Konon selama tahun 2006 lalu TKI yang kerja di luar negeri, menyumbang devisa terhadap negara sebesar Rp 60 triliun. Gede banget kan? Katanya sih cuma kalah sama pemasukan negara dari sektor minyak dan gas. Bahkan, TKI kita bisa ngasih makan sekitar 30 juta orang! 30 juta orang, bukan jumlah yang sedikit kan?
Beuh...bandingkan sama kelakuan salah satu pejabat yang udah bikin ribuan lahan penghidupan orang kelelep lumpur panas. Atau sama tikus2 pemakan uang negara, atau sama penerima2 dana dari departemen2 itu, atau sama parpol2 yang sibuk berebut kuasa mengatasnamakan rakjat, tapi ngasih sesuap nasi buat orang lain aja ga bisa!
TKI udah ngasih makan segitu banyak orang, disanjung sebagai pahlawan devisa, apa yang mereka dapet sebagai balasan? Setelah bersusah payah jadi pembantu dsb, dianiaya majikan, dicambuk atau disetrika, dilecehkan, pulang2 malah dirampok orang senegerinya sendiri. Entah perampokan cara halus, atau cara kasar ala preman.
Lihat aja di ketika mereka mudik di bandara sana. dengan sigap, petugas2 berseragam menggiring mereka ke jalur khusus untuk dipunguti bayaran setinggi2nya! Trus mereka dapet apa? Banting tulang di negeri orang, nyampe rumah sendiri malah jadi sapi perah! Ga ada jaminan keselamatan buat mereka, para penghasil devisa itu. Hasil keringat mereka cuma dijadiin dana untuk dikorup dan bukannya dijadiin modal membuka lapangan kerja baru, agar warga negeri ini tak lagi jadi babu di negeri orang!
Kalo pemerintahnya pinter dan mau sedikit saja 'bikin usaha' setelah dibawain banyak duit oleh para TKI itu, mungkin kalimat melecehkan di koran negeri tetangga kek gini, ga perlu ada.
"Ceriyati, atas, saat ditolong pasukan 'bomba'. Bawah, TKW asal Medan. Kedua wanita di atas adalah korban kekerasan dan penganiayaan TKW Indonesia di luar negeri. Malaysia adalah sebuah kasus saja, dimana banyak warganya bertindak diluar batas-batas kemanusiaan pada TKW itu (shg kini banyak TKW yg menolak kesana). Tapi yang lebih 'kejam' lagi adalah masyarakat dan negara yg membiarkan saja mereka mencari nafkah di luar negeri, padahal kaum wanita tidak ada kewajiban mencari nafkah dalam rumah tangga."
Tuh! Kita...KITA dan negara ini, dianggap kejam, karena membiarkan para perempuan itu mencari nafkah sampe ke luar negeri. Ya, kaum per-empuan di sini, memang tak pernah dianggap PUAN, yang dihargai cuma TUAN!
Rabu, 20 Juni 2007
hanya TUAN, tak ada PUAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
8 komentar:
Makanya dari dulu gw pengen program pengiriman tenaga kerja dihilangkan aja. Lebih banyak jeleknya, ketimbang bagusnya.
selama jadi tki, ndak pernah digiring ke terminal 3 tuh.
jaman sekarang masih bisa jadi TKI ya ?
cerita tentang TKI selalu mengingatkan masa2 di BLK... saya merasa berdosa...
ga beres!! ga pernah ada yang beres di negeri ini!!
sedih rasanya bila kita melihat TKI yang teraniaya..meski disebut pahlawan devisa, tapi perlindungan hak hak mereka banyak dirampas..
ketika uang yang jadi tuan, maka apapun dilakukan, prihatin....
lah kalo tuan tak bekerja, ya puan lah yang bekerja buat kasih makan budak-budak dirumah...
Posting Komentar