Senin, 02 Oktober 2006

Cinta, Kesetiaan dan Amnesia

Mungkin postingan gw agak telat soal ini dan justru gw posting ketika keluarga Ibu Widari meminta secara resmi agar solidaritas "solid W&W" tidak diperpanjang lagi di milis atau detik.com. Mohon maaf untuk itu. Postingan ini sekedar dukungan (bedanya apa ya ma solidaritas) dan pernyataan setuju pada poin2 klarifikasi yang disampaikan Pak Widodo.

Inilah kutipan surat Pak Widodo (66 tahun) dari Kuba:
Pertama, terima kasih atas publikasi dari hasil wawancara detikcom dengan saya di Havana pada saat kunjungan Bapak Presiden RI ke Havana dalam rangka KTT-Non Blok yang lalu.
Sebenarnya sosok saya ini, atau kasus saya ini adalah hanya salah satu dari korban sejarah atau korban kemanusiaan yang jumlahnya bukan ratusan, tapi ratusan ribu dan bahkan bila dihitung dengan anak cucunya bisa mencapai jutaan orang. Dan dibanding dengan mereka, penderitaan saya ini boleh dikategori belum apa-apa.

Kedua, pada kesempatan ini dari lubuk hati yang dalam, saya ingin menyampaikan banyak tarima kasih pada para pembaca detikcom yang telah mengirimkan solidaritasnya lewat email, yang datangnya bukan saja dari bermacam kepulauan Indonesia, tapi juga dari Jepang, Cina, Malaysia, Timor Leste, Australia, dll.
Akan saya catat dalam hati saya semua harapan, doa, simpati dan kesetiakawanan dalam proses penyelesaian kasus yang saya alami sampai detik ini, terutama dalam soal yang menyangkut HAM. Bukankah soal cinta kasih, kesetiaan, baik pada sesama manusia maupun pada negeri dan rakyatnya itu juga merupakan bagian dari HAM?

Ketiga, pada kesempatan hari-hari terakhir bulan September ini saya mengajak pada para pembaca detikcom dan pada bangsaku dan pemimpin-pemimpinnya untuk mawas diri, pengadaan pemikiran dan renungan ulang mengenai perlunya rekonsiliasi bangsa yang merupakan salah satu dari penegakan HAM di negeri kita, karena rekonsiliasi nasional bangsa adalah awal dari kebangkitan bangsa kita yang besar itu.
Sejarah negeri kita harus dibikin jelas, agar bangsa Indonesia sekarang dan generasi selanjutnya dapat belajar dan memetik hikmah sejarahnya, hingga tragedi kemanusiaan di masa lalu dalam bentuk apa pun tidak boleh terulang lagi.


Kisahnya menyentuh, sangat mengharukan. Pas acara KTT Non Blok di Kuba September lalu, Andi Alfian Mallarangeng bertemu Pak Widodo di sana. Pak Widodo cerita soal kisah cinta dan janji setianya untuk menikahi seorang perempuan bernama ibu Widari. Karena gejolak politik tahun 65, Pak Widodo yang melanjutkan kuliah ke Rusia ketika itu tidak bisa pulang ke Indo. Kisah ini lalu buram.

Sepulang ke Indo, Mallarangeng (waduh, ini sebenernya nama bokapnya Andi Alfian) pun mengupayakan mencari Ibu Widari. Tak banyak kesulitan, alamatnya pun ditemukan. Tapi Ibu Widari telah menikah, memiliki dua anak dan empat cucu. Sementara Pak Widodo tetap setia melajang hingga kini karena membuktikan janjinya. Tapi beliau sangat berbesar hati dan ikut merasakan kebahagiaan Ibu Widari kini.

Omigad...cinta, kesetiaan, lalu jadi korban politik. Tapi bener kata Pak Widodo. Derita yang dialaminya mungkin memang bukan apa2 dibanding derita ratusan ribu orang lainnya yang jejaknya tak pernah ketahuan. Semoga harapan semua orang, agar tragedi kemanusiaan ini tidak lagi terulang, di bagian mana pun di muka bumi. Semoga pemimpin kita cepet sembuh amnesia-nya ya Pak!

10 komentar:

Anonim mengatakan...

Mari lawan PELUPAAN !

Anonim mengatakan...

ini cerita apa ya?
non blok itu apa?
mallarangeng itu siapa?
cinta, kesetiaan... itu apa artinya?
bergerak!!!
yati yang mana ya?

Anonim mengatakan...

hhiiii...ngeri ngebacanya.

Gagah Putera Arifianto mengatakan...

waduh.....no comment gw

Anonim mengatakan...

hmmmm...iya, semoga damai di bumi dan segala isinya. AVIGNAM JAGAD SAMAGRAM

venus mengatakan...

alaaa...ini true story ya yat? sedih banget sih??

Anonim mengatakan...

Hah? segitu setianya? OMG.. serius tuh??
ngga banget deh

Anonim mengatakan...

baru tau tentang kisah pak widodo ini dari email milis tadi pagi. agak sedih sih dengernyah.. karna cinta setianyah harus kandas setelah sekian puluh tahun. btw, postingan ini gag ada hubungannya sama yg dari kemaren nongol di NB kan mba'e? :p

-Fitri Mohan- mengatakan...

iya, aku juga takjub dengan cara pak widodo menunjukkan cinta dan janjinya itu: nggak lupa, nggak ingkar janji, dan komitmennya tinggi.

this story is so ironic...

Anonim mengatakan...

Korban dari apapun yang berbau politik tuh kejem yah mbak? Politik itu abstrak, dan tergantung sapa yang jalanin. Kalo yang jalanin hatinya jahat, ya jelek hasilnya.

Kalo gerakan politik moral, gimana menurut mbak?

hhh..semoga Pak Widodo bisa berlapang dada ya mbak...