Selasa, 01 Mei 2007

May Day Bikin Kaya

May Day bisa bikin kaya raya. Konon, ada seseorang yang bisa menjadikan hari pestanya para buruh sedunia ini sebagai bisnis paling menjanjikan. Panen sekali setahun dengan keuntungan bersih, yang luar biasa besar.

Hal ini mungkin berawal dari perubahan paradigma para pemilik modal, bahwa sesekali, kaum buruh juga layak mendapatkan liburnya sehari dalam setahun, yang mungkin ingin digunakan untuk berteriak sesukanya. Tapi pelayanan pada konsumen juga tidak boleh terganggu di hari buruh itu. Sebab, kalo pelayanan terganggu, ga ada pemasukan. Ga ada pemasukan, keuntungan berkurang. Keuntungan berkurang, gaji buruh bisa turun.

Bagaimana agar dua hal itu, hak konsumen dan hak para buruh tetap terpenuhi? Otak cerdas seseorang itu, dikolaborasikan dengan otak si pemilik modal. Kata pemilik modal, buruh saya boleh ikut demo, terserah mau dibawa ke Istana, mau ke Bunderan, mau ke patung, mau ke pertigaan mau ke gedung sirkus, terserah! Asalll...demo jangan dilakukan di lingkungan pabrik ini!

Ok, deal, kata si seseorang. Beri saya Rp 5 juta saja, maka demo semuanya akan diarahkan ke jalanan. Dan lingkungan kantor Anda tetap bersih. Jika timbul huru hara, kantor dan pabrik Anda aman. Paling yang pecah pot-pot bunga, lampu jalan, tapi masih ada APBN untuk dipake bersih2in semuanya.

Maka, hitunglah jumlah perusahaan yang ada di Jabodetabek dikali Rp 5 juta, itulah keuntungan yang didapat si seseorang. Rp 5 juta, ga ada artinya buat pemilik modal yang menginginkan asetnya tetep aman dari kemungkinan huru hara kan? Soal tanggungan angkutan bagi buruh ke lokasi demonstrasi, air minum, nasi bungkus, ah, itu sih gampang. Gaji kami para buruh masih mencukupi, meski harus urunan. Demi yel yel Buruh Bersatu Tak Bisa Dikalahkan!

Sungguh malang, kaum buruh tak pernah tau ada deal seperti itu. Mungkin deal itu memang tidak merugikan siapa-siapa secara material. Tapi itu bentuk penghianatan! Di depan corong dan kamera tipi, si seseorang itu sibuk berteriak lantang dengan mengepal tangan kiri, mengaku sebagai kawan (Almh) Marsinah, sementara tangan kanannya, meraup duit dari kawannya, si pemilik modal.

17 komentar:

NiLA Obsidian mengatakan...

hhgggggg....grrrhhhhh.......!!!!
tunjuk aja mukanya......!

Anonim mengatakan...

ini tuh beneran mba?

Anonim mengatakan...

kaum buruh sedunia...bersatulah!!

Anonim mengatakan...

sebutin nama, dong...:p

Anonim mengatakan...

yah, sekarang jujur ga ada artinya mbak..yang ada bagaimana bisa makan besok..ya gak?

Anonim mengatakan...

Jadi inget ada surat pembaca di koran tempo. Buruhnya sendiri ga pernah mau berontak dsb-nya (walau hidupnya terus terjepit). Tapi para aktivis yang ternyata bukan buruh yang kebakaran jenggot.

Anonim mengatakan...

Loh? Ada deal seperti itu ya? *aku kan buruh :p, jadi gak tau*

Anonim mengatakan...

Slalu ada aktor di balik faktor....selalu ada

Anonim mengatakan...

asik yak ... :D apa-apa jadi duit

danu doank mengatakan...

banyak cara buat kaya... tp mbok ya jgn model gini toh... atau hrs gene :d

Anonim mengatakan...

ini kan yg terjadi juga di semua demo, jangankan buruh, mahasiswa aja banyak yg mboncengin. selalu ada udang di atas ba'wan;(

Anonim mengatakan...

ya..Tuhan, bener kah ada yang begitu ? kalau ketahuan di apain ya enaknya tuh orang ? *gemess*

Anonim mengatakan...

waaah ada fenomena baru antara kapitalis dengan demokratis; pantesan demo dibela2in kemarin itu.

aku pikir demo ga perlu. ngapain sih demo2 wong berdoma juga membutuhkan biaya besar, alias tidak gratis. tapi kok mereka nekad. sementara mereka sendiri sedang megap2 menangisi gajinya...

nice post, aku tahu dari sahbatmu venus.blogspot.com
salam kenal sing wong crebon....
izin ngerlink

Anonim mengatakan...

Wahh...gak cuma itu aja koq....emang mahasiswa2 itu selama ini 'bergerak' emang bener2 karena menginginkan perubahan...?

Putirenobaiak mengatakan...

begitukah di balik layar? tetap! bikin muak. duh kasihan ya buruh yg dimanfaatkan

Anonim mengatakan...

Saya ngerti, kadang kita ga bisa nulis yang kita ketahui ya bu..

Untung ada blog...

Anonim mengatakan...

hukum pasar ada permintaan ada penawaran,keuntungan max dengan pengorbanan yang sebesar-besarnya, manusia adalah serigala bagi sesamanya, etika hewan bercelana

lho omong apa dakuw? oh ya cuman ingin menegaskan begitulah kenyataan

pahit yes