Kirain pengutang terkaya Sukanto Tanoto (hartanya 2,8 miliar dolar AS) itu udah yang paling bikin sengsara di negeri ini. Dia debitor kelas kakap Bank Mandiri senilai Rp 4 triliun. Kesandung kredit macet, ternyata masih jadi orang terkaya se-negeri aneh.
Ternyata oh ternyata...masih ada yang lebih jagoan. Ini nih manusia luar biasa, Adelin Lis. Kerugian negara yang ditimbulkan karena illegal logging nilainya ratusan triliun. Gw ga bisa bayangin berapa koper dan truk yang dibutuhin buat ngangkut duit segitu. Jangankan duit pecahan 10.000, duit pecahan 100.000 juga gw ga sanggup. Edy Tansil aja kalah.
Nilai totalnya, ga bisa gw itung. Tapi gini nih ngitungnya. Dari PT Inanta Timber, sumbangan kerugian karena tunggakan PSDH, besarnya Rp 256.445.446.215, Dana Reboisasi besarnya US$ 2.349.293 dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan Rp 225 triliun. Dari perusahaan satunya lagi, PT KNDI, tunggakan PSDHnya Rp 309.824.653.850, dan US$ 2.938.556, serta kerusakan lingkungan yang ditimbulkan Rp 202 triliun.
Mabok ga bacanya? Bayangin, APBN kita aja cuma Rp 700 triliun. Itu dipake buat mbiayain manusia di 13.000 pulau. Sementara duitnya Adelin Lis buat dirinya sendiri, padahal jumlahnya hampir sama ma APBN kita. Anjrettt...! Kalo dia mati, bakal dibawa ga sih harta sebanyak itu ke akhirat?
Mari berhitung, berapa sekolah yang bisa dibangun? (lagi-lagi gw inget Lintang, nasibmu nak!). Berapa rumah sakit yang bisa dibangun? Berapa anak yang tak harus kehilangan masa depan dan mimpi2? Berapa orang yang bisa sembuh setelah berobat gratis? Illegal Logging cuma bisa nyumbang kesengsaraan. Brapa korban banjir meninggal di kampung gw kemaren? 200? 300? Di Sumatera Utara, tak terhitung. Dan sampai sekarang mereka tetap tak bisa membangun rumahnya kembali.
Jika hukuman Adelin ga berat dan kerugian negara ga dibalikin (buat dikorupsi pejabat lain lagi?), lantas apa gunanya kita melahirkan anak-anak untuk dibiarkan makin sengsara karena kekayaan alam telah terkuras habis seorang Adelin? Belum lahir saja, anak2 kita sudah dibebani utang. Atau, biar anak2 kita ga sengsara, apa harus kawin ma anak koruptor yang hartanya ga habis mpe tujuh turunan? Siapa yang sudi ya?
Minggu, 10 September 2006
Maling Jagoan dan Jagoan Maling
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
8 komentar:
galak beneeeer...mustinya lu kawin aja sama yoyok. cocok dah! ;)
Datanya statistik bangeeed?? dapet dari mana tuh? tabloid? majalh? koran?? atoo emang kerjaan Yati berhubungan sama 'Hutan'?
saya ngga mo bicara itung2an, ngga mo bicara masalah hukuman.
yang penting bisa ngga tuh duitnya dibalikin lagi ?
Yup, gue mabok bacanya Yat. Temenku yang kerja di BeaCukai udah sampai mabok beneran. MAkanya dia keluar sekarang.
Itu nama orang yang bikin kewan2 kehilangan habitatya? Kurangajar! Hukuman nggak akan ngefek. Mending denda aja! Itu kalau bisa dibayar. Dia harus melahirkan satwa-satwa yang populasinya terancam. Mbak kapan kawin sama mas Yoyok?
Aduh, cinta...affair kita ketahuan...siapa yang ngebocorin sih ?
:(
Bagi saya, uang tidak perlu banyak-banyak... Coba simak pengalaman saya tadi pagi yang habis liputan ke para pemulung sampah di pinggiran Bintaro. Ada 50 kepala tinggal di gubuk-gubuk triplek 2x3 meter, di sebuah lapang yang nempel ke perumahan mewah Bintaro Jaya. Mereka benar-benar hidup tergantung dari sampah rumah tangga kita sehari-hari. Tapi kata mereka, kadang sekarang pemilik rumah menggembok tempat sampah mereka dengan alasan takut diacak-acak binatang dan... pemulung sampah! Astaga. Saya tercenung... mereka dapat Rp 10 ribu sehari yang selain harus bersaing dengan maaf, binatang, juga dengan para pemilik rumah yang emh... menggembok t4 sampahnya. Barangkali sampah itu mau mereka bawa ke liang kubur. Maka, merinding dengar triliunan rumah dimaling begitu saja, sementara saudara-saudara kita mengais-ngais sisa makanan sebelum mereka makan...
woiiiii balikin tu duittt!!!! bikin kita sengsara ajha!!! *tereak marah ke si korup*
btw, blognya knp tu? ko daftar linknya menyan-menyon gituh???
Posting Komentar