Jumat, 17 Maret 2006

Buruk Rupa Cermin Dibanting

Busukkk....! Apa tanggapan Anda membaca dua ayat dari Pasal 4 Perda Kota Tangerang no 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran ini:
(1) Setiap orang yang sikap atau perilakunya mencurigakan, sehingga menimbulkan suatu anggapan bahwa ia/mereka pelacur dilarang berada di jalan-jalan umum, dilapangan-lapangan, di rumah penginapan, losmen, hotel, asrama, rumah penduduk/kontrakan, warung-warung kopi, tempat hiburan, gedung tempat tontonan, di sudut-sudut jalan atau di lorong-lorong jalan atau tempat-tempat lain di Daerah.
(2) Siapapun dilarang bermesraan, berpelukan dan/atau berciuman yang mengarah kepada hubungan seksual, baik di tempat umum atau di tempat-tempat yang kelihatan oleh umum.

Pasal itu dipakai untuk menjerat Lilis Lindawati dan 27 perempuan lain yang pulang kerja malam hari dan ditangkap Trantib. Pada Senin (27/2) lalu, Lilis, karyawati restoran, pulang kerja jam 20.00. Selalu gitu tiap hari, dengan jalur Kalideres-Gerendeng-Sepatan, Tangerang dan rata-rata nyampe rumah jam 23.00.

Saat nunggu angkot untuk pulang malem itu, Lilis ditangkap. Meski menyangkal sebagai pelacur, tetep aja dia dijatuhi hukuman penjara 8 hari dan denda Rp 300 ribu, dengan dasar pasal tadi. Hari keempat Lilis baru dibebasin setelah suaminya yang seorang guru golongan III/C, baru bisa membayar denda Rp 300 ribu tadi.

Kalo ga bisa bayar, gimana ya? Padahal Bu Lilis itu lagi hamil dua bulan. Suaminya, yang guru itu, meski udah golongan III/C baru bisa bayar denda empat hari kemudian. Trus duit denda itu dikemanain ya? Disetor ke Kas Daerah? Beneran nih? Hanya karena dianggap MENCURIGAKAN, SEHINGGA MENIMBUKAN SUATU ANGGAPAN...maka Lilis dan 27 perempuan lain ditangkap.

Trus....napa yang ditangkap semua perempuan? Ga boleh, perempuan pulang malem? Ato dipikir semua perempuan yang pulang kerja sampe malem itu pelacur? Perempuan kok disamain ma hantu. Jam segitu, gw yakin laki-laki bertebaran dimana-mana. Napa mereka ga ikut ditangkap? Sapa yang jamin mereka berada di luar rumah dan ga sedang ngelacur? Ato cuma nongkrong sementara istrinya kerja keras?

Heran. Ga jauh beda ma RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi. Iya sih, katanya pasal soal ciuman dan 11 pasal lain udah dihapus. Tapi subtansinya bukan itu. Napa selalu perempuan yang dikorbankan? Dituduh pengundang nafsu syahwat padahal otaknya yang kotor? Buruk rupa cermin dibanting. Otaknya yang kotor, kok perempuan yang dihukum? Edan!

Apa ini cuma buat ngalihin perhatian buat naikin Tarif Dasar Listrik? Yup, di Pojok Kompas bilang 'DPR usul sisa anggaran sekitar Rp 30 triliun untuk subsidi listrik'. Dan Mang Usil jawab 'Kompensasinya tunjangan komunikasi DPR naik'. Ah, udah diduga kok! Apa sih yang bukan sandiwara di negeri ini? Blok Cepu dan Freeport....cerita yang sama. Ayo, mogok bayar listrik! Busukkk...!!!!!

14 komentar:

Anonim mengatakan...

Begitulah.

Dia yang lihat.
Dia yang nafsu.
Dia yang dosa.

Perempuan yang salah!

Susah...

Anonim mengatakan...

=(( Dunia makin lama semakin membusuk, dan yg diajak membusuk itu biasanya perempuan *sigh*

Anonim mengatakan...

Sudah lama saya berpikir dunia ini diciptakan hanya untuk lelaki dan kini semakin terbukti. Muak rasanya.....

Anonim mengatakan...

Asli aku jadi 'panas' banget baca tulisanmu...

may hendrawati mengatakan...

Temen saya pernah tuh, jam 11 malam, naik mobil, 3 orang cewek semua, di depan klandasan dicegat polisi dan dituduh yang engga2 hanya karena 1 mobil isinya cewek semua

syusah :(

syafrina-siregar mengatakan...

Saat peraturan/keputusan dibuat oleh orang yg 'shallow' dan picik, what kinda result can u expect?

ilalang liar mengatakan...

semakin kita banyak tahu, mestinya membuat kita semakin mengerti.

Anonim mengatakan...

bikin negri baru yuk! ;)

Anonim mengatakan...

ya~ yg jangan dilupa, masih banyak mba cewe2 yg dengan bangganya dicap seksi trus petantang petenteng memancing birahi(disadari atwpun ga). ya klo bgitu apa 100% kesalahan hanya ditimpakan pada laki2 yg ngeliat?
makanya otak lelaki pada ngeres jaman2 skrg ini... lha cewenya mancing2!

hihihi.. sebelum nyalahin org ada baiknya kita jg introspeksi diri sbg cewe.


~~ sayajugawanita~~

Awan Diga Aristo mengatakan...

entah...
mana yang lebih sulit? mengendalikan isi pikiran satu species (laki-laki) atau mengendalikan perilaku yang mengundang lintasan pikiran? Kalau yang diatur itu pikiran (misal, saya sebagai laki2 ga boleh mikir ngeres), lalu bagaimana caranya meriksa apa yang sedang saya pikirkan??

memang, muak rasanya kalo ngerasa disalahin mulu... tapi... apa kaum wanita sekarang ga ngerasa sedang dieksploitasi?? dieksploitasi oleh para perancang busana, dieksploitasi oleh para pembuat bokep (pilem porno), dieksploitasi oleh produsen rokok (yang SPGnya selalu pake baju "seksi", padahal entah apa hubungan antara tembakau dengan paha), dsb dsb...

mbak yati yakin, gerakan nolak RUU-APP sekarang ini bukan cuma maenan/settingan para pengeksploitasi wanita itu??? yakin ga sedang ditunggangi???

Gw rasa yang menjadi pengalih perhatian dari kenaikan TDL, isu korupsi dkk itu bukan RUU-APP, tapi justru kontroversinya. Kalo gw jadi pemerintah, gw komporin terus bangsa ini supaya selalu berkontroversi ria mengenai beginian, supaya kenaikan TDL dan pengalih-tanganan Cepu bisa lancar...

Yakin kita semua ga sedang ditunggangi???

Anonim mengatakan...

Gue berharap banget ada kudeta berdarah di negeri ini buat mendongkel kepala pejabat busuk itu semua ...

hehehehe sarkas ..tapi akumulasi kekecewaan ...udah muak :P

Anonim mengatakan...

hehehe
ayo deh kita barengan nyari sponsor buat bikin acara "kudeta berdarah"...

trus klo udh kudeta apa donk yg kita dapat? bisa jamin pemerintah selanjutnya ga zolim lg sama rakyat?trus klo zolim? kudeta lagi? zolim lagi? kudeta lagi?
hihihi.. mpe jaman kuda pake rok mini juga ga kelar2 bang.(kira2 jaman kuda pake rok mini brapa taun lagi yaak?)


~komentarnyasambungmenyambungmenjadiribeeettt!~

Anonim mengatakan...

iya tuh. kenapa ga cowo juga disuru jaga tuh resleting celana biar burungnya ga hinggap disembarang tempat.

sucks!

Anonim mengatakan...

menetapkan hukum memang ada implikasinya dan tidak menetapkannya, juga ada implikasinya. Tinggal memilih mana yg lebih banyak manfaatnya drpada mudharatnya.

Jadi, pada dasarnya bukan menetapkan hukum - jika hukum itu suatu kebaikan - yang salah dan perlu dicabut. yg perlu diminimalisir adalah implikasi dari penerapan hukum tersebut :-)