Rabu, 18 April 2007

Lumpur dan Karpet Merah

Tetap tegar, apapun yang terjadi, tetaplah tersenyum!
Pesan yang indah. Apalagi diucapkan seorang Giring Ganesha, vokalis Nidji yang diidolakan banyak orang. Kalimat itu menurut Kompas, diucapkan Giring bagi korban lumpur Lapindo saat bandnya melakukan konser sosial di pengungsian warga di Sidoarjo sana. Menghibur mereka, para penghuni tenda yang terlupakan karena soal2 IPDN, resuflle kabinet, laptop, uang Tommy, yayasan2 Soeharto dan sebagainya yang jauh lebih seksi untuk dibincangkan.

Sementara sebagian dari mereka, berduyung2 ke ibukota, meski dihalangi aparat di stasiun kereta. Di ibukota, mereka tidur di hadapan patung bapak bangsa, Soekarno-Hatta. Sebab hanya patung yang bisa diajak bicara. Sebab hanya pelataran tugu yang mau menerima mereka. Sebab dua orang yang zaman kampanye dulu sempat mengaku2 sebagai penjelmaan patung dua orang di tugu proklamasi itu mengaku terlalu sibuk untuk menemui mereka. Si bapak tak mau istananya terperciki lumpur, sedangkan si wakilnya hanya melirik korban lumpur dari balik kaca mobil mewahnya yang mungkin dibeli dari sebagian pajak orang2 berbau lumpur itu.

Yang punya negara, bapak yang gagah itu, hanya mengeluarkan kepres berisi ganti rugi cukup 20 persen aja! Wakilnya, hanya menjamin, si empunya pabrik lumpur adalah keluarga baik2 yang ga mungkin lari dari tanggung jawab. Sementara yang punya lumpur, ga ada di kantornya, sibuk keliling penjuru negeri, katanya mengentaskan kemiskinan, SETELAH menciptakan kemiskinan baru di Sidoarjo sana. Ckckck... rakyat dibikin makin menderita sementara konglomerat didorong untuk makin berjaya!

Aha, hampir lupa! Bapak yang terhormat itu, juga sibuk menggelar karpet merah bagi pengemplang dana BLBI. Ya, 10 tahun lewat, kasus utang BLBI yang macet senilai Rp 600 triliun wajar jika telah dilupakan. Wajar pula bila kehadiran Anthony Salim bolak balik ke istana tak membuat orang ngeh bahwa dia salah satu pengemplang itu. Mungkin karena jumlahnya cuma Rp 36 triliun. (kurang yakin sih, ada ya duit segini di negeri ini?)

TRILIUN!!! Mungkin ga ada apa2nya dibanding duit yang dibawa lari Eddy Tansil. Apalagi kalo cuma dibandingkan dengan total jumlah dana yang dibutuhkan untuk ganti rugi korban lumpur. Lalu kenapa pemerintah begitu berat melunasi hak-hak korban lumpur itu? Tinggal menyita aset pembuat gara2nya (si Ical). Kalau belum cukup juga, tuh, sita aset para koruptor, suruh balikin duit negara buat membangun Aceh, membangun Jogja, membangun Sidoarjo agar mereka yang di sana tidak terus2an tinggal di dalam tenda! Punya telinga dan hati ga sih???

6 komentar:

Anonim mengatakan...

menang kalah, bukan benar salah.

Anonim mengatakan...

Teruskan! "PERJUANGAN MELAWAN LUPA"

dan jangan lupa, "DIAM ADALAH PENGKHIANATAN"

Anonim mengatakan...

Punya telinga dan hati ga sih???

lha harusnya sudah tahu kok masih tanya... hehehe...
lelah juga mikirin kayak gini, rasanya gemes dan seringnya hanya bisa bertanya-tanya...

Unknown mengatakan...

"Punya telinga dan hati ga sih???"
kalo saya punya, ga tau kalo mereka

dewi... mengatakan...

terlalu banyak "urusan penting" kayanya...

NiLA Obsidian mengatakan...

telinga mereka cuman jadi cantelan panci....

hati mereka terbuat dari besi.....

dan.....
kasus ini pasti juga akan menjadi basi

tanpa ada solusi