Minggu, 18 Desember 2005

Kupu Kupu Mahakam



Petang yang basah
sehabis hujan mengguyur bumi Etam
membaui tanah nan lembab itu
membawaku terbang melintasi kisi jendela
di luar sana
ada purnama menanti
memberi bayang
pada liukan tubuh penari Dayak
di tepian Mahakam
kupu-kupu malam berpesta
menadahkan tangan
pada receh plat ibukota
tanah-tanah berlubang
bekas tetesan minyak yang mengering
hutan meranggas
terbakar bara biji hitam
manik-manik terburai
tak ada lagi telinga panjang
beton-beton menjulang
tak ada lagi ulin yang sakral
tersisa kini
nafas penuh racun
dan raga tanpa jiwa

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Enjoyed a lot! »