Selasa, 12 September 2006

Fasis, Amnesia dan Pesawat

12 September
Beberapa orang memperingati satu hari penuh kekerasan di zaman penuh kegelapan di tahun 1984 (yang masih berlangsung sampai hari ini). Ya, hanya diperingati beberapa orang karena cuma mereka yang ga amnesia. Karena mereka adalah korban kasus Tanjung Priok berdarah itu. Yang lain? Telah lama mereka lupa. Jangan berharap apa-apa karena emang ga bakal dapet apa-apa.

11 September
Sekelompok orang di AS sana, juga memperingati hari penuh kekerasan dengan ribuan nyawa melayang. Sama saja dengan negeri kami, kekerasan, konspirasi, mungkin juga urusan dunia akhirat. Di sebuah pengadilan di Jakarta juga dijatuhkan vonis pada seorang kawan karena dianggap menghina pejabat. Ada pula pejabat yang dilempari telur busuk karena dianggap melindungi koruptor.

9 September
Seseorang bertubuh tegap khas tentara, sedang merayakan ulang tahunnya di pesawat. Ya, di pesawat. Tanpa harus takut makanan yang disajikan mengandung arsenik. Dan dia ga bakal gelagapan ketika seorang pejabat di Eropa sana menanyakan kasus Munir. Karena dia terbiasa tanpa ekpresi, tanpa perasaan.

7 September
Hari ini 200-an orang mengenang Munir. Mengenakan kaos bertuliskan Dibunuh Karena Benar. Mungkin akan lahir pepatah baru di buku pelajaran anak sekolah. Dibunuh karena benar, disanjung karena korupsi. Ah, padahal airmata Suciwati belum kering.

Begitulah kehidupan di negeri kami. Hari-hari penuh kekerasan di masa lalu, kini diperingati dengan kekerasan-kekerasan baru. Tak salah Daniel Mahendra menamainya Bangsaku yang Fasis. Soal hukum adalah soal gelap bagi kami. Mungkin kain penutup mata dewi keadilan memang sengaja diartikan sebagai dewi kegelapan.
Para korban sudah hapal...! Masa lalu begitu jauh. Kematian begitu dekat.

ps : ....sampai jumpa, di kehidupan yang lain...

10 komentar:

Anonim mengatakan...

Bener Yat, kematian memang deket banget dan kita ga pernah tahu waktunya :)

Anonim mengatakan...

Tapi fajar hanya akan tiba bila kata yang dibikin jadi awan guna melintasi tapal-tapal batas diubah menjadi kata "TIDAK !" dari bebatuan, agar mereka menguak celah pada kegelapan, retakan tempat hari esok menyusup masuk

....

Biarkan TIDAK kami berpadu dengan TIDAK mu dan dengan semua TIDAK yang hari ini merebak di sekujur bumi

Hidup Pemberontakan yang berkata TIDAK !
Mampuslah Kematian !


Subcomandante Insurgente Marcos

Anonim mengatakan...

katakan : lawan?

yakinlah masih banyak orang baik yang akan selalu berbuat baik bukan karena apa-apa tapi karena itu adalah hal benar yang harus dilakukan. to do good as it is the right thing to do!

-Fitri Mohan- mengatakan...

terlalu banyak yang di-amnesia-kan. tidak cuma yang terjadi di bulan september. takut sekali aku, kalau pada suatu waktu, masyarakat cenderung memilih untuk "ya udah deh, aku ikutan amnesia saja" sehingga menciptakan keapatisan yang merajalela.

btw, my dear, keponakan2ku baik-baik. makasih ya udah inget. :) yang paling kecil sekarang udah nakal banget. semua-mua orang diteriakin. dulu, ketika ada aku, dia taunya diem melulu. hahaha, gue nih yang fasis ama ponakan. :D :D :D

Anonim mengatakan...

Bagi penguasa: MASA LALU YANG BURUK ITU ADA UNTUK DILUPAKAN BUKAN UNTUK DIKENANG

jadi kalo sekarang mereka meng-amnesia-kan segala peristiwa yang hadir dan menorehkan kesedihan pada jiwa rakyat itu wajar saja. lha wong bwt mereka yang sedih2 itu untuk dilupakan bukan untuk dikenang...

venus mengatakan...

wah wah...pada marah2 semua nih.hehehe...gw ga komen deh, takut salah omong lagi,hahaha...

Anonim mengatakan...

ok ok,maap lahir batin. i'll keep my mouth shut. that's a promise. kalo ga ketularan amnesia yaaa..huahaha...

Anonim mengatakan...

thanks mbak diingetin. Yang begini ini memang perlu. Orang bila hidup enak jadi lupa dengan persoalan masa lalu dan tak peduli mereka yang kini masih memperjuangkan hidup. Salut buat yang masih memperjuangkan hidup orang lain.

danu doank mengatakan...

bila kekerasan berakhir di negeri yang katanya penduduknya ramah-tamah ini? tiap hari, yang ketahuan apalagi yang tidak ketahuan, kekerasan selalu mengintip.

Pepih Nugraha mengatakan...

Saya yang kebetulan pernah meliput Bosnia, Poso, Maluku, sampai Papua, rasanya tidak ada lagi selain harus mengatakan "Setop Kekerasan!"