Jumat, 20 Agustus 2010

Rasa Kemanusiaan untuk Korban Lapindo, Bukan Koruptor!

Sepertinya berita akhir2 ini bener2 bikin capek ya. Semuanya berpusat di satu orang itu. Ga tegas, sok ga tau apa-apa. Tapi anehnya dia bisa curhat melulu soal-soal terbaru. Jadi gimana mungkin dia ga tau hal yang berkembang di masyarakat? Yang ada malah ngeluh terus di hadapan rakyatnya, hampir setiap kali dia berpidato.

Misalnya saat dikabarkan diancam teroris, curhat. Padahal lho ya, pengawalannya segambreng, sepanjang naga. Mbok ya sesekali dengerin curhat rakyat. Mereka setiap hari terancam ledakan gas elpiji, di DAPUR RUMAHNYA SENDIRI! Dan mereka tanpa pengawalan. Dan tanpa ganti rugi setelah dipaksa mengkonversi minyak tanah ke gas.

Lalu soal hubungan luar negeri, terutama dengan Malaysia. Serius, kasus penukaran tiga pegawai Kelautan dan Perikanan dengan enam maling ikan di perairan kita, sungguh ga masuk akal. Dari segi manapun, itu pelecehan. Bukan sekedar kekalahan! Pegawai sama maling gitu lho. Segi jumlah juga ga seimbang!

Lalu apa lagi? Souvenir upacara bendera? Buku anaknya dibagiin di sana? Lagu ciptaannya dinyanyikan dalam aubade bersama lagu-lagu nasional? Apakah dipikir ini acara arisan dan karaoke keluarga? Belum lagi di situs resmi kenegaraan, diiklankan pula lagunya. Apakah ini dipikir bukan bagian dari korupsi ketika menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi?

Lalu yang terakhir, yang bikin makin emosi. Ini...seluruh koruptor kok tau2 dapet remisi? Maka MERDEKAlah para koruptor di hari kemerdekaan kemarin. Syaukani yang korupsinya miliaran itu. Lalu sang besan yang dapet korting penjara gede-gedean. Ayin dan Polycarpus juga. Ya ampun!

Alasannya sungguh bikin sakit hati. Katanya demi kemanusiaan. Pernahkah terpikir bahwa para koruptor itu tak pernah memikirkan kemanusiaan orang-orang yang dirampas haknya karena dikorupsi oleh mereka?

Mister presiden! Yang memBUTUHkan RASA KEMANUSIAAN itu adalah KORBAN LUMPUR lapindo dan para pemakai tabung gas 3 kilo! BUKAN KORUPTOR!!!