Sampai saya menulis postingan ini, konon mr presiden masih sibuk rapat dengan para gubernur se negeri antah berantah, dengan para menteri dan calon menteri di istana baru, Cikeas. Capek juga ya jadi presiden. Rapat sejak kemarin pagi, cuma bicara satu kata, resuffle. Halah...halah...! Tapi lebih capek lagi para menteri atau yang GR bakal jadi menteri. HP ga pernah dimatiin. Ga boleh keluar kota. Karena sapa tau mr presiden mo nelpon, ngabarin kalo dijadiin menteri, pembantunya mr presiden. Gw mikir, jangan2 juga nahan buang air, biar ga ketinggalan satu kata pun dalam siaran berita di tipi soal resuffle.
Mereka udah ga peduli dengan keriuhan bulan Mei. Keriuhan para buruh. Keriuhan anak-anak sekolah yang sibuk ujian nasional. Riuhnya sambutan bagi ilmuan cilik yang meraih emas di Cina dan Rusia. Riuhnya tepuk tangan bagi Inu Kencana dan Munir serta SCTV yang dapet penghargaan Poncke Princen Human Rights Prize 2007.
Keriuhan yang membawa kegembiraan saja tak bisa mereka dengarkan, apalagi jerit kesakitan. Tak ada waktu untuk mendengar tangis pilu seorang ibu saat anaknya meninggal dikeroyok kakak2 kelasnya di sebuah sekolah dasar di Jakarta. Tak ada waktu melihat wajah lesu Lexie yang ditahan Polda Jabar karena menyuntik Cliff Muntu dengan formalin. Tak bisa mendengar kengerian para orang tua melepas anak2nya sekolah tatkala oknum guru mereka sendiri menjadi penganiaya dan sekolah tempat belajar itu justru menjadi tempat paling tidak aman bagi anak2. Apalagi hanya untuk mendengar keluhan para pengungsi lumpur panas Lapindo. Ah, buat apa didengarkan. Lama2 mereka akan terbiasa hidup di tepi kubangan beracun itu.
Yang mereka pikirkan, hanya bagaimana agar posisi mereka tetap aman di kursi empuk. Mata mereka tak pernah lepas dari layar kaca, memastikan nama mereka tak tergeser dari kabinet. Handphone tak pernah lepas dari genggaman agar tak luput dari panggilan mr presiden. Hah...capek! Padahal orang2 kelaparan di luar sana ga bisa nungguin resuffle. Mereka hanya ingin tau, hari ini ada sesuatu yang bisa dimakan, ada obat gratis yang bisa menyembuhkan, ada sekolah tempat anak-anak menimba ilmu! Bukan resuffle.
Sabtu, 05 Mei 2007
Bukan Resuffle yang Kami Tunggu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
6 komentar:
gajinya menteri berapa tho..?
resuffle bikin tidak safety para pejabat... sementara resort tak pernah sepi juga dari pejabat... so, kita2 ramenya dimana dan spinya dimana?
soufle..tiap kali mendengarnya air liurku selalu menetes. Soufle coklat, hmm..loh, eh..? Ngomongin resuffle yak? Maap.
udah gak tau lagi mau komentar apa.... terlalu sakit bangsa ini!!!
tiap posting kok suudzon terusss..
hasil resuffle toh ya sama saja banyak menteri yang nggak profesional tetep keukeuh di posisinya lantaran uangnya sanggup sponsorin kampanye Presiden
Posting Komentar