Jumat, 24 November 2006

Cintaku Negeriku

Indonesia tanah air beta
pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
slalu dipuja-puja bangsa
disana tempat lahir beta
dibuai dibesarkan bunda
tempat berlindung dihari tua
sampai akhir menutup mata...


Sebutlah saya garang, galak, kek laki2, ato apapun sebutan yang maskulin bin kejam. Tapi setiap mendengarkan lagu ini, mata saya berkaca2 (kau bisa bercermin di sana), lalu akhirnya netes pelan2 (sumpah, ga hiperbola). Adegan berkaca2 itu terulang pas rapat tadi, ketika salah satu bos nyanyi lagu ini dengan lirih. Lalu rapat menyinggung soal LAPINDO brengsek yang harus di-BRANTAS setelah membayar semua kerugian orang2.

Bayangin, 4 hari lagi, usia semburan lumpur panas itu genap 6 bulan! Apa ada perubahan disana? Oh, ada tuan! Sudah 440 hektare tanah tenggelam. Ribuan rumah, pabrik yang mempekerjakan ribuan tenaga kerja, sawah, tambak, hancur, tenggelam. Ribuan orang mengungsi, menetap di tenda2 seadanya, makan seadanya, ga bisa kerja lagi karena pabrik tutup dan sawahnya tenggelam, ga bisa sekolah karena tsekolahnya juga tenggelam. Ujung2nya, ga punya duit. Tuan brengsek itu belum membayar kerugian sama sekali.

Lalu Rabu malam kamaren, pipa gas Pertamina meledak. Sampe tadi, 11 orang meninggal, 21 luka- luka, ga tau ilang brapa orang. Bapak2 menteri kalang kabut tapi ga tau mau berbuat apa karena salah tingkah dan ga enak hati ke sesamanya menteri, tuan pemilik sumber bencana yang udah cepet2 menjual lumpurnya ke perusahaan lain dan sampe hari ini masih ga tau diri tetap bertahan di kabinet dan ga ngundurin diri....(kalian masih bertahan dengan kalimat sepanjang ini? Thanks!)

Bapak presiden langsung menggelar rapat kabinet. Menetapkan peristiwa itu sebagai bencana. Oh god, bukan penegasan status kejadian yang mereka tunggu. Mereka ga butuh hiburan macem itu. Mereka butuh kepastian hukum, bukan omong-omong doang. Mereka ingin kampung halaman mereka yang semula nyaman, bisa kembali. Mereka ingin menata masa depan anak2 mereka, hidup lebih sehat, dan bekerja lebih tenang.

Arrghhh...cinta 'kali saya sama negeri ini...tapi kenapa orang2 yang nanganin ini brengsek dan pengecut semua?

9 komentar:

puput mengatakan...

iya, saia juga berkaca-kaca dengan hembusan nafas berat mbak..
indonesia..tanah air siapa..

Anonim mengatakan...

presidennya dogol sihh...

Anonim mengatakan...

Bergerak bisa nangis juga rupanya. Sudah berapa bulan Mbak Yati berkoar-koar soal lumpur, dan sampai sekarang gak diberesin juga? Tega!

the laZY mengatakan...

musim hujan keburu datang, gak tau berapa nyawa lagi antri menunggu

Anonim mengatakan...

hmmm...i'm thinking about sniping....

Laksono mengatakan...

ya sekali lagi mesti sabar dan bersyukur...(halah apa hubungannya)

Anonim mengatakan...

sudah berapa lama juga kita semua berkoar2 tentang lumpur ini?
eh, udah denger juga lumpur yang di kalimantan?hmm... ko keterangan berbahaya ato nggaknya itu lumpur belum muncul juga yah?? mo nyabut nyawa berapa orang dulu baru ada kejelasan berbahaya ato nggak, ya? =p

to om yok >> masa oloh om yok... ko mikir jadi snipper tho??? mo nembak sapa tho??? =p

Chantee mengatakan...

tidaaakkk...rumah ku kan ada juga di daerah itu...ya setidaknya hanya bisa berdoa tak terjadi apa...
btw baru tau kalo mbak yati garang, galak....huuuuu tatuttt hehehe

venus mengatakan...

hehehe...ga jadi komen. udah ketawa duluan baca komennya yoyok :D