Sabtu, 06 Agustus 2005

Anak Kandung Cendana

Kamis 26 Mei 2005
[tulisan ini udah lama tersimpan dan ga segera dipublish...dasar pemalas:p]

Jhonday dinyatakan bersalah dengan vonis 5 bulan 2 hari. Tepat hari ini dia bebas. Keputusan yang dipaksakan, demokrasi masih dibungkam

Sms itu gw terima jam 15.14 tadi. Sebenernya udah lama pengen nulis tentang ini tapi penyakit malesnya selalu dateng, akhirnya keduluan Majalah Tempo. Nggak apa-apalah, yang penting aku nggak nyontek ide dari majalah itu.

Belum lama berselang, Gendo di Bali juga udah beberapa kali sidang dengan kasus yang sama, melanggar pasal dalam UU karet peninggalan Orba, subversif. Karena Gendo dan kawan-kawan di Udayana sana katanya membakar foto presiden saat unjuk rasa Desember 2004 lalu, menentang kenaikan harga BBM.

Alasannya, selalu saja, harga BBM dinaikkan menyesuaikan dengan pasaran dunia dan negara-negara produsen minyak. Atau iklan di TV yang mengatakan harga sebotol air mineral lebih mahal dibanding seliter minyak. Lalu ada janji-janji dana kompensasi yang sampai saat ini belum cair dengan alasan orang miskin yang bakal dapet duit itu masih didata jumlahnya. Lalu ada daerah yang tiba-tiba nambah orang miskinnya. Denger2 sih biar dapet kucuran dana kompensasi lebih banyak dari pusat, yang tentu saja akan mampir di kantong safarinya dan orang miskin tetap aja ga bisa sekolah dan dapet pengobatan gratis.

Padahal, bulan Februari lalu, tepatnya Jumat tanggal 18, ada berita di halaman 40 harian Kompas, yang katanya...Amerika menjual BBM di negerinya lebih murah dari harga jual BBM di negara2 produsen minyak....! Edan bener!

Dan orang yang bakar foto presiden karena ga mau harga BBM naek, ditangkap dan dipenjara. Ga cuma Gendo, mahasiswa yang udah menahun di Udayana itu. (Sorry ndo...gw ga pernah inget nama asli lu). Ada juga Monang, vonisnya sama, kasusnya sama, pasal karet usang peninggalan ayah kandung SBY di Cendana sana. Btw....kantor baru dan kost-an baru gw di Cendana juga lho sekarang. Ets....amit-amit dah, gw bulan kroni!