Rabu, 25 Mei 2005

Che Bukan Jodohku

Minggu, 22 Mei 2005
Sejak semalam sibuk pindah kantor. Tempat baru ini lumayan enak, lebih dingin dari kantor lama yang setengah kumuh tapi penuh kenangan itu. Ruangannya juga lebih manusiawi, penuh warna, seperti di play grup, hehehe..., tapi asik!

Lalu temen2 kantor pun ramai-ramai membongkar barang bawaan, menatanya di ruangan masing-masing. Aku ngapain ya? Hanya sibuk menggosok komputer dengan cairan berbusa putih yang tak kutahu namanya, tapi hasilnya....cemerlang! Komputerku, --eh, komputer kantor ding-- tampak baru lagi.

Temen2 pun sibuk memasang dan menempelkan benda-benda kenangan di dinding ruangannya atau di meja kerjanya. Ada yang menempelkan foto keluarga, foto ponakan yang lucu, menempatkan bunga plastik di mejanya, dll deh. Aku nempelin apa ya? Ga ada foto bagus yang bisa dipamer karena aku ga pernah bisa memotret wajah orang yang membuatnya kelihatan lebih cantik dari wajah sebenarnya alias fotogenic seperti kata majalah2 remaja.

Aaah....akhirnya dapet. Ada selembar poster entah milik siapa dari kantor lama yang ikut dalam barang bawaanku. Poster berisi gambar orang-orang dari suku yang menurut orang terkebelakang, dari seluruh benua. Mungkin karena mereka tidak tinggal di kota dan memilih hidup apa adanya bersama alam maka mereka dicap terkebelakang. Padahal orang sekarang justru rame2 ngomong soal post moderisme.

Aku suka wajah polos mereka. Eksotis. Lebih penting lagi, warna warni poster yang ujung2nya udah sobek itu sangat cocok (menurutku) dengan warna biru dindingku. Hmm....bagus juga, setidaknya dindingku tidak kesepian dalam satu warna. Dan ruanganku pun tidak kalah dengan ruang teman2 yang lain.

Aha....kalo nggak salah kemaren aku juga melihat poster bekas temenku, warna merah menyala bergambar lelaki berambut gondrong dengan bintang di topinya dan cerutu di bibirnya. Semoga temenku ga berminat lagi memasangi dindingnya dengan gambar pejantan itu. Tapi upss....cat dinding ikut mengelupas dan poster sobek saat aku mencoba melepasnya dari dinding. Maaf, Che...kau belum berjodoh dengan dinding biruku!