Rabu, 11 Juli 2007

Hidup Pengungsi Seharga Nokia E90

Layaknya disebut apa orang yang tega mengusir pengungsi korban lumpur panas Lapindo dari lokasi pengungsian di Pasar Porong, Sidoarjo? Hidup terlunta2 menunggu uang ganti rugi yang tak kunjung datang, pasti akan melahirkan rasa frustasi tak berkesudahan. Lalu akan tinggal dimana lagi para pengungsi itu? Mau ditenggelamkan aja skalian ke lumpur? Untuk menghadapi para pengusirnya, para pengungsi menyiapkan bambu runcing agar bisa melawan. (Sampai di sini, berita dan gambar di sebuah tivi swasta tadi siang, dihentikan dengan alasan kesalahan teknis. Dan gw, ga percaya!)

Gw lebih percaya bahwa ada invisible hand yang meminta tayangan berita itu dihentikan. Sama percayanya gw, bahwa pengusiran pengungsi itu juga dilakukan oleh oknum pejabat karena mendapat tekanan dari you-know-who ! Si pemilik Lapindo Brengsek yang harus diBrantas itu pasti udah kewalahan membayar jatah hidup pengungsi, setiap hari. Pemilik Lapindo juga pasti tidak menghendaki pengungsi ngumpul di satu tempat, lalu kompak, bersatu lalu demonstrasi tiap hari. Pengungsi harus dipaksa berpencar dan sulit ngumpul.

Ultimatum pengusiran pengungsi itu, gw percaya, dilakukan sangat terencana dan sistematis. Karena sebelumnya, interpelasi DPR soal lumpur Lapindo sengaja diulur2, biar terlihat mereka2 di atas sana selalu perhatian. Tapi ketika para anggota rombongan sirkus dibagiin komunikator Nokia E90 di Hotel Nikko kemarin, mereka yang sok berjuang bagi korban lumpur panas itu lalu diam dan menerima ketidakhadiran presiden. Sebagian hanya menandatangani absen sidang (untuk mendapat upah ikut sidang) lalu pergi, mungkin ke rumah calon bini muda, buat mamerin handphone barunya.

Menyakitkan. Ternyata, hidup warga korban lumpur itu hanya seharga sebiji handphone!!!
Lalu esoknya, ketika pengungsi di Porong bersiap2 dengan bambu runcing menghadapi pengusiran, si bapak presiden sibuk maen golf. Beralasan dunia tengah memasuki gelombang ekonomi keempat yang haus akan dunia spritualitas dan keindahan, presiden mengajak elemen bangsa untuk mengembangkan budaya, warisan budaya dan sejarah Indonesia untuk dijual ke masyarakat asing. Dan salah satu hal yang akan dijual kepada dunia luar itu antara lain yakni olah raga golf!

Katanya itu cara memenuhi kantong negara yang terjepit utang tak berkesudahan. Oh, brilian sekali presiden kita! Ayo, bangun lapangan golf dimana2 setelah menggusur penghuninya. Lebih brilian lagi jika pengungsi berhasil di usir, tak usah diberi ganti rugi (yang makin membuat negara jadi miskin), lalu semburan lumpur dihentikan, dan bekasnya yang sudah mengering, dijadikan lapangan golf. Maen golf di atas timbunan korban lumpur, pasti menyehatkan sekali, tuan presiden!

8 komentar:

Anonim mengatakan...

LAYAK DISEBUT KADAL EH... BUNGLON !!!

Anonim mengatakan...

sabaaar... sabaar...

Anonim mengatakan...

Yati, bahas dong say..... wakil Jatim yang jalan2 ke Belanda . bener enggak sih tujuan mereka hanya untuk mencari hari jadi Jatim? keterlaluan sekali koruptor2 itu gak ada otaknya sama sekali

Anonim mengatakan...

buset... E90?... memang pemerintah kita ini payah... ngga semua sih, tapi mayoritas... mentalnya bobrok... tapi kok bisa yah duduk disana... kenapa ga kita2 aja yah?... :)ah tapi ga enak jadi pemerintah bangsa ini, sudah terlalu banyak hutang... ga tahu gimana bayarnya... tapi kalau duitnya ga dikorupsi terus bisa ga seh buat bayar hutangnya?... hahaha

Anonim mengatakan...

itu stasiun yang ngliput punyanya siapa?

Eriek mengatakan...

wah...negara kita ini semakin kacau deh. dikasih barang begitu langsung silau. idealisme mudah sekali luntur. apalagi dibeli dengan sejumlah uang atau diganti dengan barang2 mewah.

korupsi bukannya semakin dikurangi, sebaliknya semkin menjadi-jadi. karakter sejak zaman orde baru masih terus dipelihara.

Anonim mengatakan...

ehh...
kok kayaknya aku pernah baca postingan ini dimana ya.. persis banget..

Unknown mengatakan...

weks! o_O ternyata ga cuman di film2 aja yah kejadian maen stop by the invisible hand itu? hmm... kalo jaman orba mungkin ga aneh... tapi jaman sekarang yang katanya jaman reformasi yang lebih demokratis? ya... ga aneh juga siy.. secara, toh, yang ada di atas sana *para pejabat* masih antek2nya orba juga!