demit makanya slalu slamet. Smoga Tuhan segera menghukumnya biar warga porong mendapat balasan atas kesengsaraan mereka.

psstt... besan pk pres?? bukannya usah meninggal? (sarwo edi wibowo bukan?)

Anonim mengatakan...

heran gw. cakil sosiopath gini kok ya bisa jadi menko kesra. o ya pas sih emang, menko kesengsaraan rakyat.
gw saranin ke presiden, cari psikiater terhebat sedunia buat benerin si sociopath ini. dia sudah gak punya rasa guilty secuil pun. parah banget.
o ya, orang redaksi tuh kalau ke porong ngerasa eksotik gitu ya.... wah, wah, rekan kerja anda itu pasti seniman hebat.

Anonim mengatakan...

"the big never fight, the small never won"

Indonesia banget quote diatas :(

danu doank mengatakan...

besan ikutan? wah bukannya harus ikut, biar semua kebagian gitu loh. lucu kalo ngedengerin para petinggi menjawab kritikan. sptnya rakyat bodoh semua kali yak.