Sabtu, 08 Maret 2008

Fulus BLBI agar Mulus ke 2009?

Saya sudah menunggu terlalu lama dan berharap agar Jaksa Agung bersedia menjilat ludahnya yang telah bercampur air comberan untuk membuka kembali kasus BLBI. Tujuannya agar saya bisa mengejek lebih puas lagi. Sebab sebelumnya, mereka begitu yakin dengan segala keagungannya, kejaksaan agung membebaskan para maling kasus BLBI karena menurut mereka, tidak ditemukan bukti dan semuanya telah berjalan sesuai prosedur. Tapi rupanya itu penantian saya akan sia-sia, maka ejekan dan makian saya yang hanya stengah porsi ini baru diposting.

Hanya berselang beberapa saat setelah kejaksaan membebaskan mereka yang diduga maling, eh, ternyata maling benerannya tertangkap dengan uang bukti 660.000 dolar AS atau sekitar Rp 6 miliar lebih. Kebayanglah betapa malunya kelompok yang menganggap diri mereka agung itu. Hendarman Supandji pun menangis tersedu-sedu entah untuk alasan apa. Mungkin panik karena ketahuan, mungkin bener2 merasa dikhianati bawahannya, atau kesel karena ga dibagi, entahlah. Airmata memang tak bisa ditafsirkan maknanya :p halah...

Setelah tertangkap tangan, masih saja muncul pembelaan2 karena konon, gaji si jaksa Urip itu cuma Rp 3,5 juta. Ouwhhh, saya prihatin sekali. Bukan pada jumlah gajinya, tapi jumlah kekayaan diluar gajinya. Mobilnya empat, rumahnya mentereng, dan dia masih mengeluh karena profesinya yang agung hanya dihargai Rp 3,5 juta sebulan. Lha, kenapa mau jadi jaksa dan PNS, tolol? Lha, udah bisnis permata pula, menduakan profesinya yang agung, dan masih juga nerima duit Rp 6 miliar? Bener2, sapu kotor!

Saya tidak memfitnah dia dengan memaparkan jumlah gaji dan kekayaannya. Walaupun awalnya saya sempat berpikir, bisakah hidup di Jakarta dengan gaji sedemikian dan harus menghidupi dua rumah tangga [karena dia berjauhan dengan istrinya]. Tapi membandingkannya dengan profesi lain yang gajinya lebih rendah, misalnya guru, saya jadi ngerti, betapa serakahnya dia! Apalagi jika membandingkannya dengan orang biasa yang tak bergaji, atau, dengan keluarga almarhum Dg Basse yang cuma bisa makan sekali sehari itu? [saya tau ini perbandingan yang tidak adil :p]

Saya memang sepertinya sudah nyaris putus asa dengan harapan perbaikan negeri ini. Lihat saja, mereka mengangkat ketua KPK yang konon juga sapu kotor. Mereka mengangkat para Direksi BUMN dari kalangan mereka sendiri. Mereka menjebloskan Gubernur BI untuk menyelamatkan orang dekat. Itu hanya sebagian kecil. Tapi, bukankah itu menyiratkan sesuatu? Ada yang harus tetap dipertahankan agar pesta 2009 berjalan mulus karena fulusnya terjamin. Lebih jauh lagi, dia yang agung, menyadari bahwa melanggengkan cara2 yang dipakai oleh dia yang telah dikuburkan itu, akan membuat kekuasaannya ikut langgeng. Jadi, berhentilah berharap!

7 komentar:

Herman Saksono mengatakan...

Dasar DPR kotor, pantes aja milih sapu kotor.

Ini lho masalah kita, udah tahu DPRnya kotor, 2009 masih dipilih lagiiii! Dasar negara keledai yang bodoh.

Anonim mengatakan...

jadi baiknya kita gak usah milih aja ya....soale hampir semuanya kotor. yg awalnya gak kotor pun, begitu masuk, jadi kotor.

apa seluruh manusia indonesia harus di rukiyah dulu ?

di batam itu orang otorita kalo masukkin mobil ke bengkel, billnya dinaekin 20%.

Anonim mengatakan...

hanya satu kata
lawan!

Anonim mengatakan...

kalau memang susah dilawan, pakai cara resist ala Mahatma aja. singkat kata : "kabur".

danu doank mengatakan...

jangan pernah berhenti berharap... apa iya masih ada harapan?

Anonim mengatakan...

seperti kata iklan rinso :

nggak kotor ya nggak belajar

berarti, semakin kotor semakin berpengalaman, semakin susah dibersikhkan...

Gagah Putera Arifianto mengatakan...

Hmm....untung gw gak punya temen bernama Agung...:P

Waduh...gw tahun depan mulai ikut pemilu lagi...golput aja kali ya :(