Selasa, 20 Juli 2010

Basyir Melawan dengan...Gantung Diri

Dana pendidikan negeri ini katanya 20 persen. Entah untuk membiayai apa. Karena nyatanya biaya sekolah tetap mahal. Sudah pernah kita dengar anak yang memilih bunuh diri untuk menutupi rasa malu. Karena mereka menunggak uang sekolah, atau malah sama sekali tak mampu membayar uang masuk.

Ada juga karena soal lain. Anak bunuh diri karena rapornya merah, tak naik kelas, dan tak lulus. Ini juga karena sistem pendidikan kita yang salah sejak awal. Anak-anak di sekolah dikejar-kejar nilai tinggi. Sistem pendidikan mementingkan nilai-nilai di rapor, tidak mengutamakan bagaimana siswa bisa menyerap pelajaran dengan baik.

Kasus terbaru, terjadi pada Basyir. Bocah 11 tahun ini ditemukan gantung diri di sebuah lapak di Pasar Minggu, pekan lalu. Konon, si anak sudah lelah. Beberapa orang dekatnya menduga ia ingin sekolah. Ia juga juga lelah melihat pertengkaran bapak-ibunya.

Sebelumnya ia pernah sekolah sampai kelas dua, lalu berhenti ketika ibunya tak mampu memenuhi permintaannya untuk membeli buku. Ibunya juga tak mampu membelikannya seragam. Si anak patuh itu pun berhenti sekolah dan membantu ibunya mencari duit dengan menjual kardus dan menjadi ojek payung.

Saya jadi teringat tentang Gayus, yang hidupnya bergelimang uang suap. Awalnya hanya ditemukan Rp 25 miliar di rekeningnya. Lalu Rp 60 miliar, lalu Rp 86, lalu ada kabar ia menyuap polisi 100.000 dolar agar tak ditahan. Kenapa sih uang hasil korupsi mesti disita dan dikembalikan ke kas negara? Toh akhirnya akan dikorupsi juga? Kenapa tak langsung dibayarkan ke sekolah2 agar sekolah tersebut menampung semuaaaaa anak di sekitar tempat itu agar bisa sekolah. Jika sekolah gratis, anak-anak seperti Basyir..., ah, sudahlah.

BASYIR. Ia telah melawan dengan caranya sendiri. Ketika kemiskinan makin membelit hidupnya. Ketika kemiskinan tak mengizinkannya meneruskan sekolah. Ketika kemiskinan membuat bapak-ibunya tak berhenti bertengkar. Ketika kemiskinan membuat tidurnya tak pernah lelap di kios-kios pasar yang lembab dan bau. Ia memilih satu cara. Dengan gantung diri di kios gelap, di atas lapak tempatnya tidur sehari-hari.