Saya kelamaan ngeblog menye2 tak berguna sampe lupa menengok lingkungan saya, hingga semalem seorang temen ngirim sms, isinya tentang kejengkelan pada Pilkada di Sulsel. Pilkada di sana udah berlangsung 5 November kemarin. Tapi ribut2nya sampe semalem. Kata temen saya, Makassar macet abis, dari sore sampe tengah malam. Katanya tol ditutup karena banjir, tapi lebih banyak yang percaya akibat konvoi pendukung calon gubernur. Dari tiga calon, ada dua calon yang mengklaim kemenangan ada di pihak mereka. Pendukung keduanya lalu konvoi kemana-mana, padahal pengumuman resmi baru pekan depan. Yang menderita rakyat juga, sampe banyak yang jalan kaki. Apa yang seperti itu yang akan jadi gubernur? Cuih, kesehatan gratis katanya? Hueks, teori, bullshit! Mana ada dokter gratis, sekolah mahal-mahal trus jadi dokter yang ngasih harga gratis? Puih! (aslinya sms ini dengan logat makassar dalam kejengkelan yang memuncak!) Temen saya juga bilang; sebenernya dia tak marah, dia cuma jengkel (bedanya apa ya?) karena urusan pilkada udah masuk ke wilayah pribadinya padahal dia golput. Katanya lagi: kalo kamu mau jadi gubernur, terserah, asal jangan menyusahkan orang lain, karena cuma kau yang akan kaya, dan itu bukan urusan saya!
Hohoho...kemarahan yang amat sangat!
Tapi, emang seperti itu kondisinya. Pilkada dan pemilu dimana2 ga ada yang membawa perubahan. Yang ada setelah pemilihan, orang2 yang terpilih dengan terpaksa itu, hanya berlomba2 memperkaya diri sendiri, sibuk dalam usahanya mengembalikan modal, dan separuh masa jabatan berikutnya berlomba2 lagi ngumpulin modal buat ke pemilihan berikutnya. Dan kita, dapat apa? NOL besar! Jalanan tetap seperti kubangan kerbau, macet, banjir, hutan habis, susah nyari kerja, air bersih ga ada, listrik padam terus, harga minyak tanah dan beras mahal. Ga usah berbicara tinggi-tinggi dengan judul penegakan hukum dan HAM, karena yang kecil2 saja tidak pernah terjamin.
Ketika pekan lalu, seorang pejabat berkunjung ke kantor kami, dia dengan wajah yang sungguh- sungguh prihatin (saya percaya dia benar2 prihatin), bercerita tentang kondisi pedalaman Kaltim yang merupakan daerah terkaya di Indonesia ini dengan sumber batubara terbaik di dunia. Di pedalaman sana, satu sak semen, harganya satu juta rupiah! Padahal di kota, satu sak semen hanya sekitar Rp 50 ribu. Lalu, di daerah pedalaman lain, harga ayam potong mencapai Rp 120.000 per ekor! Bisa dibayangkan, berapa duit yang harus dikeluarin untuk membangun sebuah rumah sederhana, atau untuk menikmati hidangan sekali makan, tanpa menghitung biaya lain2 seperti beras dan teman-temannya.
Tentu saja, orang-orang pedalaman, tidak cukup akrab dengan rumah tembok/semen karena mereka terbiasa dengan lingkungan yang sepenuhnya bergantung pada alam. Mereka bisa membuat rumah berbahan kayu. Lalu makan bukan dengan lauk ayam. Tapi kenyataan soal harga-harga ini bener2 menyesakkan. Perbandingan harga yang sedemikian timpang, menunjukkan bahwa pembangunan bener2 sangat tidak merata. Padahal katanya kita udah merdeka dari tahun 1945??? Dan masih ada daerah yang tidak terjangkau sepotong pun alat transportasi?
Yup, karena setiap pemilu, yang terpilih adalah orang2 yang hanya ingin duduk enak di kursi empuk, ogah tertusuk duri dan onak di hutan (yang udah gundul), anti kena lumpur di jalanan yang becek (apalagi di Porong). Intinya, saya pengen bilang ke temen saya yang semalem ngirim sms, kemarahanmu, seperti biasa, mungkin akan percuma. Sama seperti isi blog saya yang ga berguna ini, hanya akan lalu diterbangkan angin! Dan jika Sulsel besok atau lusa akan rusuh karena Pilkada, maka kerusuhan itulah yang akan dipanen oleh rakyat seperti kita. Akan selalu seperti itu, menang jadi arang, kalah jadi abu!
PS: kalo blog ga berguna, memang sebaiknya dihapus aja, toh?
5 komentar:
jeung... saya bener bener kaget lho... ternyata dirimu kalau lagi menyenandung beda banget... beda sama waktu disini... beda 360 derajat. eh 180 derajat dink..
wuih..muahalll nya....
susah juga kayaknya ngurus negeri se gede ini, di tambah pejabat2 yg senang korupsi dst....
kapaaaan ya indonesia ini bisa makmur, kurang apa kita ini? kurang ajar kali ye.....
Wah, ngomongin PLKADA dikampung sendiri seru juga tuh!!! yang pasti untuk sekarang, ngk ada yang pantes buat mimpin (subjektif saya sih). so, biarin aja yang tua-tua saling berantem kiri-kanan, tapi yang muda-muda harus nyiapin diri dong!!! bener ngk?he...3x
oh, rencana nutup blog, toh? ya udah, tutup aja semua.hahahah...
eh jangan dhing. jangaaaannnn...
kalo ga' da yg ka' panjenengan ini dunia perpolitikan diblog ga' da serunya. jgn ditutup to,kalo perlu buka cabang hehehe
Posting Komentar