Seorang kawan pernah cerita tentang ponakannya yang pinter itu. Di sekolah, si ponakan belajar soal Lumpur Lapindo. Sang guru bilang "Pemerintah sebenernya ga bisa nanganin lumpur, tapi malu mengakui. Makanya lumpur itu ga ada selesai2nya".
Bener apa kata Pak/bu guru itu. Sayangnya, sekaligus untungnya, cuma diucapkan seorang guru. coba diucapin seorang politikus, maka gemparlah negeri ini dengan berbagai komentar yang justru akan menutupi isu sebenernya soal penanganan lumpur.
Ugh...bosen, omongan mulu. Padahal, warga Porong butuh realisasi, bukan cuma omongan. Ampuuun, tar lagi puasa, lebaran, musim ujan, tapi mereka masih tinggal di tenda? Rumah, harta, ternak, tanah, semua terendam lumpur panas, beracun, dan bau itu!
Ada ga seehhhh yang mikirin merekaaaaaaaaaaa?????
Apa nunggu satu kota tenggelam semua ma orang2nya? Sekarang aja tanggul2 udah jebol, tanah ambrol sampe 4 meter yang menenggelamkan alat2 berat, empat desa di sekitar semburan lumput mengalami penurunan tanah 94 cm, delapan desa udah terendam, anak2 ga sekolah lagi karena gedungnya terendam...nunggu apalagi?
Ayolah...kalo emang udah ga sanggup, menyerahlah Bakrie. Mintalah bantuan ke negara manapun yang sanggup. Berlama2 seperti ini, cuma akan menguras sedikit demi sedikit uang negara. Ahaaa...anak pinter. Doanya terkabul. Sekarang negara mengambil alih kasus lumpur ini. Konon Lapindo tetep sebagai penyedia dana sebanyak Rp 1,5 triliun. Semoga...! Jangan2 tar malah negara juga yang bayar.
Hiks...sekarang lupain deh soal Bersama Kita Bisa menghentikan lumpur. Yang penting gimana Bersama Dapet Nobel Perdamaian. Mungkin panitia nobel ga tau, sapa komandan, arsitek dan penyokong dana ketika pergolakan terjadi di Aceh, Timor Timur, Papua, Maluku yang udah menelan ribuan korban.
Tapi perkembangan lumpur dari hari ke hari bikin dagdigdug. Para ahli memprediksi, semburan ini bakal abadi. Amblesnya Porong tinggal menunggu waktu. Gw salah, kemaren gw bilang mereka monyet. Yang bener, mereka kebo. Mereka bikin kubangan raksasa buat berendam di lumpur panas.
Selasa, 19 September 2006
Gw bilang mereka kebo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
8 komentar:
oohhh...si bakrie suka naek kebo juga ya...
sudah 4 bulan sekarang,.. tapi tetep aja. Padahal Jepang sudah bersedia membantu, gratis!. Bukan Hutang, mereka peduli pada yang setiap hari tergusur. Menteri kita bilang apa coba? " Ah, kita juga punya teknolog! kok,..!"
Salam kenal, salam perjuangan..
gak bisa ngomong lagi, say. capek. gw bilang mereka binatang.
yupz.. mereka memang binatang. bahkan panggilan kebo pun terlalu terhormat bwt mereka!! teknolog macam apa yang bukannya menghentikan n mengatasi semburan lumpur tapi malah membiarkan jadi sedemikian rupa???
nobel perdamaian karena ultah di pesawat ya mbak?
kebonya gemuk gemuk..hmmmm
PS: mengapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera ?
sedih sekali aku membayangkan mereka yang masih tidur di tenda nanti menjalankan puasa, sementara yang lain sibuk "berendam" ...
my dear, maafin aku ya kalau ada salah-salah kata. sekalian pengen ngucapin met puasa.
sudah banyak yang ngasih saran untuk hal itu...coba tengok Dongeng Geologi, tapi yah..tetep ajah ga selesai2..
Posting Komentar