Jumat, 13 April 2007

Biaya dan Jabatan Bagi Pembunuh

Tau ga berapa anggaran yang disiapin negara yang diambil dari APBN alias uang rakyat untul Institut Preman itu? Konon jumlahnya sekitar Rp 150,8 miliar! Rp 2,4 miliar diantaranya dipakai untuk biaya pengembangan sumber daya manusia misalnya biaya pelatihan fisik dan mental. Pembinaan fisik dan mental ini, apakah untuk perpeloncoan atau pembunuhan, entahlah!

Ini baru dari APBN lho...belum termasuk biaya yang dikeluarkan APBD masing-masing daerah yang mengutus siswa ke sana yang mencapai Rp 46,75 juta per siswa untuk 4 tahun pendidikan. Entah berapa yang tidak terlihat alias sogokan. Dulu, salah satu tetangga saya harus menjual mobilnya seharga Rp 50 juta yang difungsikan sebagai oli, eh...pelicin. Dengan rela mereka membayar harga itu sebab konon siswa di sana telah digaji layaknya PNS setiap bulan.

Dan kemanakah para narapidana yang dinyatakan sebagai pembunuh Wahyu Hidayat tahun 2003 lalu? Ah, mereka ternyata menjalani kehidupan yang aman sentosa. Bukan di dalam penjara. Mereka tetap CPNS dan jelas menerima gaji setiap bulan, seperti impian para siswa di sana. Misalnya, YS- Ajudan Bupati Sukabumi, YM- Karyawan BKD Ciamis, HS- staf Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, DRF- Staf Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, BRN- Staf Kelurahan Margasenang, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, SR- Sekpri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Lex Laksamana, GAR- Staf di Pemkab Sumedang, DH- Staf di Pemkab Sumedang, dan dua lagi DS dan OM ga tau kemana rimbanya.

Kalo Cliff Muntu dan Wahyu Hidayat meninggal, paling nggak, mayatnya ada, bisa dikuburkan dengan baik dan bisa diziarahi oleh sanak keluarganya. Tapi praja dari Kabupaten Pasir, Kaltim, Abdul Rahman yang hilang sejak 1992 itu, hendak dicari kemana dan siapa yang harus dimintai tanggung jawab? Benar2 hilang ditelan bumi seperti pesawat Adam Air.

9 komentar:

Anonim mengatakan...

senang msh ada yg punya hati seperti pak Inu, hanya kasihan kalau beliau di ancam...kita doakan saja, kebenaran tetap akan menemukan jalannya.

aku tak melihat ada gunanya pendidikan macam begitu, pantes saja pemerintahan kita korup dan kejam terhadap rakyatnya, lha sekolahnya kaya gitu.

ala militer? untuk apa, kalau seseorang dididik untuk benar dan punya hati nurani (akhlak) dia tidak akan pengecut saat dibutuhkan TEGAS, seperti Rasulullah saat harus berperang beliau ya berperang, saat harus menghukum, ya menghukum dg adil. apakah orang2 lulusan sekolah sialan itu bisa membela bangsa ini?

Anonim mengatakan...

benar2 cocok tuh IPDN jadi kampus penuh cerita kekerasan dan horor!!!

Anonim mengatakan...

pasang banner aja!! minta sm antobilang..

NiLA Obsidian mengatakan...

maaarrraaaahhhhhhh.....sampe speechless!!

-Fitri Mohan- mengatakan...

biadab!

Anonim mengatakan...

kriminalll hayooo sapa lagi yang anaknya amsuk IPDN trus ilang... lapor2

Unknown mengatakan...

semoga keadilan bisa benar2 ditegakkan,
semoga mereka yang terluka dan menjadi korban mendapat perlindungan dari-Nya,
semoga yang ilang bisa ketemu
*entah dicari kemana ato pulang sendiri =P

Anonim mengatakan...

Mungkin Abdul Rahman ada di salah satu kuburan tanpa nisan yang ditemuin wartawan dibagian belakang IPDN;(

Heran deh, pejabat kelas "cere" aja pada belagu, HUH!! Ayo pk Rasyid, pk Inu, maju terussssssssss!!!

Anonim mengatakan...

bangke tuh . . . si pak GEMBOL!
(pendiri sekolahan itu . . . . !)

mo cari ribut kali ya . . . ama tuhan . . . . orang2 yang telah meninggal itu kan ciptaan tuhan . . . yang harus diberi pengajaran sebagaimana yang diajarkan oleh rasullulah SAW. . . dengan lembut n penuh kasih syng . . . . bukan dihajar kyk geto!!!!!!!!!!!

mendingan yang namanya senior disitu ubah kelamin jadi cwe aj . . . coz mereka pasti gk berani klo diajak berantem diluar sekolah atau tempat mereka pnya jabatan senior itu . . . . . kasihan tuh cliff muntu yang dikeroyok ama org2 tak pnya agama !!!!!!!!!!!