Minggu, 06 Maret 2005

Tiga Fase Gelisahku

Minggu, 6 Maret 2005

Fase Pertama, 6 Desember 2001, pukul 00.16
Aku sedih tak tahu kenapa
Aku kecewa tak tahu pada siapa
Aku jengkel sekaligus ada getar indah
Aku ingin marah tapi rasanya sayang
Aku sedang senang tapi hatiku juga perih
Aku sehat tapi merasa tak berdaya
Aku ingin berlari kencang tapi begitu indah berjalan pelan dimusim gugur
Aku ingin mimpi indah tapi takut tidur
Aku ingin berkata-kata tapi tulisan lebih bermakna
Aku ingin terbang tapi angin tak sudi memberiku sayap
Aku ingin PULANG tapi di luar begitu indah
Aku ingin berteduh tapi tak ada pohon yang cukup rindang
Aku ingin jadi lembaran duit tapi takut kotor
Aku ingin jadi wewangian tapi takut kau di awang-awang...

Lalu di suatu tempat di suatu masa
Aku mengalami kegelisahan yang sama di fase keduaku
Saat kebosanan meradang, menghujam diri
Bosan, sepi, nelangsa, gamang, sumpek, apa yang kumau?
Ingin menangis tapi takut airmataku menjadi murahan
Aku ingin ada di Poso, menyelamatkan yang bisa diselamatkan
Aku ingin ke Timor Lorosae, menjadi relawan atau apapun yang bisa kulakukan
Aku ingin ke Kalimantan, Sumatera, Papua, entah....
Mencari dan memulai hidup baru di sana
Aku ingin jauh dari kota ini
Jauh dari aturan kaum feodal
Berdiri di atas kaki sendiri, dianggap ada, punya sesuatu yang bisa kubagi pada orang lain
Aku marah melihat kebodohan berlarut di dekatku
saat ayat suci dibentang sedemikian lurus tapi bukan di jalan-Nya
Aku ingin seperti yang aku ingin!!!

Lalu fase ketiga dalam gelisahku tiba....
Aku ingin muntah, otakku buntu, dadaku sesak
Ingin keluar dari kota ini, dari tempat ini setelah kuraih kegelisahan fase keduaku
Tapi harus kemana?
Tiba-tiba aku takut menghadapinya
Banyak tawaran indah yang justru menakutkanku
Jika kuterima, apakah langkahku akan terhenti begitu saja?
Apakah penawar itu bisa mengiringiku, mendorongku atau bahkan menjegalku?
Kalau keluar dari tempat ini, aku harus kemana?
Aku merindukan rumahku nun di lembah sana
AKU INGIN PULANG, mom....
Tapi kehangatan masihkan ada di rumah kita?
Aku takut rumah akan membekukanku
Tapi tak ada lagi pohon rindang untuk berteduh di jalanan
HARUS KEMANA ANAK PEREMPUANMU INI, mom....
Aku tak mau melemah, tapi aku bingung
Tidak bisakah hidup benar-benar mengalir seperti air
tanpa sikap, tanpa pikiran, tanpa di cap bodoh dan tak berpendirian
Hanya mengalir menuju muara....AKU CAPEK, mom.....!

2 komentar:

ilalang liar mengatakan...

hmm...
Kegelisahan, suatu fase yang dialami semua orang.
Tiada yg bisa menghindar! Hidup memang bukan suatu perjalanan lurus dan mendatar. Tapi, justru darisanalah kita 'sedikit' banyak belajar memaknainya.
Hidup dan variasinya, akan membuat kita semakin mengerti. Sukses buat yati..

Anonim mengatakan...

maaf ga nyambung tapi ini sisa puisi gw yg kebuang :) numpang nyimpen ah hehe

Sesak kuhinggapi malam
saat telusuri jalan gelap yang kelam
resah batinku kala aku dipersimpangan

Sesak kuhinggapi malam
mengingat mimpi yg tak pernah kugenggam
jilati takdir yg terasa masam

Kuingin surya cepat datang
agar dapat kugenggam mimpiku yg hilang
yah Allah sinarilah hatiku ini
seperti mentariMu menyinari bumi
agar ku tak tersesat dalam mimpi duniawi

slipi, 24 mei 2004, malam waktu ku tak punya uang satu senpun