Selasa, 01 Maret 2005

Hari-hari I Don't Care

1 Maret 2005

BBM naik tinggi
Susu tak terbeli
Orang pinter tarik subsidi
Bayi kami kurang gizi....

Lagi-lagi pagi ini gw terbangun karena lagu yang sama, lagu Iwan Fals yang disertai bau tak sedap. Ada bau SBY, bau bensin, bau tak populis, bau bangkai. Kalau SBY bilang I Don't Care About My Popularity karena udah naikin harga BBM, maka gw akan bilang, sapa juga yang peduli ma popularitas lu? I don't care with your popularity! Tapi gw ga akan nambahin kata We Care With Our Peoples, biar ga dibilang sok belain rakyat tapi juga ga berbuat apa-apa.

Gw cuma peduli bahwa ternyata pagiku yang adem terusik bau tak populis. Harusnya pagi ini gw bangun dan bisa menghirup udara segar tanpa polusi, ternyata gw harus tercekik harga BBM yang membumbung tinggi. Bayangin, 30 persen. Belum lagi gw harus jalan kaki karena angkot mogok pengen naikin tarif, plus belum sarapan. Sial!

Ternyata baru saja gw membuka mata pagi ini, harga gula ikut naik, beras naik, semuanya naik gila. Tenyata saat semua orang terlelap pukul 00.00 semalam, Bapak Presiden yang katanya jago pidato itu, mengetukkan palunya, mulai 1 Maret 2005, BBM naik.

Panteslah seorang pegawai rendahan di kantor walikota yang kutemui pagi ini basah kuyup oleh keringat karena harus jalan kaki, tak ada angkot. Katanya juga, dia tak punya televisi (heran, padahal PNS lho...) sehingga nggak tau kalo hari ini BBM naik. Dia pun bingung, mau masak pakai apa? Kayu bakar? Bukannya hutan kita sudah terbabat gundul, tak menyisakan kayu sepotong pun. Batu bara? Habis diekspor! Gas? Harganya malah lebih duluan naik, awal Januari lalu.

Hmm....Indonesia memang adalah sambungan pulau-pulau, juga sambungan persoalan yang muncul karena pejabatnya terus melakukan pembiaran-pembiaran.
Gas dibiarkan naik karena katanya yang pake orang kaya, nyatanya yang miskin juga kena akibatnya.
Lalu ada bencana di Aceh, disambung dengan pengejaran terhadap TKI di Malaysia yang untungnya sedikit diberi kelonggaran dulu, pemerintah pun membiarkannya.
Lalu, ada perkelahian di gedung TK sana, saling tuding maling dan uztad. Sapa yang nyolong sapa yang tereak sih? Sama saja!
Lalu hari ini, BBM naik, masa kelonggaran TKI pun berakhir, saatnya perburuan dilakukan. Tapi biarkan saja, mungkin itu kata pemerintah!
Sebentar lagi, akan ada perayaan 50 tahun Konferensi Asia Afrika. Ga peduli lagi susah, kok sempet pesta sih? Dulu setiap ada acara para pemimpin dunia di Jakarta sana, pasti pemerintah beli mobil-mobil baru anti peluru yang hanya akan dipakai beberapa menit. Tanpa mau peduli dana itu mengorbankan jutaan nyawa sekian tahun ke depan. Utang, utang dan utang lagi.

Katanya, subsidi BBM ditarik biar lebih adil karena akan dialihkan untuk dana bantuan rakyat miskin. Paling yang kebagian adalah rakyat miskin moral, yang mengantongi dana subsidi BBM, memasukkannya dalam rekening pribadi mereka.Lantas siapa yang jadi uztad di kampung maling mana? Who Care's???

1 komentar:

Anonim mengatakan...

BBM Naik lagi yah?? trus kenapa panik?? bukankan kita sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini tiap tahunnya. kenapa mesti mogok?? kasian temen2,ibu2,anak2,orangtua,buruh pabrik, dan semua orang susah kaya gue mesti jalan kaki karena tak ada angkutan. kenapa mesti demo?? mahasiswa sok tahu itu cuma bikin tambah macet jalan, kasian sopir2 itu harus kehilangan waktu dan bensinnya, tentu juga uangnya, apalagi capeknya. kenapa sih kita mesti saling teriak?? kenapa sih kita mesti harus saling maki?? kenapa kita mesti menjadi egois dan merasa paling benar sendiri?? makanya gue lebih suka mancing daripada denger orang berdebat.. disini suara angin,suara air tenang tanpa egoisme dan sok suci.