Jumat, 20 Oktober 2006

Yang terpuruk, yang bahagia

Lebaran....
Adalah cerita pilu bagi mereka di pengungsian
yang di Porong, yang di Aceh, yang di Jogja
tak ada tempat untuk mudik
karena tanah, rumah, kasur mereka
habis tertutup lumpur
opor ayam, ketupat lebaran?
mereka cuma punya ruang sempit di bawah tenda
tak ada perjamuan, tak ada open house

Lebaran....
mungkin cerita bahagia menghinggapi keluarga mereka
Tommy dapet remisi 1 bulan 15 hari
Bahkan minggu ini mungkin udah bebas
Pamannya, Probosutedjo dapet remisi 1 bulan
Abdullah Puteh, dapet remisi 15 hari
keluarga mereka masih mungkin datang menghantar bingkisan ke penjara istimewa
sajian lengkap berlebaran
mereka masih punya tempat pulang
ke rumah yang hangat dengan kasur empuk

Ah, nasib tak bisa ditawar
Bersabarlah saudaraku
dalam keterpurukanmu
semoga ada bahagia kecil
karena kalian tak makan uang korupsi

dan....
oleh2 mudik gw dari kampung, adalah kesedihan. Menyaksikan mereka yang tertimpa musibah banjir bandang hingga hari ini tak terjamah bantuan. Padahal gw bisa mastiin, miliaran duit bantuan dari berbagai pelosok negeri mengalir untuk mereka. Tapi tetesannya tersumbat entah dimana. Bantuan perbaikan sekolah masing2 Rp 4 juta rupiah, menguap entah kemana. Hanya menyisakan secarik kertas bertanda tangan. Lalu penduduk memunguti sisa2 bilah papan yang terbawa banjir. Lalu membangun pondok 3x4 di bekas tanah mereka yang kini gundul. Tak ada lagi yang tersisa. Kemana harus menagih bantuan yang kemarin mengalir deras atas nama solidaritas?


Poso bergolak lagi. Satu kelompok jadi tertuduh lagi. Kami butuh tempat aman. Kami butuh penegakan hukum. Bukan pertemuan para petinggi yang hanya berakhir di depan pintu, lalu pembantaian tetap terjadi!

Kamis, 19 Oktober 2006

m.a.a.f


Kalo kekuasaan berbuat salah,
hanya ada satu kata;
LAWAN!!!
Kalo sesama rakyat berbuat salah,
hanya ada satu kata;
MAAF!!!

Selamat Idul Fitri 1427 Hijriah
Mohon Maaf Lahir Batin
Semoga kemuliaan dilimpahkan kepada para pemimpin
Dan kedamaian diturunkan di bumi khatulistiwa

Rabu, 18 Oktober 2006

Depag dan Pencuri Rokok

Sebenernya ini berita lama. Tapi baru diomongin lagi ma orang KPK kemaren. Mereka bilang, Depag adalah lembaga terkorup di Indonesia. Sialnya lagi, dana yang dikorupsi adalah dana penyelenggaraan ibadah haji.

Hmm…padahal ya…biasanya yang duduk di Depag sana adalah orang2 yang paham soal agama. Paham bahwa memakan hak orang lain itu ga boleh. Menilep hasil keringat orang lain itu dosa.

Nah kalo dah tau lembaga ini banyak nilepnya, napa ga ditiadakan saja? Itung2 penghematan dan penyehatan keuangan negara. Juga buat melindungi jemaah haji dari penipuan yang mengatasnamakan pengaturan urusan ibadah (perintah Allah).

Bukannya tugas ulama ato pemuka agama adalah menyampaikan hal2 kek gini di masjid (dan gw yakin di gereja dan di tempat ibadah mana pun)? Selama ini pemuka agama kebanyakan ngomong soal surga neraka dan hal-hal di atas langit, bukan yang membumi seperti korupsi dan akibatnya pada kehidupan sehari-hari.

Padahal di depan mata, anak usia 15 tahun nyolong rokok buat dijual lagi supaya bisa makan hari ini, mukanya ancur digebukin rame2. Padahal demi makan hari ini doang. Kemaren dan besok lom tentu dia makan. Coba kalo duit pajaklah, hajilah, retribusi apalah ga ditilep, berapa manusia yang bisa diberi makan (kalo distribusi zakatnya juga bener). Mereka dah nilep miliar2 banyaknya...masih aja dibela sampe bebas. Napa ga dibubarin aja semua lembaga yang ada, pake aja hukum rimba skalian.

Senin, 16 Oktober 2006

Hidup di Rumah Kaca

Pramoedya Ananta Toer jauh hari telah menorehkan tintanya sekuat mungkin agar memori itu tersimpan jauh ke dalam otak. Selalu ada arus balik di negeri ini. Selalu ada pengulangan sejarah. Maka rangkaian cerita-ceritanya dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, bukan hanya dialami Raden Mas Minke dan Nyai Ontosoroh.

Masih inget kemaren rame2 regsitrasi kartu ponsel ke 4444? Kartu pra dan pascabayar Anda udah teregistrasi? Apa efeknya? Mengurangi terorisme? Oh, mungkin belum terasa. Lalu Depkominfo sekarang lagi gencar sosialisasi penggunaan KTP di warnet, harus ada CCTV di warnet, ga boleh ada sekat di warnet.

Mungkin pengguna internet di rumah2 ato di kantor masih merasa aman. Tapi coba dengan yang satu ini. Tender penyelenggara Indonesia Security Incident Responses Team on Information Infrastructure (ID-SIRTII) atau pengawas lalu lintas Internet udah dibuka Senin (16/10) hari ini. Pemenang tender ini yang bakal ngawasin lalu lintas Internet mulai November nanti.

Yang diawasin, semua rekaman transaksi keuangan melalui Internet dan lalu lintas surat elektronik (e-mail) setiap tiga bulan. Rekaman itu disimpan dalam media penyimpanan digital yang diperoleh dari semua penyelenggara jasa Internet di Indonesia. Katanya ini buat mencegah tindak kejahatan yang menggunakan Internet sebagai media atau sarana komunikasi dan transaksi, seperti untuk mendukung aksi terorisme.

Ah, tapi kok bikin gerah ya? Gw juga ngerasa ini bakal jadi satu bentuk kejahatan khusus. Terlalu jauh memasuki ranah pribadi. Rasa2nya mereka itu paranoid akut. Lebih parah dari taon 96/97. Betapa gemesnya ketika rencana aksi unjuk rasa udah mateng, tau2 bangun tidur pagi hari, udah ada satu truk polisi di depan rumah nungguin. Wayah....mau jadi apa kita disini? Melebihi hidup di rumah kaca. Udah berada di dalam rumah, tapi rumahnya dari kaca... tetep aja ga aman buat telanjang di kamar mandi.

Sabtu, 14 Oktober 2006

Munir Bukan Musuh Prajurit

Munir bukan musuh prajurit. Kalo musuh jendral, mungkin iya. Munir aktivis HAM, tapi bukan musuh tentara. Munir punya sumbangsih besar dalam pembuatan UU TNI, tapi dia bukan musuh TNI. Tesis Munir tentang militer bukan berarti dia menjadi seorang yang berbahaya bagi negara.

Di banyak sejarah Munir membantu tentara. Munir paling banyak yang menyelamatkan anggota Kopassus saat disandera oleh GAM. Banyak cara dilakukan Munir. Negosiasi terutama, bahkan pernah dengan barter beras.

Jasa Munir dalam RUU TNI adalah memasukkan pasal mengenai prajurit yang cacat atau meninggal dalam perang, layak mendapatkan kompensasi. Munir pula yang menginginkan pasal 'seorang prajurit TNI yang diperintahkan komandannya dalam bertugas, tidak sesuai batas kewajaran, maka prajurit punya hak menuntut sang komandan'.

Apakah setelah memberikan jamian ekonomi dan hukum bagi tantama, bintara dan perwira pertama lantas Munir harus dihilangkan oleh negara? Lalu, kalau Munir punya banyak dokumen penyimpangan Dephan dan Mabes TNI, apakah nyawanya harus dicabut paksa?

Jadi, jelas, kalo ada yg musuhin Munir, pasti bukan prajurit rendahan. Berarti, yang musuhin Munir gag banyak, karena yang pangkat satu ke atas jauh lebih sedikit daripada tantama, bintara dan perwira pertama.

Lalu, Polly dilepas, mungkinkah ini simbol ketakutan negara (untuk tidak menyebut nama bapak itu)? Hehehe...pantesan ga dapet nobel. Padahal...dia punya wewenang penuh membuka jalan yang menghambat kasus ini. Ah...seperti nungguin babi bisa terbang.

Jumat, 13 Oktober 2006

Berita Lucu

Baru di postingan sebelumnya gw nyinggung soal lumpur, eh skarang...wakakakaka...ada berita lucu. Gw kopasin abis dari detik.com neh. Katanya kantor perwakilan Greenpeace Indonesia didemo oleh seratusan orang yang menamakan diri Komite Masyarakat Anti Antek Imperialis. Komite ini keknya gerah banget ma aksi Grinpis yang kemaren menggenangi kantor Menko Kesra dengan lumpur asli Lapindo Brantas Inc dan mengasapi kantor Menhut.

Hahaha...akhirnya gw tertawa setelah seharian menahan suakittt yang amat sangat karena penyakit dodol ini. Eh...ga boleh nyumpahin...katanya puasa2 harus banyak2 bersyukur. Iya deh, Alhamdulillah gw sakit...artinya gw masih punya rahim...hihihi...maap Tuhan, masih aja gw iseng.

Puasa ga puasa juga ga boleh negatip thinking yak? Tapi susah neh kalo soal komite yang lagi demo ke grinpis. Gw heran aja ma spanduk komite itu. Bunyinya gini: "Greenpeace jangan jadi antek imperialis". Heh, kemana aja lo? Ada juga selebaran isinya: "Ganyang Greenpeace" (hmm...kenal bau ini? Bau spanduk taon 65, Ganyang jek, hahaha).

Trus ada lagi: "Jangan jual nama rakyat untuk kepentingan asing", lha, bapak satu itu malah nguburin rakyat pake lumpur panas!!! Trus spanduk laen: "Jangan jadi aktivis kapitalis". Wakakaka....susah banget otak gw diajak kompromi untuk ga mikir kalo Komite itu juga sedang bekerja untuk Tuan Kapital.

Mereka juga bilang, "Kenapa Greenpeace tidak mengurusi Freeport, Newmont dan Exxon yang jelas-jelas telah merusak bumi Indonesia. Kasus Lapindo hanya sebuah kecelakaan". Waks...kalo ga sengaja, minta maap tolol! Trus bersiin tuh lumpurnya! Bayar kerugian warga! Jangan bebankan pada negara! Dan, Freeport, Newmont, Exxon, keuntungannya dimakan sapa? Dimakan si Tuan Kapital yang itu-itu juga!

Katanya lagi, "Kepada aktivis-aktivis imperialis, kami minta angkat kaki dari Indonesia" ...Ooh naseb...tanah negeri ini hanya untuk orang yang bersuara sama, kaum melodramatik. Hehehe...jadi inget Mas Mbilung dengan bahan 'diskusi berat'nya. Piye mas, ada bau cartel ga disini?

Kamis, 12 Oktober 2006

Hari Ini Banyak Cerita Tentang 'Bapak'

Abis surat2an dan telpon2an ma Lee Hsien Loong, konon si Bapak marah2. Emosinya ga terkendali ngeliat menteri2nya sibuk ketawa ketiwi sebelum rapat kabinet soal asap. Para menteri langsung kena semprot. "Masih sempat tertawa ya," hardik si Bapak. Para menteri langsung diem, melempem. Sokorin! Disini org2 ga bisa buka mata dan harus nahan nafas karena paru2 penuh asap, di sana malah ketawa ketiwi di ruang berAC.

Usai berdoa minta ujan kemaren, rupanya yg datang bukan hujan tapi 'kekesalan' para tetangga. Mang enak dimarahin? Udah gw bilang, yang gw minta bukan doa, tapi ujan buatan. Akhirnya dianggarkanlah Rp 100 miliar. Ga tau deh, bakal jadi aer semua ato dijadiin THR. Ughh...sesek nih, asapnya ga brenti2. Kemaren di Kaltim, 3 orang meninggal, mobilnya tabrakan karena ga bisa ngliat jalan, asapnya tebel banget. Mo nunggu berapa puluh yang meninggal?

Lalu, cerita lain tentang si Bapak. Konon hari Minggu nanti, ada 500.000 orang akan tereak serempak menagih si Bapak soal janjinya memerangi kemiskinan (bukan dengan menyingkirkannya ke tempat yang lebih gelap kan pak?). Konon acara tereak2 ini disponsori UNDP dan bakal tercatat dalam Guiness Book Of Record. Bayangin betapa bisingnya jika 500 ribu orang tereak serempak. Puasa2 lagi...hehehe...! Kita liat aja nanti.

Stand Up Campaign ini konon ga cuma dilakukan di Indonesia tapi di seluruh dunia. Waks...bakal kedengeran sama orang2 penting itu ga ya? Eh, bisa juga lho ngirim dukungan kampanye anti kemiskinan ini ke 3949 dengan mengetik BANGKIT. Bakal sama ga ya perolehan sms-nya dengan acara idol2 di tipi? Kita liat aja nanti seberapa banyak yang peduli dan seberapa besar perolehan operator telpon dari sms ini, hehehe...

Eh, ada yang mengejutkan. Hasil jajak pendapat LSI yang terakhir menyimpulkan, popularitas si Bapak naek dari 63 menjadi 67 persen dalam setahun justru saat kondisi perekonomian tengah memburuk dan kriminalitas yang meningkat (hitung brapa perampokan besar dalam seminggu ini?). Kata orang pinter, si Bapak diuntungkan tipikal masyarakat Indonesia yang cenderung melodramatik, mudah terpesona dan tidak percaya pada kritik untuk si Bapak. Liat yang Bapak palsunya di repoblik BBM aja, orang2 pada seneng kan? hahaha...

Contohnya, pas dikritik soal ketidaklayakan si Bapak dapet nobel, masyarakat bertipikal 21 inch ini ...eh, melodramatik ini, malah membalik kritikan itu dengan pertanyaan, "Orang luar negeri saja mau kasih hadiah Nobel, kok rakyatnya sendiri memprotes presidennya?" Ah...ini pasti nyindir gw...halah, GR! Halah...nobel lagi bobel lagi. Urusin tuh kasus Munir! Jangan nutupin ketakutan2mu dengan kekerasan baru, Jendral!

Eh, ngomong2, kabar lumpur gimana ya? Kabarnya Ical udah nyiapin tuntutan hukum buat 'pembuang lumpur' di depan rumahnya, lho!

Minggu, 08 Oktober 2006

Forget the Nobel, Remember Munir

Bukan kurang kerjaan ato ga ada bahan postingan. Tapi topik dalam obrolan gw di YM semalem, emang pas ma yang gw niatin mo diposting. Biar netral dan ga ada NB-NB-an lagi, "pengobrol" dilakonkan GW dan DIA. Ok, ga ada pertanyaan!

DIA: awas infeksi pernapasan
GW: dah mulai neh
GW: tenggorokan sakit
DIA: berakrab2 dengan penyakit
GW: hehehe
[yup, tiap bangun pagi, bukan udara seger yg gw hirup, tapi asap. Pemandangan di depan kamar gw ke arah bukit2 yang kemaren2 masih ijo, sekarang jadi abu2, burem, nyaris tak tembus pandang. Mata perih, tenggorokan sakit, yup, ISPA mulai menyerang. Dan bapak presiden hanya bisa berdoa minta hujan agar kebakaran hutan bisa padam.
Pak, yang dibutuhkan adalah penegakan hukum bagi pembalak dan pembakar hutan. Minimal upaya pemadaman dengan ujan buatanlah. Masa sih tiap taon ekspor asap mulu? Bukan ga percaya kekuatan doa Bapak Presiden yang terhormat, tapi...hahaha, ga tau deh mo komentar apa...hari ini kami butuh yang konkrit pak! Masa nunggu satu negeri sakit ISPA semua sih? Flu burung ma Antraks aja lom tertangani
]

DIA: aksi greenpeace asik2 ya
DIA: seperti mewujudkan ide-ide kemarahanmu
GW: hehehe....
GW: tapi kata bakrie: "apa bener mereka grinpis? kok rasanya kalo grinpis itu pinter2 yak? kok mereka nggak ya? mereka itu ga ngerti persoalan"
DIA: trus denger koment gitu, org greenpeace-nya ngomong gini: "kirain kita berhadapan dengan seorang menteri, taunya dengan seorg idiot".
GW: gw lom baca yg itu...
DIA: emang cuma dalam pikiran gw
GW: hahaha...kirain
[minggu lalu Bakrie mencibir aksi grinpis saat kelompok ini menumpahkan lumpur di depan kantor dia. Bencana lumpur udah 4 bulan. Sejak 4 bulan pula gw nyari2 grinpis. Gw malah sempet bilang, jangan2 urusan grinpis cuma soal satu ekor paus di lautan deket kutub sana, bukan soal rusaknya lingkungan di Sidoarjo. Baru minggu lalu mereka nongol. Jangan2 dikatain gitu ma Bakrie trus mereka ga bersuara lagi? Plis dong, tetaplah bersuara karena Bakrie mungkin butuh suapan lumpur panas di mulutnya. Hehehe...lagi2, di lokasi lumpur KM 38 Porong sana, SBY berdoa, Amiiin!]

DIA: trus editorial jakarta post itu keren ya.. dah baca?
GW: lom...mana?
GW: bukan english kan?
DIA: "Forget the Nobel, Remember Munir"
DIA: ya ingles lah
GW: (harusnya dia tetep inget, masalah terbesar gw tetep ENGLISH, hahaha)
[gw lupa masukin soal ini dipostingan gw sebelumnya tentang Munir, walopun gw dah bahas soal 'ga layaknya' nobel buat TUAN, berkali-kali. "Ga ada yg kebal hukum di negeri ini" cuma pemanis bibir SBY. Suciwati dah nantangin "Mana keberanian SBY tuntaskan kasus Munir?". Cerita lama :p.
Tak ingin terus dicerca, Kejagung katanya mo PK keputusan MA soal Polly meski hal itu ga diatur dalam KUHAP. Kejagung ingin mencoba seperti pengalaman Mochtar Pakpahan dalam kasus buruh di Medan. PK mungkin dilakukan jika ada novum. Mungkin Novum bisa ditemukan setelah ada tindak lanjut dissenting opinion salah satu hakim MA kemaren.
Entahlah, kita tunggu aja bagaimana Kejagung bertindak. Karena sangat aneh bin ajaib menghukum Polly hanya 2 tahun (kemaren dia sudah menjalani 573 hari di tahanan) dengan tuduhan 'hanya memalsukan surat tugas'. Lucu bin menjengkelkan karena sama sekali tidak ada pertanyaan lanjutan untuk apa dia memalsukan surat tugas. Harusnya ada jawaban: Untuk menghilangkan nyawa Munir.
So, lupakan Nobel, basi! Maka gw ijin ma TJP buat ngambil judul editorialnya: Forget the Nobel, Remember Munir
]

DIA: kalo pun ada yg layak dapat nobel dari konflik aceh... itu cuma GAM
GW: napa gitu?
DIA: yup... mereka yg mengorbankan segalanya....
DIA: untuk "perdamaian" itu
GW: oh...iya, mereka yg ngalah
GW: bener2 ya, nasionalisme = pedang bermata dua
DIA: berdamai dengan "penyerang" itu, sebenernya ngga aceh banget
GW: yup
DIA: tp toh mereka lakukan.... untuk itu, nobel pun sebenernya ngga cukup
GW: sama sekali bukan aceh yg gw kenal
DIA: dan kalau nobel itu hendak dibagi dua.... pemenang lainnya adalah... tsunami
DIA: tanpa dia, omong kosong ada MoU itu.
GW: kalo ga dikasih tsunami ma tuhan... yup...bener!
[aaarrggghhh....begitulah Tuhan bekerja. Begitulah Tuhan campur tangan. Beginilah setelah Tuhan menjentikkan ujung jari-Nya di Aceh sana. Lalu...kami, manusia tanpa daya ini, coba2 menyimpulkan!]

Kamis, 05 Oktober 2006

Kado Jenderal buat Alif dan Diva

Hari ini 5 Oktober, hari berpesta para jenderal. Hari milik serdadu tanpa medan perang. Para serdadu yang lebih suka menembaki warga sipil daripada harus berjaga di tapal batas negeri. Apalagi kayu2 daerah perbatasan telah dihabiskan pak mayjen yang masih buron.

Tak lupa sebelum pesta, mereka kirimkan kado buat Suciwati dan dua permatanya, Alif dan Diva. Kado yang disampaikan lewat palu hakim MA. Yang memutuskan cukup dua tahun bagi Pollycaprus. Karena kesalahan Polly hanya memalsukan surat tugas. Kenapa MA tidak skalian saja mengatakan Munir bunuh diri?

Alif dan Diva, teruslah sekolah…
Agar kalian tahu...bahwa pilot yang sibuk menelfon calon penumpangnya, pilot yang tidak sedang bertugas tapi juga berada di pesawat, pilot yang menawari penumpangnya untuk pindah ke tempat duduk yang lebih berkelas dengan gratis, sama sekali BUKAN petunjuk adanya kesalahan. Itu semata karena kebaikan hati sang pilot. Karena pilot merasa terhormat melayani Bapak, pahlawan bagi yang tertindas.

Alif dan Diva, tetaplah semangat…
Meski tak mungkin berharap keadilan di negeri ini. Maaf sayang, para jenderal sedang sibuk membenahi nama baik mereka setelah sebuah buku diterbitkan. Seraya berdoa semoga nggak ada yang mengingat mereka terlibat dalam kasus Bapak. Tak apa sayang, doa bagi Bapak terus mengalir.

Alif dan Diva, teruslah bermimpi…
Tapi tak perlu berharap penuh bapak presiden kita yang gagah itu bisa menyelesaikan kasus Bapak, karena mereka dalam satu korps. Karena mereka tak hanya sibuk berpesta, mereka juga sibuk berkelit setelah kedapetan menjadi penyelundup senjata. Jadi mereka tak ada waktu untuk mengingat Bapak. Kecuali, jika suatu hari nanti, bisnis arsenik cukup menjanjikan, mungkin mereka akan jadikan Bapak sebagai contoh sukses.

Semakin suram jalan di depan kita. Ketakutan baru bermunculan. Bahwa judul proposal program doktor bisa membuat nyawa melayang. Jangan pernah menyentuh judul berbau Kejahatan TNI yang harus diadili di peradilan HAM jika tak ingin bernasib sama.
Satu lagi...mungkin tak lama, akan ada berita serupa yang menimpa Polly, dilakukan oleh otak yang sama, orang2 yang sedang berpesta hari ini dan mengalami ketakutan hebat ketika Munir memutuskan belajar lebih banyak ke negeri Belanda untuk membongkar semuanya.

Ah ya...sebelum lupa, konon hari ini utang negara ke IMF udah lunas, saldo NOL. Hmm...melegakan. Tapi...siapa yang jamin kalo utang ke tempat lain juga udah NOL? Jangan2 ini cuma gali lobang tutup lobang?

Senin, 02 Oktober 2006

Cinta, Kesetiaan dan Amnesia

Mungkin postingan gw agak telat soal ini dan justru gw posting ketika keluarga Ibu Widari meminta secara resmi agar solidaritas "solid W&W" tidak diperpanjang lagi di milis atau detik.com. Mohon maaf untuk itu. Postingan ini sekedar dukungan (bedanya apa ya ma solidaritas) dan pernyataan setuju pada poin2 klarifikasi yang disampaikan Pak Widodo.

Inilah kutipan surat Pak Widodo (66 tahun) dari Kuba:
Pertama, terima kasih atas publikasi dari hasil wawancara detikcom dengan saya di Havana pada saat kunjungan Bapak Presiden RI ke Havana dalam rangka KTT-Non Blok yang lalu.
Sebenarnya sosok saya ini, atau kasus saya ini adalah hanya salah satu dari korban sejarah atau korban kemanusiaan yang jumlahnya bukan ratusan, tapi ratusan ribu dan bahkan bila dihitung dengan anak cucunya bisa mencapai jutaan orang. Dan dibanding dengan mereka, penderitaan saya ini boleh dikategori belum apa-apa.

Kedua, pada kesempatan ini dari lubuk hati yang dalam, saya ingin menyampaikan banyak tarima kasih pada para pembaca detikcom yang telah mengirimkan solidaritasnya lewat email, yang datangnya bukan saja dari bermacam kepulauan Indonesia, tapi juga dari Jepang, Cina, Malaysia, Timor Leste, Australia, dll.
Akan saya catat dalam hati saya semua harapan, doa, simpati dan kesetiakawanan dalam proses penyelesaian kasus yang saya alami sampai detik ini, terutama dalam soal yang menyangkut HAM. Bukankah soal cinta kasih, kesetiaan, baik pada sesama manusia maupun pada negeri dan rakyatnya itu juga merupakan bagian dari HAM?

Ketiga, pada kesempatan hari-hari terakhir bulan September ini saya mengajak pada para pembaca detikcom dan pada bangsaku dan pemimpin-pemimpinnya untuk mawas diri, pengadaan pemikiran dan renungan ulang mengenai perlunya rekonsiliasi bangsa yang merupakan salah satu dari penegakan HAM di negeri kita, karena rekonsiliasi nasional bangsa adalah awal dari kebangkitan bangsa kita yang besar itu.
Sejarah negeri kita harus dibikin jelas, agar bangsa Indonesia sekarang dan generasi selanjutnya dapat belajar dan memetik hikmah sejarahnya, hingga tragedi kemanusiaan di masa lalu dalam bentuk apa pun tidak boleh terulang lagi.


Kisahnya menyentuh, sangat mengharukan. Pas acara KTT Non Blok di Kuba September lalu, Andi Alfian Mallarangeng bertemu Pak Widodo di sana. Pak Widodo cerita soal kisah cinta dan janji setianya untuk menikahi seorang perempuan bernama ibu Widari. Karena gejolak politik tahun 65, Pak Widodo yang melanjutkan kuliah ke Rusia ketika itu tidak bisa pulang ke Indo. Kisah ini lalu buram.

Sepulang ke Indo, Mallarangeng (waduh, ini sebenernya nama bokapnya Andi Alfian) pun mengupayakan mencari Ibu Widari. Tak banyak kesulitan, alamatnya pun ditemukan. Tapi Ibu Widari telah menikah, memiliki dua anak dan empat cucu. Sementara Pak Widodo tetap setia melajang hingga kini karena membuktikan janjinya. Tapi beliau sangat berbesar hati dan ikut merasakan kebahagiaan Ibu Widari kini.

Omigad...cinta, kesetiaan, lalu jadi korban politik. Tapi bener kata Pak Widodo. Derita yang dialaminya mungkin memang bukan apa2 dibanding derita ratusan ribu orang lainnya yang jejaknya tak pernah ketahuan. Semoga harapan semua orang, agar tragedi kemanusiaan ini tidak lagi terulang, di bagian mana pun di muka bumi. Semoga pemimpin kita cepet sembuh amnesia-nya ya Pak!

Minggu, 01 Oktober 2006

Phaedophilia

Kami hanya butuh kasih sayang
kami hanya butuh mainan baru
kami hanya butuh uang untuk beli obat saat adik terbaring sakit
kami hanya butuh uang untuk emak agar dapur kami tetap ngepul
Tapi mengapa orang2 dewasa yang seharusnya melindungi dan menyayangi kami
Yang biasanya berwajah manis dengan oleh2 di tangan yang terulur buat kami
berubah buas, lalu menjejalkan nafsunya pada kami?
Tidak tahukah mereka bahwa kami menghormati dan menyayangi mereka sepenuh hati kami?
Tidak tahukan mereka betapa kami kesakitan dengan nafsu mereka?
Tidak tahukah mereka, tak hanya rasa sakit yang kami bawa hingga nanti
tapi juga rasa malu dan trauma yang dalam...
Tidakkah mereka punya ibu dan istri yang juga akan menangis pilu ketika anak2nya diperlakukan sama dengan perlakuan mereka pada kami?

Adikku sayang...
Aku pun tak pernah percaya pada mulut manis dan kerennya profesi mereka
Dari guru agama, dokter, jaksa hingga aktifis pemerhati anak2
Mereka tidak lebih baik dari Robot Gdek
Atau si mister Peter Smith dari benua terkecil itu
Mereka bahkan tidak lebih baik dari binatang
Mereka penjahat kelamin bertopeng kebaikan.
Yang memberi kalian permen dan uang 1000 rupiah demi nafsu mereka
Mereka memang bukan manusia Adikku sayang
mereka tak punya hati
Jangan tanyakan rasa sakit itu padaku adikku sayang
obat penahan nyeri seukuran peluru dari resep dokter saja hanya mampu kujebloskan ke lobang toilet
Maka kalian adalah adik2 terkuat yang pernah kutemui.
Jangan tanyakan soal rasa malu dan trauma padaku adikku sayang
karena hatiku pun tercabik melihat hukum di negeri kita
saat hakim menjatuhkan vonis hanya 6 tahun penjara
pada mereka yang telah merenggut keceriaan 20 teman kalian yang lain

Hei kalian, binatang berwajah manusia tanpa hati...
Adik2ku memang butuh kasih sayang, butuh mainan baru, butuh uang.. Tapi mereka harus mendapatkan haknya bukan dari hasil disodomi. Mereka manusia dengan berjuta impian masa depan. Mereka masih akan hidup sampai 100 tahun lagi. Tapi nafsu binatang kalian menghapus semua impian mereka.

Buat para ibu, orang tua kami, mari jaga anak2 dan adik2 kita dari para pemangsa anak. Karena, dari 648 kasus kekerasan terhadap anak, 80 persen dilakukan oleh orang yang dikenal dekat oleh korban, anak2 kita. Jaga kehormatan mereka, jaga masa depan mereka, sayangi mereka, berikan hak mereka!!!
(ditulis sambil nonton kickandy di metro tv, saat terbaring sakit, kemaren)



NB: ...Omigad, sepenuh hati saya bermohon. Mungkin saya terlalu naif, lugu dan bodoh. Tapi biarkan saya percaya, bahwa masih ada setitik moral di bumi ini yang layak dipertahankan. God, tetaplah menjagaku, jauhkan hatiku dari prasangka, kuatkan aku dari godaan, halangi pandanganku dari hal2 yang tak layak diperlihatkan, Amin...
(stop violence, say no to abortion)