Senin, 15 Mei 2006

Mahkamah Rakyat

Mahkamah rakyat solusi paling tepat
benteng keadlian dan kebenaran rakyat
adili Soeharto di Mahkamah Rakyat
demi terciptanya keadilan bersama...


Barusan gw denger di 68H mahasiswa Makassar aksi unjuk rasa menolak SP3 Soeharto oleh Kejagung. Gw pikir semua orang udah amnesia, ternyata masih ada yg inget. Yang pasti, bukan dari gerombolan mahasiswa yang konvoi kemaren pas kasus pembantu yang terbunuh di Jl Latimojong.

Ga cuma di Makassar, di Jakarta juga masih ada sekelompok kecil mahasiswa yang inget gimana panjangnya waktu 32 tahun itu hingga berakhir di tahun 98. Dan tahun ke delapan ini, dengan entengnya kasus itu di SP3-kan. Banyak yang bilang, dimaafin aja, udah uzur.

Yaelah, ini bukan soal maaf memaafkan. Gw juga udah maafin dari dulu saat dia mundur dari jabatannya. Tapi kan proses hukum harus tetep jalan? Kroni2nya harus tetep diperiksa. Kekayaan yang diperoleh dengan cara ga bener karena terlibat KKN harus disita untuk kepentingan negara.

Kenapa juga beberapa taon kemaren mahasiswa harus pecah belah karena intrik2 murahan? Seharusnya intrik bikin kita gede. Tapi yang ga kuat ma godaan, ya kolaps, terikut arus, jadi pejabat, gabung di partai dan ikut busuk.
Yah, itulah pilihan hidup.

Kalo dulu2 setelah 98 kita juga berani memilih untuk menuntaskan semua kasus sebelum darah mengering, kaku dan bikin males bergerak, mungkin ga akan ada SP3. Kalo dulu berani memilih salah satu alternatif dari banyak tuntutan misalnya Mahkamah Rakyat (misalnya lho yaa...) termasuk menyita harta koruptor, mungkin kini sedikit lebih baik.

Harta bapak pembangunan itu menurut data global corruption report transparansi international berkisar antara US$ 15 miliar sampe US$ 30 miliar atau sekitar Rp 170,5 - Rp 297,5 triliun. Kalo data yang dihimpun DR George J Aditjondro, kekayaan keluarga Cendana antara lain terdiri dari:
- 5 rumah mewah di London masing2 berharga sekitar 5-10 juta poundsterling
- 2 rumah di Beverly Hills
- 2 rumah di Hawaii
- 2 rumah di kawasan elite Boston
- 1 rumah di Kepulauan Bermuda dan Cayman
- Rumah Dandy dan Danty Rukmana (anak Tutut) serta kawasan berburu dan wisata burung di Selandia Baru
- Kapal pesiar super mewah (milik Tommy)yang diparkir di Cullen Bay Darwin, Australia

Ada yg bisa ngitung, kira2 brapa keluarga miskin yang bisa diberi makan dengan uang sebanyak itu? Berapa anak yang bisa disekolahkan gratis? Berapa bayi kurang gizi yang bisa tertolong? Berapa rumah yang bisa dibangun lagi di Aceh? Berapa KK yang bisa menikmati listrik? Berapa pasien tak mampu yang bisa digratiskan? Hah...gw ga bisa ngitung karena gw ga bisa ngbayangin uang sebanyak itu.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

lucu, mereka yang memberi maaf adalah mereka yang bukan korban. Malah kebanyakan para politisi yang dulu sebenarnya diuntungkan.

mestinya yang memafkan ya yang jadi korban

Gagah Putera Arifianto mengatakan...

setuju banget sama komennya johan, soalnya yang dimintain komen rata2 antek2 yang sekarang ganti baju....jd kyknya gak real aja mengenai komentar orang. Gw yakin kok kalo orang sudah mengerti sepenuhnya arti "KORUPSI" yang merugikan rakyat secara tidak langsung, bakal ada jutaan orang yang nyerang Soeharto. Masalahnya, sekarang banyak rakyat kita yang bilang gini karena gak ngerti : "masih lebih enak jaman Soeharto, ada jalan yang bagus, negara gak banyak utang, dan orang kecil hidupnya damai". Padahal, semua kekacauan yang terjadi di Indonesia saat ini itu merupakan kesalahan Soeharto dan antek2nya!

Anonim mengatakan...

Sedang sibuk menghitung. Huaduhhh...Kok banyak tenan ya...Sampai pusing...Eh, mbak, mereka yang ngusulin untuk dimaafkan itu mungkin juga lagi ngincer hartanya cendana, biar dibagiin ke mereka aja. :)